Selasa, 13 Agustus 2013

Mencapai Derajat Tertinggi di Hadapan Allah Ta'ala

Kumpulan Cerita Islam (KCI) : Mencapai Derajat Tertinggi di Hadapan Allah Ta'ala
Hikmah 8: Anugerah Jalan Makrifat

إذا فتحَ لكَ وِجْهةً من التَّعرُّفِ فلا تبالِ معها أن قلَّ عملُكَ فإنه ما فَتَحَها لك إلا وهو يريد أن يتعرَّفَ إليكَ . ألم تعلم أن التَّعَرُّفَ هو مُورِدُهُ عليك والأعمال أنت مهديها إليه وأين ما تُهديه إليه مما هو مُورِدُهُ عليكَ 

Jika Allah telah membukakanmu suatu orientasi makrifat, maka jangan lagi risaukan amal ibadahmu yang masih sedikit. Sesungguhnya Allah takkan membukakan jalan itu untukmu kecuali karena Allah sendiri hendak mengenalkan diri padamu. Tidakkah kau sadar bahwa makrifat itu Allah sendiri yang menyuguhkannya kepadamu sedangkan amal ibadah adalah suguhanmu kepada Allah? Di manakah posisi suguhanmu sendiri kepada Allah bila dibanding dengan suguhan Allah kepadamu?

Seorang salikin (pencari kebenaran) hendaknya beribadah semaksimal mungkin agar terlepas dari jerat kelalaian diri hingga akhirnya bisa mencapai Tuhan. Namun, biasanya ada banyak hal yang menyebabkan seorang salik sulit untuk beribadah maksimal semisal: kejenuhan, kemalasan, berbagai kesibukan dan lain sebagainya hingga berkuranglah intensitas ibadah sunahnya, seperti: shalat dan puasa sunah, wirid, khulwah (kontemplasi) dan lain-lain. Namun meskipun kadang kadar ibadah tidak terlalu banyak, dalam pencariannya seorang salik biasanya mendapat suatu pengalaman yang berorientasi pada ma'rifat.

Makrifat untuk mudahnya bisa diartikan sebagai kesadaran diri tentang suatu hakikat tersembunyi yang bisa mendekatkan diri kepada Allah. Makrifat merupakan tujuan utama dan impian tertinggi para salik. Orang yang telah mencapai makrifat disebut sebagaial-‘Arif. Ada banyak pengalaman yang berorientasi pada makrifat, misalnya: sakit, kemiskinan, kezaliman dari orang lain dan berbagai ujian lain yang pada esensinya justru berpotensi mengangkat derajat seorang hamba.



Contoh: Bila seorang salik dari lubuk hatinya sadar bahwa sakit yang diderita adalah batu loncatan untuk menggapai tingkat yang lebih tinggi karena pada hakikatnya sakit dapat menghapuskan dosa (sebagaimana disabdakan Rasul) dan sakit juga dapat meningkatkan kesabaran, maka berarti salik tersebut telah mendapat satu anugerah makrifat yang bernilai jauh lebih utama dari sejumlah banyak ibadah ragawi.

Allah telah berfirman dalam sebuah hadith qudsi:

إذا ابتليت عبدي المؤمن فلم يشكني إلى عواده أنشطته من عقالي وأبدلته لحماً خيراً من لحمه ودماً خيراً من دمه وليستأنف العمل

Bila Aku menguji hambaku kemudian dia tidak mengeluh padaku untuk kesembuhannya, maka akan kulepas dia dari jeratan ujianku dan kuganti dagingnya dengan daging yang lebih baik dan darahnya dengan darah yang lebih baik (menjadi manusia baru yang masih suci) dan (seraya kukatakan padanya) “mulailah amal ibadahmu lagi”.

Imam Muhammad bin Ali al-Turmudzi pernah bercerita:

Dulu aku pernah sakit. Tatkala sudah sembuh, aku membandingkan pelajaran yang dianugerahkan Allah dari sakitku dan ibadah ragawiku waktu itu lalu aku berkata dalam hati: “Manakah yang kupilih antara mengalami sakit dan ibadah ragawi yang banyak dalam waktu yang sama?” Maka aku yakin sekali dan mata hatiku pun setuju bahwa pilihan Allah itu lebih mulya, lebih membekas dan lebih bermanfaat, yaitu sakit yang ditimpakan Allah itu..... Kemudian bagiku sakit menjadi nikmat, nikmat pun menjadi anugerah, anugerah pun menjadi angan dan angan pun menjadi kasih. Aku berkata dalam hati: “Dengan inilah para Arif itu terus menerus dalam ujian hebat, tapi jiwanya tetap tenang bersama Tuhan. Dengan terungkapnya kesadaran kebenaran ini, mereka merasa bahagia menghadapi ujian berat".

Karena pengalaman yang berorientasi makrifat seperti itu didapat murni dari anugerah Allah atas hamba-Nya, maka bernilai jauh lebih utama daripada pencarian hamba itu sendiri terhadap kebenaran. Maka hendaknya setiap kesulitan hidup menjadi pelajaran tersendiri yang istimewa karena di balik tiap ujian ada potensi kemakrifatan yang bernilai jauh lebih besar dari ibadah dalam jumlah banyak. Karena itu, para ‘Arif biasanya sering terlihat tidak begitu istimewa dalam hal ibadah ragawinya, tapi mencapai derajat yang tinggi di sisi Allah. Sedikit amal ibadah ragawi yang disertai makrifat, jauh lebih bernilai dari banyaknya amal ibadah ragawi yang tidak disertai makrifat.

