Minggu, 21 Desember 2014

Ibu | Dalil tentang keutamaan Ibu dan Bapak

Kumpulan Cerita Islam (KCI) : Ibu | Dalil tentang keutamaan Ibu dan Bapak

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

وَوَصَّيْنَا الْإِنسَانَ بِوَالِدَيْهِ إِحْسَاناً حَمَلَتْهُ أُمُّهُ كُرْهاً وَوَضَعَتْهُ كُرْهاً وَحَمْلُهُ وَفِصَالُهُ ثَلَاثُونَ شَهْراً حَتَّى إِذَا بَلَغَ أَشُدَّهُ وَبَلَغَ أَرْبَعِينَ سَنَةً قَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحاً تَرْضَاهُ وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي إِنِّي تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّي مِنَ الْمُسْلِمِينَ

illustrasi
“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdo’a: “Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri ni’mat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai. berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.” (Qs. Al-Ahqaaf : 15)

Ayat diatas menjelaskan akan hak ibu terhadap anaknya. Ketahuilah, bahwasanya ukuran terendah mengandung sampai melahirkan adalah 6 bulan (pada umumnya adalah 9 bulan 10 hari), ditambah 2 tahun menyusui anak, jadi 30 bulan. Sehingga tidak bertentangan dengan surat Luqman ayat 14 (LihatTafsiir ibni Katsir VII/280)

وَوَصَّيْنَا الْإِنسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْناً عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ

“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun . Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” (Qs. Luqman : 14)

Dalam ayat ini disebutkan bahwa ibu mengalami tiga macam kepayahan, yang pertama adalah hamil, kemudian melahirkan dan selanjutnya menyusui. Karena itu kebaikan kepada ibu tiga kali lebih besar daripada kepada ayah. Sebagaimana dikemukakan dalam sebuah hadits,

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ :يَا رَسُوْلَ اللهِ، مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِي؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ، قَالَ أَبُوْكَ

Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, belia berkata, “Seseorang datang kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Dan orang tersebut kembali bertanya, ‘Kemudian siapa lagi?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Ibumu.’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi,’ Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Kemudian ayahmu.'” (HR. Bukhari no. 5971 dan Muslim no. 2548)

Imam Al-Qurthubi menjelaskan, “Hadits tersebut menunjukkan bahwa kecintaan dan kasih sayang terhadap seorang ibu, harus tiga kali lipat besarnya dibandingkan terhadap seorang ayah. Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menyebutkan kata ibu sebanyak tiga kali, sementara kata ayah hanya satu kali. Bila hal itu sudah kita mengerti, realitas lain bisa menguatkan pengertian tersebut. Karena kesulitan dalammenghadapi masa hamil, kesulitan ketikamelahirkan, dan kesulitan pada saat menyusui dan merawat anak, hanya dialami oleh seorang ibu. Ketiga bentuk kehormatan itu hanya dimiliki oleh seorang ibu, seorang ayah tidak memilikinya. (Lihat Tafsir Al-Qurthubi X : 239. al-Qadhi Iyadh menyatakan bahwa ibu memiliki keutamaan yang lebih besar dibandingkan ayah)

Begitu pula dengan Imam Adz-Dzahabi rahimahullaah, beliauberkata dalam kitabnya Al-Kabaair,

Ibumu telah mengandungmu di dalam perutnya selama sembilan bulan, seolah-olah sembilan tahun.
Dia bersusah payah ketika melahirkanmu yang hampir saja menghilangkan nyawanya.
Dia telah menyusuimu dari putingnya, dan ia hilangkan rasa kantuknya karena menjagamu.
Dia cuci kotoranmu dengan tangan kirinya, dia lebih utamakan dirimu dari padadirinya serta makanannya.
Dia jadikan pangkuannya sebagai ayunan bagimu.
Dia telah memberikanmu semua kebaikan dan apabila kamu sakit atau mengeluh tampak darinya kesusahan yang luar biasa dan panjang sekali kesedihannya dan dia keluarkan harta untuk membayar dokter yang mengobatimu.
Seandainya dipilih antara hidupmu dan kematiannya, maka dia akan meminta supaya kamu hidup dengan suaranya yang paling keras.
Betapa banyak kebaikan ibu, sedangkan engkau balas dengan akhlak yang tidak baik.
Dia selalu mendo’akanmu dengan taufik, baik secara sembunyi maupun terang-terangan.
Tatkala ibumu membutuhkanmu di saat dia sudah tua renta, engkau jadikan dia sebagai barang yang tidak berharga di sisimu.
Engkau kenyang dalam keadaan dia lapar.
Engkau puas minum dalam keadaan dia kehausan.
Engkau mendahulukan berbuat baik kepada istri dan anakmu dari pada ibumu.
Engkau lupakan semua kebaikan yang pernah dia perbuat.
Berat rasanya atasmu memeliharanya padahal itu adalah urusan yang mudah.
Engkau kira ibumu ada di sisimu umurnya panjang padahal umurnya pendek.
Engkau tinggalkan padahal dia tidak punya penolong selainmu.
Padahal Allah telah melarangmu berkata ‘ah’ dan Allah telah mencelamu dengan celaan yang lembut.
Engkau akan disiksa di dunia dengan durhakanya anak-anakmu kepadamu.
Allah akan membalas di akhirat dengan dijauhkan dari Allah Rabbul ‘aalamin.

(Akan dikatakan kepadanya),

ذَلِكَ بِمَا قَدَّمَتْ يَدَاكَ وَأَنَّ اللَّهَ لَيْسَ بِظَلَّامٍ لِّلْعَبِيدِ

“Yang demikian itu, adalah disebabkan perbuatan yang dikerjakan oleh kedua tangan kamu dahulu dan sesungguhnya Allah sekali-kali bukanlah penganiaya hamba-hamba-Nya”. (QS. Al-Hajj : 10)

(Al-Kabaair hal. 53-54, Maktabatush Shoffa, Dar Albaian)

Demikianlah dijelaskan oleh Imam Adz-Dzahabi tentang besarnya jasa seorang ibu terhadap anak dan menjelaskan bahwa jasa orang tua kepada anak tidak bisa dihitung.

Yah, kita mungkin tidak punya kapasitas untuk menghitung satu demi satu hak-hak yang dimiliki seorang ibu. Islam hanya menekankan kepada kita untuk sedapat mungkin menghormati, memuliakan dan menyucikan kedudukan sang ibu dengan melakukan hal-hal terbaik yang dapat kita lakukan, demi kebahagiannya.
Contoh manusia terbaik yang berbakti kepada Ibunya

Dari Abi Burdah, ia melihat Ibnu ‘Umar dan seorang penduduk Yaman yang sedang thawaf di sekitar Ka’bah sambil menggendong ibunya di punggungnya. Orang yaman itu bersenandung,

إِنِّي لَهَا بَعِيْرُهَا الْمُـذِلَّلُ – إِنْ أُذْعِرْتُ رِكَابُهَا لَمْ أُذْعَرُ

"Sesungguhnya diriku adalah tunggangan ibu yang sangat patuh. Apabila tunggangan yang lain lari, maka aku tidak akan lari."

