Jumat, 27 Desember 2013

HABIB ALI AL-JUFRIY | Ucapan atas KELAHIRAN ISA BIN MARYAM AS."Selamat Hari Natal"

Kumpulan Cerita Islam (KCI) : HABIB ALI AL-JUFRIY | Ucapan atas KELAHIRAN ISA BIN MARYAM AS."Selamat Hari Natal"
Segala puji milik Allah. “Nahnu aula bimusa minhum” (Kami lebih utama untuk memuliakan Nabi Musa As. Daripada mereka). Itulah sepenggal yang pernah disabdakan Baginda Nabi Saw.

Suatu ketika Rasulullah Saw. menganjurkan puasa 10 Muharram (‘Asyura). Kemudian para sahabat komplain kepada Rasulullah Saw. bahwa hari ‘Asyura merupakan hari yang diagungkan oleh Yahudi karena wujud syukur kegembiraan mereka atas diselamatkannya Nabi Musa As. dari kejaran Fir’aun dan balatentaranya. Sedangkan Rasulullah telah melakukan puasa ‘Asyura di Makkah sebelum Hijrah.

Nabi tidak pernah bertanya kaitan tanggal Arab dengan tanggal Ibrani (yang dipakai ummat Nabi Musa As.). Akan tetapi cukup dengan melihat apa yang dilakukan oleh kaum Yahudi di Madinah (berkaitan dengan ‘Asyura). Kemudian permasalahannya dari kalangan sahabat tidak ada yang berkata: “Bagaimana kita mempercayai hari yang ditentukan oleh Yahudi sebagai hari diselamatkannya Nabi Musa As., sedangkan mereka telah merubah isi kitab mereka? Tentu kita tidak bisa meyakini hari yang ditentukan oleh orang Yahudi sebagai hari diselamatkannya Nabi Musa As.”
Jadi, hal ini sama sekali tidak berkaitan dengan waktunya melainkan berkaitan dengan makna yang ada pada kejadian tersebut, yakni bergembira atas rahmat Allah dan mencintai orang-orang shaleh dari para hambaNya.

Kemudian, telah kita ketahui dalam rukun Islam yang ke 5 adalah Haji. Dalam ritual haji itu sangat khas sekali kaitannya dengan makna-makna yang tertuang dalam rahmat Allah yang dilimpahkan kepada umat-umat terdahulu:

1. Thawwaf di Ka’bah, kisahnya adalah Nabi Ibrahim As. mengangkat pondasi Ka’bah bersama puteranya, Nabi Ismail As.
2. Sa’i, yaitu berjalannya Sayyidah Hajar antara bukit Shafa dan Marwa dalam mencari air untuk minum puteranya.
3. Melempar Jumrah, yaitu peristiwa ketika Nabi Ibrahim As. diuji oleh Allah untuk mengorbankan puteranya dan dihalangi oleh setan, maka Nabi Ibrahim As. melempari setan itu dengan batu.

Tiga hal ini (thawwaf, sa’i dan melempar jumrah), merupakan syi’ar yang sangat agung dalam agama kita. Allah Swt. berfirman:

وَذَكِّرهُمْ بأَيَّامِ اللَّهِ إِنَّ فى ذلكَ لآياتٍ لكلِّ صَبَّارٍ شَكورٍ

“Ingatkanlah mereka dengan hari-hari Allah, sesungguhnya dalam hal itu ada tanda-tanda bagi setiap orang yang sabar lagi bersyukur.” (QS. Ibrahim ayat 5).

Nah, sedangkang menyebut kelahirannya Nabi Isa As. adalah termasuk menyebut hari-hari Allah, sebab kelahiran Nabi Isa As. adalah sebuah mu’jizat yang agung. Bukankah Allah Swt. berfirman melalui lisannya Nabi Isa As.:

وَالسَّلامُ عَلَىَّ يَوْمَ وُلِدْتُ وَيَوْمَ أَمُوتُ وَيَوْمَ أُبْعَثُ حَيٍّا

“Semoga keselamatan bagiku di hari aku dilahirkan, di hari aku meninggal dan di hari aku dibangkitkan hidup kembali” (QS. Maryam ayat 33).

Maka inilah satu-satunya sebab yang sudah cukup sebagai hujjah atas kegembiraan kita atas dilahirkannya Sayyidina Isa As., terlepas dari perbedaan penentuan tanggal kelahiran Nabi Isa As., entah perbedaan antara kita atau perbedaan antara Kristen Ortodox, Protestan dan Katolik. Sebab bergembiranya itu bukan dengan harinya, akan tetapi dengan makna yang terkandung di hari tersebut.

Kemudian saudaraku, bukankah saudara-saudara kita dari kalangan manusia jua? Tetangga-tetangga kita dan lain sebagainya itu mempunyai hak agar kita berbuat baik kepada mereka. Bukankah Allah Swt. berfirman:

لَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ أَنْ تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ
“Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.” (QS. al-Mumtahanah )

Imam Hasan al-Bashri berkata: “Dulu para sahabat meminta Rasulullah Saw. agar menyambung silaturrahim kepada kerabat beliau, maka Allah menurunkan ayat tersebut.”

Ibnu Abbas Ra. dalam menafsiri ayat “Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil”, dengan orang-orang yang suka berbuat kebajikan dan suka bersilaturrahim. Begitupula dikemukana oleh al-Hafidz Ibn Hajar ath-Thabary dalam kitab tafsirnya.

Alhasil, tak ada masalah bagi kita untuk menyambung silaturrahim dan berbuat baik kepada mereka.

Orang yang mengharamkan mengucapkan “Selamat Natal” kepada orang Nashrani mereka tidak mendatangkan hujjah yang melarang mengucapkan Selamat Natal, akan tetapi mereka berhujjah kalau mengucapkan Selamat Natal berarti meyakini akan ketuhanan Yesus?

Sungguh tidak ada hubungan sama sekali, sebab seorang Muslim yang mengucapkan Natal tetap tidak meyakini dengan ketuhanannya Yesus. Sama halanya dengan orang Nashrani mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri atau Selamat atas kelahirannya Nabi Muhammad bukan berarti mereka berikrar sebagai Muslim.

Beliau (al-Habib Ali al-Jufriy) memperbolehkan mengucapkan Selamat Natal kepada orang Nashrani. Bahkan di akhir artikel beliau menuliskan: “Aku mengucapkan untuk Sayyidina Isa Sayyidiy (tuanku), Ruh Allah dan KalimatNya. Salam sejahtera bagimu di hari engkau dilahirkan, di hari engkau meninggal dan di hari engkau dibangkitkan hidup kembali.”

Wallahu A’lam


Sya’roni As-Samfuriy, Cilangkap Jaktim 25 Desember 2013

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright @ 2013 ilmu tentang islam.