Catatan:

Makrifat dicapai melalui kesadaran diri (intuisi/dzauq), bukan dari pengetahuan akal. Jadi, misalnya seseorang tahu dari orang lain bahwa sabar menerima sakit, kemiskinan, dan beragam ujian lain yang menimpa adalah hal yang pada hakikatnya lebih utama untuknya dari ibadah ragawi, orang itu masih belum bisa disebut memperoleh kemakrifatan kecuali kalau pengetahuan itu berubah menjadi kesadaran dari lubuk hati terdalam. Tanda kesadaran itu telah muncul adalah manakala ada ketenangan hati menerima semua keputusan Allah terhadapnya. Wallahu a’lam.

Allah Ta'la itu Tidak Pernah Berbohong, Janji Allah Ta'ala Pasti

Kumpulan Cerita Islam (KCI) : Allah Ta'ala itu Tidak Pernah Berbohong, Janji Allah Ta'ala Pasti
Hikmah 7: Pantang Meragukan Janji Allah

لا يشككنك في الوعد عدم وقوعِ الموعود وإن تَعَيَّن زمنُه لئلا يكونَ ذلك قَدْحاً في بصيرتِكَ وإخماداً لنور سريرتك

Jangan sekali-kali kau meragukan janji Allah yang ternyata tidak terjadi, walau di waktu yang telah ditentukan sekalipun, agar hal itu tidak mencederai mata hatimu dan memadamkan cahayanya.

Seperti yang telah ditegaskan empat kali dalam al-Qur’an, Allah tidak pernah ingkar janji. Ketika Allah berjanji akan melakukan atau memberi sesuatu, maka itu pasti ditepati. Namun, adakalanya janji itu tidak juga terjadi karena kadang terjadinya janji-Nya itu sebenarnya digantungkan pada syarat-syarat tertentu yang manusia tidak mengetahuinya.

Dalam kasus orang-orang spesial yang dijadikan kekasih oleh Allah, sering kali mereka mendapatkan visi (penerawangan) tentang kejadian di masa depan. Visi itu biasanya benar-benar terjadi, namun ada kalanya tidak terjadi seperti yang diperlihatkan kepada mereka karena adanya syarat-syarat samar yang tidak diketahui. Hal ini pernah terjadi pada Rasulullah ketika Beliau memberikan visinya pada para sahabat bahwa di tahun ini (pada waktu itu tahun Hudaibiyah) akan ada penaklukan oleh kaum muslim, namun ternyata penaklukan yang dijanjikan terjadi tahun berikutnya.

Dalam kasus orang-orang kebanyakan seperti kita, janji Allah tidak kita dapati dari visi tertentu melainkan hanya dari al-Qur’an dan hadith saja. Sekedar contoh, perhatikan ayat berikut:

وَأَنْكِحُوا الْأَيَامَى مِنْكُمْ وَالصَّالِحِينَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَإِمَائِكُمْ إِنْ يَكُونُوا فُقَرَاءَ يُغْنِهِمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ . وَلْيَسْتَعْفِفِ الَّذِينَ لَا يَجِدُونَ نِكَاحًا حَتَّى يُغْنِيَهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ... [النور: 32، 33]

Kawinkanlah orang-orang yang singgle di antara kamu, dan orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan perempuan. Jika mereka miskin, maka Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui. Adapun orang-orang yang tidak mampu kawin hendaklah menjaga kesucian dirinya sampai Allah memampukan mereka dengan karunia-Nya.

Karena firman tersebut, Abu Bakar berkata: “Patuhi perintah Allah dalam perintah untuk menikah, maka Dia akan menepati janji-Nya padamu tentang kekayaan”. Ibnu Ma’ud berkata: “Carilah kekayaan dalam pernikahan!” dan ada banyak komentar lain yang serupa. Rasul pun pernah menikahkah laki-laki yang tidak punya apapun selain sarungnya dan bahkan tidak mampu memberi mas kawin berupa cincin dari besi sekalipun. Yang dijadikan mas kawin akhirnya adalah mengajarkan ayat suci al-Qur’an. Semuanya karena janji Allah itu, janji yang pasti ditepati oleh-Nya.

Namun, beberapa orang mungkin bertanya dalam hatinya, mengapa saya tetap berkekurangan meskipun saya telah menikah? Atau mengapa saya belum juga mampu untuk membiayai pernikahan saya padahal saya telah berusaha dan umur pun sudah lebih dari cukup?

Dalam kasus seperti ini, hendaknya orang tersebut tidak berburuk sangka kepada Allah karena bisa saja janji itu digantungkan pada syarat tertentu yang ternyata tidak dilakukannya, seperti syarat memenuhi kewajibannya sebagai suami/istri, tetap di jalur yang dibenarkan, tidak ragu akan kuasa Allah, berusaha serta berdoa dengan sungguh-sungguh dan lain-lain.