Orang itu lalu bertanya kepada Ibn Umar, “Wahai Ibnu Umar, apakah aku telah membalas budi kepadanya?” Ibnu Umar menjawab, “Engkau belum membalas budinya, walaupun setarik napas yang ia keluarkan ketika melahirkan.” 
(Adabul Mufrad no. 11; Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

Dalam sebuah riwayat diterangkan:

Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma bahwasanya seseorang mendatanginya lalu berkata: bahwasanya aku meminang wanita, tapi ia enggan menikah denganku. Dan ia dipinang orang lain lalu ia menerimanya. Maka aku cemburu kepadanya lantas aku membunuhnya. Apakah aku masih bisa bertaubat? Ibnu Abbas berkata: apakah ibumu masih hidup? Ia menjawab: tidak. Ibnu Abbas berkata: bertaubatlah kepada Allah ‘Azza wa Jalla dan dekatkanlah dirimu kepadaNya sebisamu. Atho’ bin Yasar berkata: maka aku pergi menanyakan kepada Ibnu Abbas kenapa engkau tanyakan tentang kehidupan ibunya? Maka beliau berkata: ‘Aku tidak mengetahui amalan yang paling mendekatkan diri kepada Allah ta’ala selain berbakti kepada ibu’. (Hadits ini dikeluarkan juga oleh Al Baihaqy di Syu’abul Iman (7313), dan Syaikh Al Albany menshahihkannya, lihat As Shohihah (2799))

Pada hadits di atas dijelaskan bahwasanya berbuat baik kepada ibu adalah ibadah yang sangat agung, bahkan dengan berbakti kepada ibu diharapkan bisa membantu taubat seseorang diterima Allah ta’ala. Seperti dalam riwayat di atas, seseorang yang melakukan dosa sangat besar yaitu membunuh, ketika ia bertanya kepada Ibnu Abbas, apakah ia masih bisa bertaubat, Ibnu Abbas malah balik bertanya apakah ia mempunyai seorang ibu, karena menurut beliau berbakti atau berbuat baik kepada ibu adalah amalan paling dicintai Allah sebagaimana sebagaimana membunuh adalah termasuk dosa yang dibenci Allah.

Berbuat baik kepada ibu adalah amal sholeh yang sangat bermanfa’at untuk menghapuskan dosa-dosa. Ini artinya, berbakti kepada ibu merupakan jalan untuk masuk surga.
Jangan Mendurhakai Ibu

Dalam sebuah hadits Rasulullah shalallaahu ‘alaihi wasallam bersabda,

عن المغيرة بن شعبة قال : قال النبي صلى الله عليه و سلم : إن الله حرم عليكم عقوق الأمهات ووأد البنات ومنع وهات . وكره لكم قيل وقال وكثرة السؤال وإضاعة المال

“Sesungguhnya Allah Ta’ala mengharamkan kalian berbuat durhaka kepada ibu-ibu kalian, mengubur anak perempuan hidup-hidup, menolak kewajiban dan menuntut sesuatu yang bukan menjadi haknya. Allah juga membenci jika kalian menyerbarkan kabar burung (desas-desus), banyak bertanya, dan menyia-nyiakan harta.” (Hadits shahih, riwayat Bukhari, no. 1407; Muslim, no. 593, Al-Maktabah Asy-Syamilah)

Ibnu Hajar memberi penjelasan sebagai berikut, “Dalam hadits ini disebutkan ‘sikap durhaka’ terhadap ibu, karena perbuatan itu lebih mudah dilakukan terhadap seorang ibu. Sebab,ibu adalah wanita yang lemah. Selain itu, hadits ini juga memberi penekanan, bahwa berbuat baik kepada itu harus lebih didahulukan daripada berbuat baik kepada seorang ayah, baik itu melalui tutur kata yang lembut, atau limpahan cinta kasih yang mendalam.” (Lihat Fathul BaariV : 68)

Sementara, Imam Nawawi menjelaskan, “Di sini, disebutkan kata ‘durhaka’ terhadap ibu, karena kemuliaan ibu yang melebihi kemuliaan seorang ayah.”(Lihat Syarah Muslim XII : 11)
Buatlah Ibu Tertawa

جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ : جئْتُ أبَايِعُكَ عَلَى الْهِجْرَةِ، وَتَرَكْتُ أَبَوَيَّ يَبْكِيَانِ، فَقَالَ : ((اِرْخِعْ عَلَيْهِمَا؛ فَأَضْحِكْهُمَا كَمَا أَبْكَيْتَهُمَا))

“Seseorang datang kepada Rasulullah shalallaahu ‘alaihi wa sallam dan berkata, “Aku akan berbai’at kepadamu untuk berhijrah, dan aku tinggalkan kedua orang tuaku dalam keadaan menangis.” Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Kembalilah kepada kedua orang tuamu dan buatlah keduanya tertawa sebagaimana engkau telah membuat keduanya menangis.” (Shahih : HR. Abu Dawud (no. 2528), An-Nasa-i (VII/143), Al-Baihaqi (IX/26), dan Al-Hakim (IV/152))
Jangan Membuat Ibu Marah

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ قَالَ : رِضَا الرَّبِّ فِي رِضَاالْوَالِدِ، وَسَخَطُ الرَّبِّ فِي سَخَطِ الْوَلَدِ.

“Dari ‘Abdullah bin ‘Umar, ia berkata, “Ridha Allah tergantung ridha orang tuadan murka Allah tergantung murka orang tua.“ (Adabul Mufrod no. 2. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan jika sampai pada sahabat, namun shahih jika sampai pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam)

Kandungan hadits diatas ialah kewajiban mencari keridhaan kedua orang tua sekaligus terkandung larangan melakukan segala sesuatu yang dapat memancing kemurkaan mereka.

Seandainya ada seorang anak yang durhaka kepada ibunya, kemudian ibunya tersebut mendo’akan kejelekan, maka do’a ibu tersebut akan dikabulkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sebagaimana dalam hadits yang shahih NabiShalallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ثَلاَثُ دَعَوَاتٍ مُسْتَجَابَاتٌ، لاَ شَكَّ فِيْهِنَّ: دَعْوَةُ الْوَالِدِ عَلَى وَلَدِهِ، وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ، وَدَعْوَةُ الْمَظْلُوْمِ.

“Ada tiga do’a yang dikabulkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala yang tidak diragukan tentang do’a ini: (1) do’a kedua orang tua terhadap anaknya, (2) do’a musafir-orang yang sedang dalam perjalanan-, (3) do’a orang yang dizhalimin.” (Hasan : HR. Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad (no. 32, 481/Shahiih Al-Adabil Mufrad (no. 24, 372))

Jika seorang ibu meridhai anaknya, dan do’anya mengiringi setiap langkah anaknya, niscaya rahmat, taufik dan pertolongan Allah akan senantiasa menyertainya. Sebaliknya, jika hati seorang ibu terluka, lalu ia mengadu kepada Allah, mengutuk anaknya. Cepat atau lambat, si anak pasti akan terkena do’a ibunya. Wal iyyadzubillaah..

Saudariku…jangan sampai terucap dari lisan ibumu do’a melainkan kebaikan dan keridhaan untukmu. Karena Allah mendengarkan do’a seorang ibu dan mengabulkannya. Dan dekatkanlah diri kita pada sang ibu, berbaktilah, selagi masih ada waktu…

والله الموفّق إلى أقوم الطريق
وصلى الله وسلم على نبينا وعلى آله وأصحابه ومن اتّبعهم بإحسان الى يوم الدين

Sumber :
Artikel muslimah.or.id

Maraji’ :
  • Qur’anul Karim dan Terjemahannya
  • Rekaman Ta’lim Ustadz Abuz Zubair Al-Hawary Hafizhahullaahu Ta’ala
  • www.buletin.muslim.or.id
  • www.almanhaj.or.id
  • Asy-Syaikh DR. Muhammad Luqman Salafi, Rasysyul Barad Syarh Al-Adabil Mufrad, Daarud Daa-‘iy Linnasyr wat Tauzii’, Riyadh.
  • Imam Adz-Dzahabi, Al-Kabaair, Maktabatush Shoffa, Dar Albaian.
  • Abu Abdillah Muhammad Luqman Muhammad As-Salafi, Syarah Adabul Mufrad Jilid 1, Griya Ilmu, Jakarta.
  • Imam Adz-Dzahabi, Al-Kaba’ir – Dosa-dosa yang Membinasakan, Darus Sunnah, Jakarta.
  • Abu Zubeir Hawary, Wahai Ibu Maafkan Anakmu, Darul Falah, Jakarta.
  • Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Birrul Walidain, At-Taqwa, Bogor.
  • Abu Umar Basyir, Sutra Kasih Ibunda – Kepadamu Berbakti Tiada Henti,Rumah Dzikir, Sukoharjo, Solo.

Senin, 17 November 2014

Malaikat JIbril as | Riwayat Hidup Singkat Malaikat Jibril As.

Kumpulan Cerita Islam (KCI) : Malaikat JIbril asRiwayat Hidup Singkat Malaikat Jibril As.


Nabi SAW bersabda : 

Illustrasi bukan sebenarnya
Setelah Allah SWT menciptakan Malaikat Jibril As dengan rupa yang sebaik-baiknya dan Dia jadikan untuknya enam ratus sayap, panjang tiap-tiap sayap sejarak antara timur dan barat, maka Jibril memandang kepada dirinya, lalu berkata: “Tuhanku apakah engkau telah menciptakan makhluk lain yang lebih indah rupanya daripada aku?”
Allah Ta’ala menjawab: “Tidak”.

Maka bangkitlah Jibril, lalu shalat dua rakaat karena rasa syukurnya kepada Allah Ta’ala. Dia berdiri pada setiap rakaatnya selama 20.000 tahun.

Tatkala usai shalatnya, Allah SWT berfirman: “Wahai Jibril, engkau telah menyembah-Ku dengan sesungguh-sungguhnya, dan tidak ada satupun yang menyembah Aku seperti ibadatmu itu.  Akan tetapi, akan datang di akhir zaman seorang nabi mulia yang Aku kasihi, bernama Muhammad, dan dia mempunyai umat yang lemah lagi berdosa.  Mereka melakukan shalat dua rakaat dengan lalai dan tidak sempurna, dalam waktu yang sebentar saja (terburu-buru), dan pikiran-pikiran yang banyak, dan dosa-dosa yang besar. Namun demi Keperkasaan dan Keangungan-Ku, sesungguhnya shalat mereka lebih Aku sukai daripada shalatmu itu. Karena, shalat mereka berdasarkan dengan perintah-Ku, sedang engkau melakukan shalat tanpa perintah-Ku.”

Jibril berkata: “Wahai Tuhanku, apakah yang Engkau berikan kepada mereka sebagai imbalan dari ibadat mereka?”
Allah SWT menjawab: “Aku berikan mereka Surga Ma’Wa”.
Jibril pun meminta ijin kepada Allah untuk dapat melihat surga itu. Allah Ta’ala mengijinkannya. Maka datanglah Jibril, lalu dia kepakkan seluruh sayapnya, kemudian ia pun terbang. Tiap kali dia buka sepasang sayap, dia dapat menempuh jarak sejauh perjalanan 300.000 tahun, dan tiap kali dia tangkupkan, dia dapat menempuh jarak seperti itu pula. Dia terbang sedemikian rupa selama 300 tahun, namun dia tidak mampu, kemudian hinggaplah dia pada bayang-bayang sebuah pohoh, dan dia bersujud kepada Allah SWT, lalu berkata dalam sujudnya, “Tuhanku, apakah aku telah mencapai separuh surga itu, atau sepertiganya atau seperempatnya?”
Allah SWT menjawab: “ Wahai Jibril, sekiranya kamu terbang selama 300.000 tahun pun, dan walaupun Aku berikan kepadamu kekuatan lagi seperti kekuatanmu itu serta sayap-sayap lagi seperti sayap-sayapmu, lalu engkau terbang seperti yang telah engkau lakukan, namun engkau tidak akan mencapai sepersepuluh dari apa yang Aku berikan kepada umat Muhammad, sebagai imbalan dari shalat mereka dua rakaat.”
Wallohu 'alam.
(Misykat Al-Anwar)

Kamis, 13 November 2014

Sanadan | Pentingnya Sanad dan Ijazah

Kumpulan Cerita Islam (KCI) : Sanadan | Pentingnya Sanad dan Ijazah

بسم الله الرحمن الرحيم

إن الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره، ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن سيئات أعمالنا، من يهده الله فلا مضل له، ومن يضلل فلا هادي له .وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أن محمداً عبده ورسوله.
Aang Nuh (Ulama Gentur)

أما بعد:

فإن أصدقَ الحديث كتابُ الله، وخير الهدي هدي محمد صلى الله عليه وسلم ، وشرَّ الأمور محدثاتها، وكلّ مُحدثة بدعة، وكل بدعة ضلالة، وكل ضلالة في النار.

Salaf kita telah meninggalkan sebuah peninggalan berharga yang tidak terdapat sebelumnya dalam agama manapun selain Islam, dengan kokoh, kuat dan tidak pernah terputus sepanjang zaman. Inilah yang kita namakan dengan sanad.

Abdullah ibn Mubarok rahimahullahu (w. 181 H) dalam Mukadimah Shahih Muslim (1/87 – Nawawi), berkata :

الإسناد من الدين ولولا الإسناد لقال من شاء ما شاء

Artinya : “Isnad itu bagian dari agama, seandainya tidak ada isnad orang-orang akan mengatakan apa yang dikehendakinya”.

Beliau setidaknya menyebutkan dua hal :
Pertama, tentang pentingnya isnad.
Kedua, tentang pentingnya memeriksa isnad.

Allah Ta’ala berfirman : 

يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِن جَآءَكُمْ فَاسِقٌۢ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوٓا۟ أَن تُصِيبُوا۟ قَوْمًۢا بِجَهٰلَةٍ فَتُصْبِحُوا۟ عَلَىٰ مَا فَعَلْتُمْ نٰدِمِينَ

Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu seorang fasiq membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti” 
(Qs. Al-Hujarat 6).


Seperti inilah ilmu yang bersambung sampai Rasullulloh saw:

1. Nabi Muhammad SAW bin A`bdillah As. , kepada
2. Imam Ibnu Umar ( Abdullah bin Umar bin Khatab Ra. )
3. Imam Nafi` bin Hurmuz tabi` Ibnu Umar
4. Imam Malik bin Anas Ra.
5. Imam Syafi`i Ra.
6. Imam Ibrahim Al-Mazany
7. Imam Abu Sa`id Al-Ambathy
8. Imam Abu Abbas bin Syuraij
9. Imam Ibrahim Al-maruzy
10. Imam Abu Bakar Al-Qofal
11. Imam Abdullah bin Yusuf bin Muhammad Al-Juwainy
12. Imam Haromain ( Abdul Malik bin Abdullah bin Yusuf bin Muhammad Al-Juwainy )
13. Imam Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Muhammad Al-Ghazaly
14. Syekh Muhammad bin Yahya
15. Syekh Ardabily
16. Imam Nawawi
17. Syekh Atha uddin Al-Athary
18. Syekh Abdur Rahim Al-Iraqy
19. Syekh Ibnu Hajar Al-Asqolany
20. Syekh Zakariya Al-Angshary
21. Syekh Ahmad bin Hazar Al-Haitamy
22. Syekh Zainuddin Al-Malibary
23. Syekh Abdul Muhyi Pamijahan (Safarwadi, Tasikmalaya), kepada
24.Syekh Hasan Musthofa bin Utsman Mas Sastramanggala karang anyar Bandung Rhm.
25.Syekh Ahmad Syujaa`i Gudang Kota batik Tasik Malaya
26.Syekh Ahmad Syaathiby bin Sa`id Gentur warung kondang Cianjur