Adab sopan santun kepada Allah mesti tetap dilakukan dalam keadaan apapun. Berburuk sangka dengan menyangka Allah tidak mengabulkan janji-Nya tidak akan mendatangkan kebaikan apapun, tapi justru akan mengundang kerugian karena Allah itu sesuai dengan yang dipersepsikan oleh hamba-Nya. Jadi baguskanlah persepsi Anda tentang Allah.

Sabtu, 10 Agustus 2013

Takdir Rezeki, Putus Asa adalah Dosa

Kumpulan Cerita Islam (KCI) : Takdir Rezeki, Putus Asa adalah Dosa

Hikmah 6: Pantang putus asa dari pemberian Allah

لا يكُنْ تَأخُّرُ أَمَد العَطاء مَعَ الإلْحاح في الدّعَاءِ موجبَاً ليأسِك فهو ضَمِنَ لَكَ الإجابَةَ فيما يختارُهُ لكَ لا فيما تختاره لنَفْسكَ وفي الوقْتِ الذي يريدُ لا في الوقْت الذي تُريدُ

Janganlah keterlambatan datangnya anugerah Allah yang telah dibarengi dengan doamu yang sungguh-sungguh dan berulang kali itu menyebabkanmu putus asa. Dia menjamin terkabulnya doamu dalam hal yang dipilih-Nya untukmu, bukan dalam hal yang kau pilih sendiri dan pada waktu yang diinginkan-Nya, bukan pada waktu yang kau inginkan.

Allah Ta’ala berjanji akan mengabulkan doa orang-orang yang memohon kepadanya. Dengan seluruh kebesaran dan kemurahan, Dia berfirman: ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ (QS. Ghofir: 60) “Berdoalah padaku, niscaya akan kukabulkan”. Tapi, setiap orang hendaknya sadar bahwa Allah dengan segala Kebijakan dan Hikmah-Nya jauh lebih mengetahui apa yang terbaik dan dibutuhkan hamba-Nya. Dialah yang memilih apa hal yang paling tepat untuk seorang hamba miliki dan kapan waktu yang paling tepat untuk memberikan anugerah-Nya. Allah mengingatkan kita tentang ini dalam firman-Nya:

وَعَسى أن تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى أن تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ 
(QS: al-Baqarah:216)

“Mungkin saja kalian membenci sesuatu padahal itu yang terbaik untuk kalian. Mungkin saja kalian menyukai sesuatu padahal itu buruk untuk kalian. Allah Maha Mengetahui sedang kalian tidak mengetahui”

Memang, sering kali kita merasa yakin betul terhadap apa yang kita butuhkan berdasarkan berbagai pertimbangan rasional, tapi harus disadari bahwa seluruh pertimbangan kita hanya berdasarkan apa yang kita ketahui saja tanpa mempertimbangkan apa yang tidak kita ketahui. Allah telah mengetahui semua hal yang tidak ketahui dan semua hal yang belum terjadi pada kita sehingga lebih tahu apa yang paling tepat. Ada banyak orang yang memohon kekayaan tetapi belum juga dikaruniai kaya. Orang-orang itu yakin bahwa harta adalah hal yang dapat membebaskan mereka dari keterpurukan dan kesengsaraan tetapi Allah belum jua mengentaskan mereka dari kemiskinan. Seandainya mereka bisa melihat masa depan, tentu mereka akan tahu segala rahasia di balik keterlambatan terkabulnya doa mereka. Betapa banyak orang yang belajar dan menjadi bijak dalam kemiskinan. Mungkin saja Allah berkehendak kemiskinan mereka menjadi kesadaran berempati pada kaum tertindas ketika nanti Dia membuat mereka kaya atau mungkin Allah ingin kemiskinan mereka menjadi pelajaran dan motivasi untuk mendidik anak-anak yang sukses atau mungkin dengan pengetahuan-Nya, Allah tahu bahwa kekayaan materi bukan solusi yang tepat karena dapat mengubah perangai mereka menjadi orang-orang yang lalai, sombong atau zalim sehingga Allah menggantinya dengan kekayaan hati (kebijakan dan kelapangan dada). Ada banyak kemungkinan yang bisa saja luput dari pengetahuan dan pertimbangan kita.

Terkadang, keterlambatan terkabulnya doa disebabkan karena Allah suka mendengar permohonan hamba terkasih-Nya. Nabi bersabda: أن الله يحب الملحين في الدعاء (Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersemangat lagi mengulang-ulang dalam berdoa). Dalam hadith lain disebutkan:

أن العبد الصالح إذا دعا الله تعالى قال جبريل : يا رب عبدك فلان اقض حاجته فيقول : " دعوا عبدي فإني أحب أن أسمع صوته

“Tatkala seorang hamba yang shalih berdoa kepada Allah, maka Jibril berkata: “Wahai Tuhannya orang itu, kabulkanlah kebutuhannya”. Allah pun menjawab: “Biarkan hambaku!, Aku suka mendengar suaranya.”

Sebagai catatan, hal seperti ini tidak bisa diartikan sebagai bentuk “egoisme” Allah karena membiarkan orang yang shalih lebih lama dalam kesulitan karena hakikatnya setiap bagian dari doa orang itu diganti pahala; Kesabarannya, keteguhannya dalam berdoa, kemauannya untuk terus merendah dan memohon serta keyakinannya bahwa Allah akan mengabulkan doanya, kesemuanya itu bernilai pahala yang besar.