27. Ulama Ulama Sukabumi dan Cianjur kebanyaknnya bersanad ke Syekh Ahmad Syaathibi Gentur

Syaikh-syaikh kita walaupun dengan segala kemudahan yang diberikan oleh Allah Ta’ala kepada mereka, tetap mempertahankan sanad-sanad hadits sampai pengarang kitab, dan tidak berlebihan dengannya. Misalkan Syaikh kita Al-Allamah Abdul Aziz ibn Baz (w. 1420 H) meriwayatkan kepada kita kitab-kitab Ibn Taimiyyah dari Syaikh Al-Allamah Al-Muhadits Abdul Haq Al-Hasyimi, beliau berkata:

أخبرنا أحمد بن عبدالله بن سالم البغدادي , عن عبدالرحمن بن حسن بن محمد بن عبدالوهاب , عن جده شيخ الإسلام محمد بن عبدالوهاب , عن الشيخ عبدالله بن إبراهيم المدني , عن الشيخ الفقيه عبدالقادر التغلبي , عن الشيخ المحدث عبدالباقي , عن الشيخ المحدث أحمد بن مفلح الوفائي , عن الشيخ الفقيه موسى بن أحمد الحجاوي , عن الشيخ الفقيه أحمد بن محمد المقدسي المعروف بالشويكي , عن الشيخ أحمد بن عبدالله العسكري , عن الشيخ علاء الدين المرداوي , عن الشيخ إبراهيم بن قندس البعلي , عن الشيخ علاء الدين علي بن العباس المعروف بابن اللحام , عن الشيخ الحافظ عبدالرحمن بن رجب , عن الحافظ شمس الدين ابن القيم , عن شيخ الإسلام الحافظ تقي الدين ابن تيمية.

Dari sanad diatas nampaklah kepada kita Syaikh-Syaikh besar di zamannya saling berhubungan bagaikan kalung mutiara yang tidak terputus seperti Syaikhul Islam Muhammad ibn Abdul Wahab, Syaikhul Islam Ibn Qayyim dan Syaikhul Islam Ibn Taimiyyah. Kalung-kalung itu tetap menjadi kalung mutiara ketika engkau meriwayatkan dari mereka lalu mengikuti langkah mereka dalam berpegang pada manhaj salaf.

Sanad-sanad seperti ini diriwayatkan dari berbagai jalan dan mutawatir kepada kita, tidak benar jika dikatakan sanad semacam ini jarang dan telah putus sebagian besarnya. Kitab-kitab Al-Hafizh Ibn Katsir rahimahullahu misalnya telah diriwayatkan dari sedikitnya tiga belas jalan. Berikut ini, kami nukilkan sanad-sanadnya yang diberikan kepada kami dari salah seorang ikhwan di negeri Arab.

1. عن حماد بن محمد الأنصاري، وأبي تراب الظاهري، كلاهما عن والد الثاني: الشيخ عبد الحق الهاشمي، عن أحمد بن عبد الله بن سالم البغدادي، عن عبد الرحمن بن حسن ابن شيخ الإسلام محمد بن عبد الوهاب، عن جده شيخ الإسلام، عن عبد الله بن إبراهيم بن سيف النجدي، عن أبي المواهب محمد بن عبد الباقي بن عبد الباقي الحنبلي، عن أبيه، عن المعمر عبد الرحمن البهوتي الحنبلي، عن الجمال يوسف بن زكريا، عن أبيه القاضي زكريا الأنصاري، عن الحافظ ابن حجر، عن ابن الجزري، عن ابن كثير-رحمه الله.

2. عن محمد الشاذلي النيفر، وعبد القادر بن كرامة الله النجاري، كلاهما عن الشيخ عمر بن حمدان المحرسي، عن محمد المكي بن مصطفى -المعروف بابن عزوز-عن الشيخ أحمد بن إبراهيم بن عيسى النجدي، عن الشيخ عبد الرحمن ابن حسن بن شيخ الإسلام محمد بن عبد الوهاب، عن جده شيخ الإسلام، عن عبد الله بن إبراهيم بن سيف الفَرضِي النجدي، عن أبي المواهب بن تقي الدين الحنبلي، عن النجم الغزي، عن أبيه البدر محمد بن الرضي محمد الغزي الدمشقي، عن الحافظ السيوطي، عن بهاء الدين أبي البقاء البلقيني، عن ابن الحسباني، عن ابن كثير-رحمه الله.

3. عن الشيخ سليمان بن حمدان، عن الشيخ عبد الستار الدهلوي، عن أبي بكر خوقير، عن أحمد بن إبراهيم بن عيسى، عن عبد الرحمن بن حسن ابن شيخ الإسلام محمد بن عبد الوهاب، عن جده شيخ الإسلام، عن محمد حياة السندي، عن عبد الله بن سالم البصري، عن المسند زين العابدين الطبري، عن أبيه، عن الشمس الرملى، عن الحافظ السخاوي، عن الحافظ ابن حجر، عن ابن عنقة البسكري، عن ابن كثير -رحمه الله.

4. عن الشيخ أبى تراب الظاهري، عن الشيخ أحمد شاكر، عن عبد الستار الدهلوي، عن أبي بكر خوقير، عن أحمد بن إبراهيم بن عيسى، عن عبد الرحمن بن حسن ابن شيخ الإسلام محمد بن عبد الوهاب، عن عبد الرحمن الجبرتي المصري، عن مرتضى الزبيدي، عن عمر بن عقيل الحسيني، عن عبد الله بن سالم البصري، عن عبد الله بن محمد الديري الدمياطي، عن سلطان المزاحي، عن نور الدين علي الزيادي، عن الجمال يوسف بن عبد الله الأرموني، عن الحافظ السيوطي، عن المحب أبي المعالى الطبري، والرضي أبي حامد المخزومي، وأبي بكر المرشدي، كلهم عن الشهاب بن حجي، عن ابن كثير-رحمه الله.

5. عن الشيخ عبد الله بن عبد الرحمن السعد، عن الشيخ حمود التويجري، عن الشيخ عبد الله بن عبد العزيز العنقري، عن الشيخ سعد بن حمد بن عتيق، عن ابن عيسى، عن عبد الرحمن بن حسن، عن حسن القويسيني، عن داود القلعي، عن أحمد الجوهري، عن عبد الله بن سالم البصري، عن المسند زين العابدين بن عبد القادر الطبري، عن أبيه، عن المعمر عبد الواحد بن إبراهيم الحصاري، عن الحافظ السخاوي، عن الحافظ ابن حجر، عن سعد الدين النواوي، عن ابن كثير -رحمه الله.

6. عن الشيخ محمد بن عبد الله ابن آدُّ الشنقيطي، عن الشيخ عبد الرحمن بن ناصر السعدي، عن الشيخ علي بن ناصر أبي وادى، عن السيد نذير حسين الدهلوي، عن محمد إسحاق، عن عبد العزيز بن ولي الله الدهلوي، عن أبيه، عن أبي الطاهر الكردي، عن الصفي أحمد بن محمد بن العجل اليمني، عن يحيى بن مكرم الطبري، عن الحافظ السيوطي، عن ابن مقبل الحلبي، عن ابن اليونانية، عن ابن كثير -رحمه الله.

7. عن الشيخ بديع الدين الراشدي السندي، وأبى تراب الظاهري، كلاهما عن أبي الوفاء ثناء الله الأفرتسري، عن السيد نذير حسين، عن محمد إسحاق، عن عبد العزيز بن ولي الله الدهلوي، عن أبيه، عن أبي الطاهر محمد ابن إبراهيم الكردي، عن أبيه، عن الصفي القشاشي، عن أبي المواهب الشناوي، عن الشمس الرملي، عن الحافظ زكريا الأنصاري، عن الحافظ ابن حجر، عن ابن الحريري، عن ابن كثير -رحمه الله.