Keterlambatan terkabulnya doa seperi ini bukan hanya terjadi pada orang-orang biasa yang penuh dosa seperti kita, tetapi juga pada para Nabi yang mulia. Perlu waktu 40 tahun bagi doa Nabi Musa dan Harun untuk menjatuhkan Fir’aun (QS. Yunus: 88) hingga akhirnya dikabulkan (QS. Yunus: 89). Nabi Zakaria juga tak bosan-bosannya menunggu terkabulnya keinginannya untuk memiliki keturunan dari muda hingga usianya tua meskipun jelas-jelas istrinya mandul. Allah kemudian mengabulkan doa Nabi agung itu dan menganugerahkannya seorang putra bernama Yahya. (QS. Maryam: 1-9). Allah sendiri yang memberikan nama bagi anak spesial itu. Yahya, nama unik yang belum pernah ada sebelumnya di masa itu. Terkabulnya doa Nabi-nabi itu dalam situasi dan momen yang sangat tepat seperti diuraikan dalam sejarah.

Mari kita berdoa dengan sungguh-sungguh dan pantang berputus asa. Apapun yang terjadi setelah doa kita, itulah yang terbaik untuk kita

Jumat, 09 Agustus 2013

Fokus Terhadap Duniawi akan Membutakan Mata Hati

Kumpulan Cerita Islam (KCI) : Fokus Terhadap Duniawi akan Membutakan Mata Hati

Hikmah 5: Terhapusnya mata hati karena prioritas duniawi

اجتهادُكَ فيما ضَمِنَ لكَ وتقصيرُكَ فيما طَلَبَ منكَ دليلٌ على انْطماسِ البصيرةِ منْكَ
Usaha kerasmu dalam hal yang sudah dijamin untukmu dan kelalaianmu dalam hal yang dituntut darimu adalah pertanda terhapusnya mata hatimu.

Hal yang telah dijamin untuk manusia adalah rizkinya sebagaimana firman Allah yang artinya: “Tidak ada satupun makhluk hidup di muka bumi kecuali atas Allah jaminan rizkinya” (QS. Hud: 6). Allah menjamin riqki tiap makhluk yang dihidupkan-Nya ke dunia-Nya yang besar kecilnya rizki tersebut diberikan berdasarkan kebijakan-Nya. Adapun hal yang dituntut dari seorang hamba adalah pengabdian kepada Allah seperti disebutkan dalam banyak ayat al-Qur’an. Pengabdian adalah tujuan pokok tiap hamba hidup di dunia ini.

Bila seseorang bekerja keras sedemikian rupa untuk mengejar rizki yang sebenarnya sudah ditentukan untuknya dan pada waktu yang sama dia melalaikan kewajibannya kepada Allah, itu adalah pertanda bahwa mata hatinya telah terhapus. Mata hati ini adalah kemampuan jiwa untuk melihat kebenaran hingga jauh ke depan. Dengannya, manusia bisa tahu apa yang harus jadi prioritas utama dalam hidupnya. Tanpa mata hati, orientasi hidup seseorang bisa keliru dan akibatnya dia akan menyesal kelak di akhirat. Allah berfirman: وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ “akhir yang baik hanya bagi orang yang bertaqwa” (QS. Al-A’raf: 128).

Sebaliknya, orang yang mengetahui hakikat ini sehingga hatinya lebih banyak disibukkan dengan zikir dan ibadah daripada melulu memikirkan rizkinya, maka mata hatinya akan terbuka lebar sehingga bisa menangkap cahaya kebenaran dengan baik. Mata hatinya akan membuatnya melihat segala sesuatu dengan cara yang berbeda dari kebanyakan orang dan dia mampu menangkap rahasia yang paling tersembunyi dari setiap peristiwa.

Yang harus dihindari di sini adalah kerja keras sedemikian rupa dengan menghabiskan banyak waktu serta pikiran dalam mencari rizki, bukan bekerja mencari rizki itu sendiri. Adapun bekerja mencari rizki dengan cara yang sewajarnya dan tanpa melalaikan ibadah adalah sunnatullah yang mesti dilakukan, seperti dalam firman-Nya yang artinya: “Bila engkau sudah shalat, maka menyebarlah di muka bumi dan carilah kemurahan Allah (rizki dari-Nya) serta banyak ingatlah kepada Allah agar kalian beruntung” (QS. Al-Jum’ah: 10). Bahkan bila tujuannya sebagai bekal ibadah dan mencukupi nafkah keluarga, maka berkerja dapat menjadi poin ibadah juga. Dalam konteks ini Rasul bersabda: من بات كالاً من طلب الحلال بات مغفوراً له “barang siapa yang istirahat di malam hari dalam keadaan payah karena mencari rizki, maka dia istirahat di malam hari dalam keadaan diampuni dosanya”.

Banyak orang—bahkan orang yang dikenal sebagai da’i dan khatib jum’at sekalipun—yang keliru memahami dalil-dalil islam berikut hingga sampai pada kesimpulan bahwa bekerja untuk dunia dan akhirat idealnya harus sama-sama seimbang dan harus sama-sama diprioritaskan. Dalil yang sering disalahpahami tersebut adalah:

1. وَابْتَغِ فِيمَا آَتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآَخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا 
“carilah negeri akhirat yang telah Allah berikan kepadamu dan jangan lupakan bagianmu dari dunia”. (QS. Al-Qashash:77).