8. عن الشيخ أحمد بن يحيى النجمي، عن الشيخ عبد الله بن محمد القرعاوي، عن الشيخ أحمد الله القرشي، عن السيد نذير حسين، عن عبد الرحمن الكزبري، عن الشيخ مصطفى الرحمتي، عن الشيخ عبد الغني النابلسي، عن النجم الغزي، عن أبيه، عن الحافظ زكريا الأنصاري، عن الحافظ ابن حجر، عن محمد بن سلمان البغدادي -نـزيل القاهرة-عن ابن كثير-رحمه الله.

9. عن الشيخ عبد المنان بن عبد الحق النورفوري، عن أبي الخير السلفي، عن الشيخ محمد بن عبد اللطيف بن عبد الرحمن بن حسن آل الشيخ، عن السيد نذير حسين عن محمد عابد السندي، عن عبد الله ابن شيخ الإسلام محمد بن عبد الوهاب، عن أبيه شيخ الإسلام، عن محمد حياة السندي، عن حسن العجيحي، عن أحمد بن محمد بن العجل اليمني، عن يحيى بن مكرم الطبري، عن الحافظ السيوطي، عن الشمس محمد بن محمد العقبي، والنجم أبي القاسم بن عمر بن محمد بن محمد بن محمد بن فهد المكي، كلاهما عن ابن الجزري، عن ابن كثير -رحمه الله.

10. عن الشيخ محمد حياة السندي السلفي، عن السيد نذير حسين -بالإجازة العامة-عن عبد الرحمن الكزبري، عن الزبيدى، عن المعمر السابق بن عرام، عن البابلي، عن محمد حجازي، عن المعمر محمد بن أركماش الحنفي، عن الحافظ ابن حجر عن محمد الحبتي عن ابن كثير -رحمه الله.

11. عن الشيخ شمس الدين بن محمد أشرف الأفغاني، والشيخ أحمد الله الفيروزفوري، كلاهما عن الحافظ محمد الجوندلوي، عن الحافظ عبد المنان الوزير آبادى، عن حسين بن محسن الأنصاري، عن محمد بن ناصر الحازمي وأحمد بن محمد علي الشوكاني، كلاهما عن والد الثاني الإمام الشوكاني، عن السيد عبد القادر بن أحمد، عن السيد سليمان بن يحيى بن عمر بن مقبول الأهدل، عن أحمد بن محمد الأهدل، عن أحمد النخلي، عن البابلي، عن إبراهيم اللقاني، عن الرملي، عن الحافظ زكريا الأنصاري، عن الحافظ ابن حجر، عن ابن الحسباني عن ابن كثير -رحمه الله.

12. عن الشيخ عبد الرحمن بن عبد الله بن أبي بكر الإحسائي، عن عبد الحي الكتاني، عن حسين بن محسن الأنصاري، عن محمد بن ناصر الحازمي، وأحمد بن محمد بن علي الشوكاني، كلاهما عن والد الثاني الإمام الشوكاني، عن يوسف بن محمد بن علاء الدين المزجاجي، عن أبيه، عن جده عن إبراهيم الكردي، عن أحمد بن محمد المدني، عن الشمس الرملي، عن الحافظ زكريا الأنصاري، عن الحافظ ابن حجر، عن الشهاب بن حجي، عن ابن كثير -رحمه الله.

13. عن الشيخ القاضي محمد إسماعيل العمراني اليماني، عن القاضي عبد الله حميد عن الشيخ علي السدمي، عن جدِّ العمراني القاضي محمد بن محمد العمراني، عن الإمام الشوكاني، عن السيد عبد القادر الكوكباني، عن عبد الخالق بن أبي بكر المزجاجي، عن أبي طاهر الكردي، عن عبد الله بن سالم البصري، عن الشمس محمد بن علي المكتبي، عن النجم محمد بن البدر الغزي، عن أبيه، عن الحافظ السيوطي، عن ناصر الدين أبي الفتح محمد بن شهاب الدين أحمد بن أبي بكر البوصيري، عن محمد الحبتي، عن ابن كثير -رحمه الله.

Sanad dari Syaikh-Syaikh seperti Syaikh Hamad Al-Ansori, Syaikh Abu Turab, Syaikh Sulaiman ibn Hamdan, Syaikh Badi’uddin Ar-Rasyidi dan lainnya diawal sanad yang kami sebutkan diatas, telah diriwayatkan lagi oleh banyak syaikh kepada kita dari berbagai jalan secara mutawatir pula, dan hampir semua Syaikh Ahli Hadits Besar Salaf meriwayatkan dari mereka.

Bahkan tidak hanya muhadits salafi yang memiliki sanad macam ini, bahkan syakh-syaikh yang menyimpang dari manhaj salaf seperti Quburiyyin pun memilikinya. Diantara yang menjadi ‘musnad’ mereka adalah Syaikh Abdullah Al-Ghumari. Dan diriwayatkan darinya oleh banyak Syaikh. Salah satu diantara mereka yang sampai kepada kami berkata untuk sanad Kitab Shahih Bukhari :

حدثني عبد الله بن محمد بن الصديق الغماري، قال: أخبرني به أبو عبد الله محمد إمام خطيب الجامع الأزهر، قال: أخبرنا والدي أبو المعالي إبراهيم بن علي ابن حسن الشهير بالسقا، عن ولي الله محمد ثُعيلب بن سالم بن ناصر الفشني، عن أبي العباس شهاب الدين أحمد ابن عبد الفتاح الملوي، عن أبي العز محمد بن أحمد بن أحمد العجمي، عن شمس الدين محمد ابن أحمد ابن الخطيب الشَوْبَري، عن شمس الدين محمد بن أحمد بن حمزة الرّملي، عن زين الدين زكرياء بن محمد الأنصاري، عن البرهان إبراهيم بن أحمد التَّنُوخي البعلي الدمشقي ثم القاهري، عن الشهاب أبي العبّاس أحمد ابن أبي طالب الحَجَّار ، عن السِّراج أبي عبد الله الحسين بن المبارك الزَبيدي ثم البغدادي، عن أبي الوقت عبد الأول بن عيسى السِّجزْي الهروي، عن أبي الحسن عبد الرحمن بن محمد الداودي البوشنجي، عن أبي محمد عبد الله بن أحمد بن حموية السرخسي، عن أبي عبد الله محمد بن يوسف الفرَبْري، عن الإمام الحجة أبي عبد الله محمد بن إسماعيل.

Untuk Shahih Muslim :

حدثني عبد الله بن محمد بن الصديق الغماري، قال: أرويه عن الشيخ محمد دويدار الكَفْراوي التَلاوي، عن الشيخ إبراهيم الباجوري، عن أبي عبد الله محمد ابن محمد الأمير، عن أبي الحسن علي بن محمد العربي السَّقاط، عن إبراهيم الفيومي، عن أحمد الغرقاوي، عن الشيخ علي الأجهوري، عن نور الدين علي ابن أبي بكر القراني، عن الحافظ جلال الدين السيوطي، عن علم الدين البُلْقيني، عن بُرهان الدين أبي إسحاق التّنُوخي، عن أبي الفضل سليمان بن حمزة، عن أبي الحسن علي ابن الحسين بن المقيَّر، عن الحافظ أبي الفضل محمد بن ناصر السُّلامي، عن الحافظ أبي القاسم عبد الرحمن ابن أبي عبد الله بن مَنْدَه، عن الحافظ أبي بكر محمد بن عبد الله بن محمد بن زكرياء الجَوْزَقي، عن أبي الحسن مكي بن عبدان النيسابوري، عن الإمام الحجة أبي الحجاج مسلم بن الحجاج بن مسلم القُشَيري النَّيْسابوري

Terakhir kami nukilkan sanad Musalsal al-aulia yang terkenal itu yaitu hadits :

الراحمون يرحمهم الرحمن ارحموا من في الأرض يرحمكم من في السماء

Dari jalan Syaikh Abdul Hay ibn Abdul Kabir Al-Katani dan lainnya, yang darinya diriwayatkan oleh banyak Ahli Hadits sampai kepada kita.

سندنا للحديث المسلسل بالأولية

أروي حديث الأولية عن السيد عبد الحي الكتاني ، عن والده الشيخ عبد الكبير الكتاني قال وهو أول حديث سمعته منه ، عن الشيخ عبد الغني الدهلوي (ح ) ويرويه عاليا عن أبي البركات السيد صافي الجفري بمكة قال وهو أول حديث سمعته منه كلاهما عن الشيخ عابد السندي الأنصاري قالا وهو أول حديث سمعته منه ، عن الشيخ صالح الفلاني وهو أول حديث سمعته منه ، عن المعمر محمد بن سنة العمري وهو أول عن مولاي الشريف محمد بن عبد الله الواولتي ، عن محمد بن محمد أركماش الحنفي ، عن الحافظ ابن حجر العسقلاني ، عن الحافظ زين الدين العراقي عن الصدر الميدومي ، عن أبي النجيب الحراني ، قال حدثني به ابن الجوزي عن أبي سعيد المؤذن النيسابوري ، عن أبي طاهر محمد بن محمش الزيادي عن أحمد بن يحيى البزاز ، عن عبد الرحمن بن بشر ، قال حدثني به سفيان ابن عيينة .

وهنا انتهت سلسلة الأولية ، ورواه سفيان بلا تسلسل عن عمرو بن دينار ، عن أبي قابوس ، عن عبد الله بن عمرو بن العاص رضي الله تعالى عنهما قال النبي صلى الله عليه وسلم الراحمون يرحمهم الرحمن ارحموا من في الأرض يرحمكم من في السماء .

بحديث الرحمة المسلسل بالأولية :

فإني أرويه عن شيخنا سليمان بن حمدان ، وهو أول حديث سمعته منه ونقلته من خطه في الثالث والعشرين من شهر شعبان سنة ثلاثة وتسعين وثلاثمائة وألف لهجرة ، وهو يرويه عن غير واحدٍ من المشايخ الأجلاّء قال شيخنا : منهم محدث الحجاز في عصره أبو الفيض وأبو الأسعاد عبدالستار بن عبدالوهاب الصديقي الحنفي الدهلوي ثم المكي وهو أول حديث سمعته منه بمنزلة بمحلة الشامية بمكة المكرمة سنة ألف وثلاثمائة وخمسين قال حدثني به كل من الرحلة المحدث المسند علي بن طاهر الوتري المدني والفقيه المسند المعمر عبدالقادر الطرابلسي والعلامة الأديب اللغوي عبدالجليل برّادة وهو أول حديث سمعته منهم قالوا حدثنا به علامة المدينة

ومحدثها الشيخ عبدالغني بن سعيد المجددي وهو أول حديث سمعناه منه .

( ح ) وأرويه أيضا عن شيخنا حافظ العصر ومسند الوقت ومحدثه أبو الأسعاد وأبو الإقبال محمد عبدالحي بن عبدالكبير الكتاني المغربي الفاسي وهو أول حديث سمعته منه في اليوم السابع والعشرين من ذي الحجة الحرام عام الواحد والخمسين بعد الثلاثمائة والألف بمنزلة بباب العمرة تجاه الكعبة المعظمة قال حدثني به والدي عبدالكبير الكتاني وهو أول حديث سمعته منه قال حدثني به الشيخ عبدالغني بن أبي سعيد المجددي الدهلوي ثم المدني وهو أول حديث سمعته منه .

( ح ) وقال شيخنا محمد عبدالحي : وأرويه عاليا عن المعمّر أبي البركات صافي الجفري حدثني به الشيخ محمد عابد الأنصاري السندي وهو أول حديث سمعته منه قال حدثني به عمّي محمد بن حسين الأنصاري وهو أول حديث سمعته منه قال حدثني به الشيخ أبو الحسن السندي وهو أول حديث سمعته منه قال حدثني به الشيخ محمد حياة المدني وهو أول حديث سمعته منه قال حدثني به الشيخ عبدالله بن سالم البصري ثم المكي وهو أول حديث سمعته منه ، قال حدثني به الشيخ محمد بن الشيخ علاء الدين البابلي المصري الشافعي وهو أول حديث سمعته منه قال حدثني شهاب أحمد محمد الشلبي وهو أول حديث سمعته منه قال حدثني به الجمال يوسف الأنصاري الخزرجي وهو أول حديث سمعته منه عن [والده شيخ الإسلام زكرياء الأنصار] قال وهو أول حديث سمعته منه قال حدثني به الجمال إبراهيم بن علي بن أحمد [القلقتندي] وهو أول حديث سمعته منه قال حدثني به[الصدر محي السنة الحسين بن مسعود البغوي] وهو أول حديث سمعته منه قال حدثني محمد بن إبراهيم الميدومي وهو أول حديث سمعته منه.

( ح ) وقال الشيخ محمد عابد وأرويه عاليا عن الشيخ صالح الفلاّني – بالفاء ولام مشددة – المدني مؤلف ( قطف الثمر ) وهو أول حديث سمعته منه عن الشيخ المعمّر محمد بن سنّة – بكسر السين وتشديد النون – العُمري وهو أول حديث سمعته منه عن الشريف محمد بن عبدالله [ الواولتي ] من ولاته جهة بالمغرب وهو أول حديث سمعته منه عن المعمر محمد بن أركماش الحنفي وهو أول حديث سمعته منه عن الحافظ أحمد بن حجر العسقلاني وهو أول حديث سمعته منه عن شيخه الحافظ زين الدين عبدالرحيم العراقي وهو أول حديث سمعته منه عن أبي الفتح الميدومي وهو أول حديث سمعته منه ، قال وحدثني به أبو الفرج بن الجوزي وهو أول حديث سمعته منه عن أبي [ سعد إسماعيل بن صالح] النيـسابوري وهو أول حديث سمعته منه عن والـده أبي [حامد] صالح المؤذن وهو أول حديث سمعته منه عن أبي طاهر محمد بن محمِش وزان مسجد الزيادي وهو أول حديث سمعته منه عن أحمد بن يحي البزاز - بزايين – وهو أول حديث سمعته منه عن عبدالرحمن بن بشر بن الحكم النيسابوري وهو أول حديث سمعته منه قال حدثني به أبو محمد سفيان بن عيينة وهو أول حديث سمعته منه ، وهنا انقطعت سلسلة الأولية ، فإن كل واحد من الرواة قال : ( وهو أول حديث سمته منه ) إلى ابن عيينة وهو رواه بلا تسلسل عن عمرو بن دينار عن أبي قابوس مولى عبدالله بن عمرو بن العاص عن عبدالله بن عمرو بن العاص رضي الله عنهما قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : (( الراحمون يرحمهم الرحمن تبارك وتعالى ، ارحموا من في الأرض يرحمكم من في السماء )) .

Segala puji bagi Allah Ta’ala, dan aku meminta ampun kepada-Nya.