Ayat ini tidak memerintahkan untuk mencari dunia dan akhirat 50%-50%, tetapi perintah untuk berusaha keras mencari akhirat dengan catatan penghidupan duniawi jangan ditinggal seratus persen. Perbandingannya, sama dengan nasehat orang tua pada anaknya: “Nak, belajarlah yang giat di kampus, tapi jangan lupa istirahat”. Nasehat itu bukan perintah untuk belajar giat dan istirahat dengan giat juga bukan? Bukan juga perintah untuk belajar 50% dan istirahat 50%, tetapi istirahat seperlunya saja dan selebihnya belajar yang giat. Dalam konteks ayat tersebut, berarti pesannya adalah: Beribadahlah dengan giat untuk akhirat dan carilah dunia seperlunya saja, jangan diprioritaskan melebihi akhirat dan jangan ditinggalkan seratus persen.

2. Hadith Nabi احرز لدنياك كأنك تعيش أبدا واعمل لآخرتك كأنك تموت غدا “Kumpulkanlah untuk duniamu seakan-akan engkau akan hidup selamanya dan berbuatlah untuk akhiratmu seakan-akan engkau akan mati besok”. (H.R. al-Harith.). * Hadith senada juga diriwayatkan oleh al-Baihaqi.

Hadith di atas juga tidak untuk menekankan kesejajaran prioritas dunia dan akhirat. Bagaimana mungkin antara “hidup selamanya” dan “mati besok” mempunyai arti yang sama, yaitu: “melakukan dengan giat dan sungguh-sungguh”, seperti yang sering diartikan oleh banyak da’i dan motivator muslim. Maksud hadith di atas sebenarnya adalah: Kumpulkan kebutuhan duniawimu tanpa harus terlalu “ngoyo” seakan engkau akan hidup selamanya; masih banyak waktu dan tak perlu tergesa-gesa. Sebaliknya, beribadahlah untuk akhirat segiat dan se-khusyuk mungkin seolah tidak ada waktu santai lagi karena hidupmu akan berakhir besok. Dalam kitab Ittihaf al-Khiyarah karya al-Bushiri, hadith ini diletakkan dalam bab yang menerangkan celaan terhadap orang yang menomorduakan akhirat daripada dunia.

Kesimpulan yang keliru tersebut meskipun sepintas enak di dengar karena bisa dijadikan dalil etos kerja untuk dunia dan akhirat sekaligus, namun bertentangan dengan banyak dalil-dalil lain yang tak terhitung jumlahnya. Semoga kita semua mendapat hidayah dan dijauhkan dari ketergesa-gesaan dalam menyimpulkan dan membawakan dalil. Amin.Wallahu A’lam.

Kamis, 08 Agustus 2013

Tadbir, Janganlah Mencemaskan Masa Depan

Kupulan Cerita Islam (KCI) : Tadbir, Janganlah Mencemaskan Masa Depan
Hikmah 4: Mencemaskan masa depan


أرِحْ نَفْسَكَ مِنَ التَّدْبِيرِ فما قامَ بهِ غيرُكَ عنْكَ لا تَقُم بهِ لنفسِكَ
Istirahatkan dirimu dari mencemaskan masa depan. Apa yang sudah ditanggung pihak lain (Allah) untukmu, kau tidak perlu ikut menanggungnya.

Tadbir yang dimaksud di sini adalah mencemaskan masa depan dengan berlebihan sehingga mengerahkan seluruh daya upaya untuk mewujudkan masa depan yang diimpikan oleh nafsunya. Tadbir dalam arti ini sangat tidak baik karena hal ini dapat merampas ketenangan hidup dan lebih-lebih pada kenyataannya, tidak seluruh yang ditakutkan akan benar-benar terjadi. Kesempatan ibadah pun akan berkurang drastis karenanya.

Allah akan selalu memberikan yang terbaik bagi hamba-Nya dengan cara yang misterius. Masa depan setiap orang sesungguhnya adalah tanggungan-Nya. Dialah yang menjamin rizki tiap makhluk. Lihatlah cecak, Allah menjamin kecukupan makanannya dari serangga-serangga kecil yang beterbangan, padahal cecak diciptakan tidak bisa terbang untuk menjemput makanannya. Tenangkan hatimu yang gelisah karena hal-hal yang belum tentu terjadi, pasrahkan dirimu pada Allah dengan usaha terbaikmu dan yakinlah bahwa Allah tidak akan menelantarkanmu. Bukankah Allah telah menjaga, membesarkan dan merawatmu hingga kini? itu pula yang akan dilakukan-Nya untukmu di masa depan sampai waktu berkunjungmu di dunia ini berakhir. Bukankah sekuat apapun engkau membuat rencana-rencana hasilnya tetap ditentukan oleh izin Allah semata?