Senin, 03 November 2014

Serban dan Kopiah | Hukum menggunakan Sorban dan Kopiah

Kumpulan Cerita Islam (KCI) : Serban dan Kopiah | Hukum menggunakan Sorban dan Kopiah 

Abuya Dimyati Banten (Alm)
"Cintailah mereka yang meniru ajaran dan perilaku Rosululloh saw walaupun kita belum bisa melaksanakannya", karena suatu waktu kita mungkin dibisakan untuk menggunakannya.
Memakai serban (Sorban) dan kopiah adalah sebahagian daripada Sunnah Nabi, ini berdasarkan sabdanya:


Sabda Rasulullah SAW:

دخل النبي صلى الله عليه وسلم مكة يوم الفتح و عليه عمامة سوداء

Maksud: 
“Nabi SAW memasuki Kota Mekah sewaktu pembebasan Mekah, baginda memakai serban hitam”.

Pemakaian serban dan kopiah sudah sinonim dalam masyarakat Islam di seluruh dunia dan ia juga telah dijadikan amalan seharian masyarakat walaupun di luar urusan ibadah terhadap Allah. Justeru itu, adalah sukar bagi sesetengah individu untuk menukar pemakaian serban dan kopiah kepada pemakaian songkok seperti yang biasa dipakai oleh segelintir masyarakat Melayu.

Sheikh Muhammad Rasyid Ridho pernah ditanya adakah memakai serban itu sunnah rasulullah SAW dan adakah orang yang memakai serban itu mendapat pahala. Untuk menjawab soalan itu, beliau memberikan jawapan berikut :

Telah sabit dalam hadist bahawa Nabi SAW terkadang :
1. memakai serban di atas kopiah, dan inilah sering berlaku
2. memakai serban tanpa kopiah
3. memakai kopiah tanpa serban

Di akhir jawabannya, beliau berkata: Walaupun tidak ada datang perintah atau sumber hukum ( yang kuat ) supaya mewajibkan memakai serban atas dasar sebagai salah satu hukum agama dan syariat, tetapi barangsiapa yang memakainya dengan niat menyerupai cara Rasulullah SAW berpakaian dan sebagai tanda kasih kepada Baginda SAW, tentulah niat ini mendapat ganjaran pahala.”

Sabda Rasulullah SAW:

كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يلبس العمامة على القلانس

Maksud : 
“Sesungguhnya Rasulullah SAW memakai serban bersama kopiah”.

Imam Sayuti Rahimahullah berkata : “Apa yang disebutkan di atas menunjukkan bahawa yang dipakai oleh Nabi SAW dan sahabat RA di bawah serban ialah al-Qalansuah atau kopiah. Kalimat Kopiah yang disebutkan pula menunjukkan bahawa ianya adalah lebih menyerupai sesuatu yang diperbuat dari jenis kain kapas dan bulu.

Al-Baihaqi pernah meriwayatkan daripada Ibnu Umar bahawa Nabi SAW memakai kopiah putih. Ini menjelaskan bahawa pemakaian kopiah juga adalah sunnah Rasulullah SAW.

Kesimpulannya, sesungguhnya menurut kajian para ahli dan pentahqiq hadith, tidak ada satu pun hadith yang sahih mahupun hassan mengenai KEUTAMAAN/KELEBIHAN memakai serban
melainkan disebut di dalam hadith-hadith bahawa Rasulullah memakainya. Dan sifat
hadith-hadith yang disebutkan di atas bertentangan dengan hadith mutawatir yang lain.

Pandangan Ulamak Terhadap Serban & Kopiah :

Firman Allah Taala dalam Surah Al-A’raf ayat 31
يٰبَنِىٓ ءَادَمَ خُذُوا۟ زِينَتَكُمْ عِندَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَكُلُوا۟ وَاشْرَبُوا۟ وَلَا تُسْرِفُوٓا۟ ۚ إِنَّهُۥ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ
“Wahai anak-anak Adam! Pakailah pakaian kamu yang indah berhias pada setiap kali kamu ke tempat ibadah ( atau mengerjakan sembahyang ) dan makanlah serta minumlah, dan jangan pula kamu berlebuhan sesungguhnya Allah tidak suka kepada orang-orang yang melampaui batas”. 

Menurut Imam al-Mawardi, maksud berhias di dalam shalat ialah memakai secantik-cantik pakaian . Manakala menurut pendapat Imam Abu Hayyan, zahir ayat di atas menunjukkan bahawa berhias dengan secantik-secantik pakaian ( termasuklah memakai songkok dan berserban ) bukan sahaja dituntut di dalam shalat bahkan di luar waktu shalat ( setiap masa dan ketika ) .

Menurut Sheikh Mahmud Syaltut, ketika memberi jawapan kepada soalan berhubung dengan shalat tanpa serban, kopiah atau songkok di kepala, beliau berpendapat tidaklah menjadi syarat sah shalat dengan menutup kepala atau tidak dan tidak pula disyaratkan jikalau untuk menutup kepala mesti dengan penutup khas. Walaupun begitu, bagi seseorang Islam eloklah dia bershalat dengan memakai serban, kopiah atau songkok dengan syarat tidak menutup dahi ketika sujud.

Berdasarkan kepada hujah-hujah atau dalil-dalil di atas jelaslah bahawa pemakaian serban dan kopiah adalah merupakan sunnah Rasulullah SAW. Ia perlu dihayati setiap masa sama ada di dalam atau di luar solat. Di samping ianya menunjukkan ketaqwaan, kehebatan, kewibawaan, keilmuan si pemakainya. Walaupun terdapat kekadang segelintir masyarakat kita memandang serong atau berprasangka tidak baik dikalangan orang yang memakai kopiah atau serban , kerana ceteknya cara berfikir atau tiada kefahaman mengenainya.

Wallahu Ta'ala A'lam Bish Showab

Jumat, 31 Oktober 2014

Salahuddin Decero | Dari Mariyuana, Akhirnya Jatuh ke Pelukan Islam

Kumpulan Cerita Islam (KCI) : Salahuddin Decero | Dari Mariyuana, Akhirnya Jatuh ke Pelukan Islam

Salahuddin Decero. Dia ini punya masa lalu yang sangat kelam. Saat usianya masih belasan, pria yang lahir dari keluarga Sicilia di Philadelphia, Amerika Serikat, ini sangat lekat dengan mariyuana, wanita, dan alkohol. Beruntung, dia kemudian menemukan damai dalam Islam.

“Dari usia 13 sampai 17 tahun, kehidupan saya hanya dipenuhi beberapa hal. Perempuan, alkohol, mariyuana, kriminal, dan uang. Saya hidup di dunia yang nyaman,” kata Decero dkutip Dream dari On Islam, Minggu 19 Oktober 2014.

Dia bahkan tak ingat lagi kapan terakhir beribadah. Sebab, memang dia tak pernah pergi ke tempat ibadah agamanya. Kehadiran di tempat ibadah yang dia ingat adalah saat masih kecil. “Ketika saya remaja, keluarga saya terguncang dan tak normal,” tutur Decero.

Keluarga yang rusak itu telah menyeretnya di kehidupan jalanan. Pergaulannya benar-benar rusak. Dia diperkenalkan kepada kehidupan yang benar-benar membingungkan.

Saat berusia 17 tahun, Decero menjadi jengah dengan gaya hidupnya yang kelam. Dia berniat untuk mengbah cerita hdupnya. Dia menyampaikan uneg-unegnya itu kepada seorang teman. Dan teman itu mengatakan bahwa Decero telah menemukan Tuhan.

“Saya tertawa karena saya tidak percaya pada Tuhan sama sekali! Tapi sekali lagi dia bilang aku menemukan Tuhan. Saya pulang ke rumah malam itu dan merenung untuk mencoba kembali ke cara hidup biasa,” kenang Decero.

Dari Mariyuana, Akhirnya Jatuh ke Pelukan Islam
Sejak itu, Decero memeluk berbagai agama dan keyakinan. Dia bahkan menjadi pendeta dan biksu di Philadelphia. Dia kemudian hidup berpindah-pindah. Setelah di Philadelphia, dia habiskan tiga tahun di Minnesota. Kemudian dia belajar di Roma, Spanyol, Prancis, dan terakhir di Italia.