Buanglah seluruh pertanyaan-pertanyaan negatif seperti: bagaimana bila nanti suami meninggal? Bagaimana bila nanti bisnisku merugi? Bagaimana bila nanti tidak dapat mencukupi kebutuhan anak-anak? Bagaimana bila nanti SPP naik dan sebagainya yang sering meresahkan. Gantilah dengan kata-kata positif seperti "bila nanti di depan ada kesulitan, Allah pasti akan menunjukkan jalan keluarnya untukku seperti yang sudah-sudah" atau "bila Allah menutup satu pintu untukku, maka Dia pasti membuka pintu yang lain untuk kulewati, aku hanya perlu mencarinya" dan sebagainya.

Allah berfirman yang artinya: "Setan menjanjikan kamu kemiskinan sedangkan Allah menjanjikanmu pengampunan" (al-Baqarah: 268). Rasa takut rugi, takut miskin dan cemas berlebihan perihal ekonomi adalah dari bisikan setan agar manusia lupa akan ke-Maha Pengasihan-Nya.

Adapun tadbir yang berarti planning/perencanaan masa depan secara wajar tanpa menjadikannya sebagai fokus utama kehidupan, seperti contoh memikirkan strategi bisnis yang sedang dijalani, maka itu diperbolehkan. Karenanya, Rasul bersabda: "Tadbir (dalam arti bisnis planning) adalah separuh dari penghidupan".

Fokuskan sebagian besar pikiranmu untuk hal-hal yang sudah pasti terjadi, yaitu: kematian dan pertanggung jawaban di akhirat karena dii akhiratlah kehidupan yang sejati dimulai, bukan di dunia ini. Berbuat baiklah dan maksimalkan potensimu dalam kebaikan sejak kini.

Selasa, 06 Agustus 2013

Semangat Bekerja Bukan Jaminan Menjadi Yang Terbaik

Kumpulan Cerita Islam (KCI) : Semangat Bekerja Bukan Jaminan Menjadi Yang Terbaik
Hikmah 3: Kekuatan semangat vs. takdir Allah

سَوابِقُ الهِمَمِ لا تَخْرِقُ أَسْوارَ الأَقْدَارِ

Kekuatan semangat yang luar biasa tidak bisa menembus pagar takdir.

Ini adalah penjelas dari hikmah sebelumnya, dan alasan bagi hikmah yang berikutnya. Tidak semua orang di masa ini akan setuju dengan penjelasan di atas, tetapi secara faktual dan logis, itu benar-benar terjadi. 

Sekuat apapun semangat seseorang untuk mengubah hidupnya pada masa mendatang tidak akan ada manfaatnya bila tanpa izin Allah. Allah-lah yang menentukan seluruh jalan kehidupan ini hingga ke detail terkecilnya. Ketentuan itu dicatat sejak zaman azali, yaitu zaman mula-mula ketika makhluk belum diciptakan. Allah-lah yang menentukan siapa orang tua anda, bagaimana kemampuan ekonomi mereka dan ekonomi anda, seberapa hebat kemampuan otak anda, dalam lingkungan bagaimanakah anda tumbuh, pengalaman-pengalaman apakah yang akan anda dapat sebagai pelajaran dan wawasan dan seterusnya.

Seorang motivator atau inspirator mungkin akan memberikan contoh bagaimana seorang Bill Gates (pemimpin Microsoft) mampu menjadi orang terkaya di dunia dengan kerja kerasnya meskipun sebelumnya dia hanya orang biasa yang bahkan putus kuliah. Pertanyaannya, apakah hanya Bill Gates yang mempunyai semangat dan etos kerja seperti itu? Jawabannya tentu saja tidak, ada banyak sekali orang yang punya semangat kerja yang menggebu tapi tidak mampu menjadi seperti Bill Gates karena faktor-faktor di luar kemampuannya. Apakah dia yang bersemangat itu tidak mau keluar dari keterbatasan-keterbatasannya? Tentu saja sangat mau, tetapi ada batas-batas yang tidak bisa ditembusnya. Itulah takdir Allah. Bila seorang yang berusaha dan berdoa mendapati hidupnya berubah, maka hakekatnya bukan dia yang merubah hidupnya sendiri tetapi Allah yang berkehendak merubahnya karena dengan sifat Maha Pengasihnya, Dia menganugerahi usaha dan doa orang itu dengan keberhasilan.

Ada beberapa orang khusus di dunia ini yang mampu membelah lautan, berbicara dengan hewan, berkekuatan luar biasa, terbang seperti burung, melewati jarak ratusan kilometer dalam sekali kedipan mata, menghidupkan orang mati dan lain-lain yang luar biasa. Orang-orang khusus ini tidak melakukan itu semua dengan kemampuannya sendiri, melainkan dengan izin Allah, Sang Penguasa semua kejadian. Allah memberikan kemampuan luar biasa itu sebagai Mukjizat bagi para Nabi, karamah bagi para Waliyullah (kekasih Allah), pertolongan bagi orang beriman, dan istidraj (pembiaran dalam kehinaan) bagi para tukang sihir dan ahli maksiat.

Karena itu, buanglah seluruh perasaan hebatmu, keangkuhanmu, kesombonganmu, perasaan berjasamu, kisah kepahlawananmu dan segala perasaan yang membuatmu merasa melebihi orang lain. Merendahlah di hadapan-Nya yang telah memberikan kelebihan bagimu dan memberikan beragam ujian dan kegagalan yang akhirnya membuatmu banyak belajar dan semakin kuat serta matang.

لا حول ولا قوة إلا بالله Tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan izin Allah.

Senin, 05 Agustus 2013

Tajrid, Bekerja adalah Kewajiban

Kumpulan Cerita Islam (KCI) : Tajrid, Bekerja adalah Kewajiban
Hikmah 2: Pekerjaan Yang Tidak didasari Karena Allah Ta'ala adalah Hawa Nafsu

إرادتُكَ التجريدَ مع إقامةِ الله إِيَّاكَ في الأسباب من الشَّهوة الخفيةِ وإرادتُكَ الأسبابَ مع إقامةِ الله إِيَّاكَ في التجريد انحطاطٌ عن الهِمَّةِ العَلَيَّةِ
Keinginanmu untuk meninggalkan pekerjaan-pekerjaan duniawi di saat Allah menempatkanmu sebagai para pekerja adalah termasuk syahwat (hawa nafsu) yang samar. Sedangkan keinginanmu untuk sibuk dalam pekerjaan duniawi di saat Allah menempatkanmu di tingkatan orang yang meninggalkan pekerjaan duniawi adalah pemerosotan dari semangat yang luhur.

Dalam dunia sufi, Tajrid adalah pengasingan diri dari urusan-urusan duniawi untuk sepenuhnya fokus pada urusan-urusan akhrawi/akhirat. Tajrid adalah salah satu tingkatan tinggi yang dapat dicapai oleh seorang salik (penempuh jalan Allah). Tingkat ini membutuhkan ketawakkalan, kesabaran dan kegigihan untuk mendekatkan diri kepada Allah yang luar biasa. Karenanya, tidak semua orang dapat mencapai tingkat ini.

Terkadang, seorang salik yang belum siap betul kualitasnya mempunyai keinginan hati untuk bertajrid dan meninggalkan seluruh kegiatan duniawinya dengan tujuan bisa naik ke tingkatan yang lebih tinggi, padahal waktu itu Allah menempatkannya dalam posisi sebagai pekerja duniawi. Ini sesungguhnya adalah syahwatnya yang samar. Disebut samar karena maksudnya adalah baik, dan disebut syahwat (hawa nafsu) karena dia keinginannya bertentangan dengan penempatan Allah terhadap dirinya. Ciri-ciri Allah menempatkan seseorang dalam tingkatan para pekerja duniawi adalah Allah menyibukkannya dengan hal itu dalam waktu yang lama dan menjadikan pekerjaan itu sebagai kebutuhan pokoknya yang tidak bisa ditinggalkan sepenuhnya. Keinginan untuk bertajrid pada orang-orang semacam ini sejatinya adalah bisikan setan agar orang itu kacau kehidupannya karena memang dia belum siap untuk tingkatan itu.

Sebagian orang yang kualitas dirinya telah begitu baik; ilmu, amal dan riyadlahnya/penempaan dirinya telah melebihi kebanyakan orang, ditempatkan Allah dalam tingkatan Tajrid. Allah telah memudahkan rizkinya dengan cara yang tidak bisa dimengerti oleh akal tanpa dia harus mencarinya dan memberinya banyak waktu luang untuk beribadah tanpa dia harus sibuk dengan urusan-urusan duniawi yang dapat memalingkan konsentrasinya dari Allah. Bila orang-orang semacam ini masih juga berkeinginan untuk sibuk dengan pekerjaan-pekerjaan duniawi, maka ini adalah pemerosotan dari semangat yang luhur. Keinginannya termasuk syahwatnya yang nyata. Terhadap orang-orang spesial seperti ini, setan membisikkan rayuan-rayuannya agar dia terlibat kembali dalam urusan duniawi seperti dengan mengatakan bahwa tajrid adalah aib, tajrid dapat menimbulkan ketidak tenangan karena tidak bekerja, tajrid dapat membuat seseorang menginginkan harta pemberian dari orang lain dan sebagainya.

Setiap orang hendaknya menerima setiap kehendak Allah setulus hatinya tanpa menginginkan yang lain. Bila dia diposisikan sebagai para pekerja duniawi, maka tetap kerjakan urusan-urusan duniawinya dengan baik tanpa mengorbankan urusan-urusan akhiratnya. Dalam pekerjaan itulah ketenangannya untuk beribadah diberikan oelh Allah. Sebaliknya, bila seseorang telah ditempatkan dalam posisi tajrid dan dia dapat merasa tenang di posisi itu karena kualitas dirinya yang begitu mulia, maka tidak selayaknya dia terlibat dalam pekerjaan-pekerjaan duniwi yang menyibukkan dirinya hingga intensitasnya untuk ber-taqarrub berkurang.

Minggu, 04 Agustus 2013

Amal adalah Bukan Segalanya

Kumpulan Cerita Islam (KCI) : Amal adalah Bukan Segalanya
Hikmah 1: Jangan Bangga dengan Sebuah Amal


من علامة الاعتمادِ على العَمَلِ نُقْصانُ الرَّجاءِ عند وجودِ الزَّللِ
Termasuk tanda-tanda berpatokan pada amal (ibadah pribadi) adalah berkurangnya harapan (rahmat dari Allah) ketika terjadi kesalahan.

Seringkali dipersepsikan bahwa amal ibadah manusia adalah patokan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Konsekuensinya, ketika seorang hamba melakukan maksiat, maka harapannya terhadap rahmat Allah berkurang karena dia merasa tidak pantas mendapatkannya. Tetapi, pandangan semacam ini adalah pandangan kaum awam. Yang seharusnya dijadikan patokan sebenarnya adalah keridloan Allah semata. Inilah pandangan kaum ‘arifin (orang-orang yang mengenal Allah).

Seorang hamba yang baik hendaknya tidak melihat pada amal perbuatannya sendiri karena sesungguhnya amal perbuatan itu tidak ada artinya dan tidak mungkin terjadi tanpa restu Allah. Seorang ‘arif tidak akan merasa lebih layak untuk mendapat rahmat Allah ketika dirinya mengerjakan banyak amal baik dan tidak akan merasa semakin jauh dari rahmat-Nya ketika melakukan kesalahan. Pada saat yang sama, ketakutannya terhadap Allah tidak akan berkurang sedikitpun karena telah menjauhi semua larangan-Nya.

Allah-lah satu-satunya penyebab semua hal dapat terjadi. Allah yang menciptakan manusia beserta perbuatannya (al-Shaffat: 96). Segala amal kebaikan hendaknya tidak disandarkan kepada diri sendiri karena semua hanya dapat terjadi atas kehendak Allah. Jangan sesekali seorang hamba merasa menjadi orang mulia yang berhak atas surga karena telah melakukan berbagai kebajikan dan menjauhi segala larangan. Sebaliknya, ketika seorang hamba melakukan maksiat, hendaknya dia merasa takut akan ancaman Allah yang dijanjikan padanya tanpa menunda-nunda taubat karena merasa semakin jauh dari surga.

Sabtu, 03 Agustus 2013

Ucapan Selamat Indul Fitri Terbaru

Kumpulan Cerita Islam (KCI) : Ucapan Selamat Indul Fitri Terbaru
KCI Mengucapkan Selamat Idul Fitri 1434 H, Minal a'idin wal faidzin, Mohon Maaf Lahir dan Bathin


Maafkan Ya, atas segala Salahku! Dihari yang Fitri ini semoga kita semua mendapat ampunan serta Keberkahannya dan sekali lagi "Mohon Maaf Lahir dan Bathin"

Jika Mulut Salah Mengucap, Fikir salah menduga dan Raga Salah bertindak, maka pada Hari yang Fitri ini maafkanlah segala salah salahku "Mohon Maaf Lahir dan Bathin"

Genderang Bedug Menabuh ramaikan Jiwa sepikan dosa karena pada hari ini kita saling memaafkan atas segala dosaku selama ini dan Selamat Hari Raya Idul Fitri 1434 H "Mohon Maaf Lahir dan Bathin"

Telah tiba saatnya hari yang ditunggu tunggu kini Dia Hadir untuk membersihkan jiwa dari dosa dan menjalin silaturrahim antar sesama, Maka segalanaya "Mohon Maaf Lahir dan Bathin"

Selamat hari raya Idul Fitri, Marilah kita saling mengasihi dan memaafkan. Aku tau kamu telah banyak berbuat salah Dan dosa kepadaku, sering meminjam duit dan tidak ngembaliin, pake motor tidak pernah isi bensin, tapi tak usahr isau, Au telah memaafkanmu. 



Kata Kata telah terucap, tangan telah tergerak, prasangka telah terungkap, Tiada kata yang terindah, Kecuali "saling ma'af" Selamat Hari Raya Iedul Fitri. 

Bunga mawar berseri dipagi hari, Pancaran putihnya menyapa nurani, dan SMS ini dikirim pengganti diri. SELAMAT IDUL FITRI MOHON MAAF LAHIR BATHIN. 

Begitu banyaknya baris kode html, Sulitnya memvalidasi hasil design, Susahnya menyesuaikan kode di berbagai browser, tidak bisa dilukiskan dengan kecantikan design css, dan juga tidak bisa menghalangi niatku untuk meminta maaf. Selamat Hari Raya Idul Fitri. 

Melati semerbak harum mewangi, Sebagai penghias di Hari fitri, SMS ini hadir pengganti diri, Untuk ulurkan tangan silaturahmi. Selamat Idul Fitri. 

Menyambung kasih, merajut cinta, beralas ikhlas, dan beratap DOA. Semasa hidup bersimbah khilaf dan dosa, berharap dibasuh maaf. Selamat Idul Fitri. 

Sayup terdengar takbir berkumandang tanda Ramadhan akan lewat. Ampunan diharap, barokah pun didapat, Mohon maaf lahir dan bathin. 

Orang yang paling mulia adalah Orang yang mau memaafkan kesalahan orang lain. Mari bersihkan diri, sucikan hati di hari yang Fitri. 

Kecerdasan bukan berarti hidup tanpa khilaf. Dengan segala kerendahan hati aku tundukkan kepala tuk memohon maaf. 
Selamat idul Fitri 1434 H. 

MATA terkadang salah melihat, MULUT terkadang salah mengucap, HATI terkadang salah menduga, Dengan niat yang tulus, suci dan ikhlas. Mohon Maaf Lahir dan Bathin.

Copyright @ 2013 ilmu tentang islam.