Jiwanya kembali terguncang ketika suatu hari dia bertemu seorang imam di sebuah masjid. Imam itu mempertanyakan keyakinan yang tengah dia jalani. Sang imam bertanya tentang Tuhan yang dia imani. Decero tak bisa menjawab pertanyaan itu.

Saat itulah dia mulai penasaran dengan agama Islam yang dianut oleh imam itu. “Saya pulang setelah pembicaraan itu. Saya melewatkan semalam penuh untuk berpikir. Saya mulai membaca Alquran dan membaca dua kali berturut-turut. Saya mulai membaca biografi Muhammad, dan hadis yang saya sukai,” tutur Decero.

Dia juga mulai mencari tahu cara umat muslim beribadah. Setelah empat bulan melakukan pencarian, dia akhirnya menyimpulkan bahwa Islam adalah agama yang benar.

“Jadi untuk pertama kalinya pada bulan November saya pergi ke sebuah masjid di Philadelphia dekat rumah ibu saya dan mengatakan kepada Imam saya ingin menjadi seorang muslim. Dia bertanya apa yang saya tahu tentang Islam dan saya berkata sedikit tahu,” kata dia.

“Ketika saya menjadi seorang muslim, saya meminta Allah untuk membantu saya belajar Islam lebih dari saya pernah mengenal agama saya yang dulu dan Islam telah mengubah saya menjadi orang yang benar-benar saya inginkan,” tambah Decero.

Full Supported by: goo.gl/hW3sl1

Rabu, 29 Oktober 2014

Akhlaq Rosullulloh saw | Akhlaq mulia

Kumpulan Cerita Islam (KCI):  Akhlaq Rosullulloh saw | Akhlaq mulia

DASAR HUKUM PERINTAH UNTUK BERAKHLAK MULIA
Islam tidak melewatkan pembahasan akhlak dalam ajarannya. Begitu banyak dalil dalam al-Qur'ân maupun Sunnah yang memerintahkan kita untuk berakhlak mulia. Di antaranya:

Firman Allah Azza wa Jalla tatkala memuji Nabi-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيمٍ

"Sesungguhnya engkau (wahai Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang luhur "
[QS. al-Qalam : 4]

Juga sabda Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ

Pergaulilah manusia dengan akhlak mulia 
[HR. at-Tirmidzi no. 1987 dari Abu Dzar, dan beliau menilai hadits ini hasan shahih]

Apa itu Akhlaq Mulia?
Banyak definisi yang disampaikan Ulama. Definisi yang cukup mewakili adalah:

بَذْلُ النَّدَى وَكَفُّ الْأَذَى وَاحْتِمَالُ الْأَذَى

Akhlak mulia adalah berbuat baik kepada orang lain, menghindari sesuatu yang menyakitinya dan menahan diri ketika disakiti. 
(Lihat Ikhtiyar al-Ula fi Syarh Hadits al-Mala' al-A'la karya Imam Ibn Rajab, sebagaimana dalam Majmu' Rasa'il al-Hafizh Ibn Rajab al-Hambali IV/44)

Akhlaq Rosullullah jika beliau dihina beliau mendo'akan seperti kisah ketika beliau dihina orang badewi = baduy (suku pedalaman arab) yg kencing di masjid dihadapan Rosullullah.
“Saya mencari Muhammad”. Melihat ulah si Badui, Umar bin Khattab marah dan meminta izin untuk menghajar si Badui, tapi dilarang oleh Nabi SAW. Kemudian, si Badui menuju ke salah satu sudut masjid dan kencing disitu. Umar makin marah dan meminta izin untuk memenggal leher si Badui. Lagi-lagi, Nabi kita yang mulia melarangnya. Selesai buang air kecil, si Badui mendatangi kumpulan Nabi dan bertanya; “Siapa di antara kalian yang bernama Muhammad?” Nabi berdiri dan menjawab: “Sayalah Muhammad, Rasulullah. Ada apa?”Jawaban yang santun dari Nabi ternyata membuat Badui tidak hanya tertegun, karena pikirnya Nabi Muhammad akan marah. Melihat sikap lembut Nabi, si Badui yang merupakan kepala rombongan dari kelompoknya itu, langsung menyatakan: “Asyhadu alla ilaha illallah, Muhammad Rasulullah” yang kemudian diikuti oleh rombongan Badui. Setelah itu, Nabi bertanya kepada Umar: “Andai saja tadi kamu saya izinkan memenggal kepalanya, apa yang akan terjadi?” Umar diam, dan justru para sahabat itu disuruh membersihkan bekas buang air kecil si badui.
Kita lihat dalam kisah itu, Nabi, Umar dan para sahabat tidak ada yang diam, semuanya bereaksi. Hanya reaksinya dibawah dikontrol Nabi. Mengapa Nabi membiarkan? Karena Nabi sudah membaca, untuk orang keras seperti si Badui, metodenya harus dengan kelembutan, dia akan luluh hatinya dan terbukti benar. Nabi mencegah Umar bukan menyalahkannya, tapi menerapkan metode Nabi yang lebih tepat. Bayangkan, bila saat si Baduy masuk masjid dengan tidak sopan dan kencing, lalu para sahabat hanya diam saja. Pasti Nabi akan memarahi mereka. “Mana pembelaan kalian pada agama dan Nabimu?” Kemarahan sahabat adalah pembelaan, kecintaan dan aset Nabi, tapi Nabi memenejnya dengan sempurna dan semua sahabat taat.
“Tidak beriman seorang di antara kamu sehingga aku lebih ia cintai daripada bapaknya sendiri, anaknya sendiri dan seluruh manusia.” (HR. Bukhari dan Muslim)
bagaimana dengan Kita? Wallohu'alam
semoga Allah merahmati kita semua

Jumat, 24 Oktober 2014

Dzikir | Dasar Hukum dan Manfaat Berdzikir

Kumpulan Cerita Islam (KCI) : Dzikir | Dasar Hukum dan Manfaat Berdzikir


Bagi kaum muslimin dan muslimat dimanapun mereka berada pasti mengenal dzikir karena dzikir adalah perintah Allah Ta'ala adapun mengenai amalan amalan dzikir di Al quran, hadist nabi dan para ulama banyak sekali tatacara dan jenis amalan amalan dzikir tersebut tujuannya adalah untuk Mengingat Allah (baca: dzikir) merupakan pokok daripada syukur. Manfaat yang besar dapat diperoleh dengan mengerjakan amalan ini. Namun, sayang sekali kebanyakan orang melupakan dan melalaikannya. Padahal, manfaat dzikir itu banyak sekali, di antaranya adalah:

Karena Allah Ta'ala berfirman dalam QS. Al Ahzab (33) ayat 41:


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْراً كَثِيراً


Artinya:

“Wahai orang-orang yang beriman, dzikirlah (ingatlah) kalian kepada Allooh dengan dzikir (ingat) yang sebanyak banyak-nya.”
  • Mendatangkan pertolongan Allah

Allah ta’ala berfirman :
فَاذْكُرُونِىٓ أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا۟ لِى وَلَا تَكْفُرُونِ
“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku. ” 
(QS. al-Baqarah: 152)


  • Mendatangkan ampunan dan pahala yang besar

Allah ta’ala berfirman :
وَعَدَ اللّٰـهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ الصّٰلِحٰتِ ۙ لَهُم مَّغْفِرَةٌ وَأَجْرٌ عَظِيمٌ
“Orang-orang yang banyak berdzikir kepada Allah, lelaki maupun perempuan, maka Allah sediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang sangat besar.” 
(QS. al-Ahzab: 35)


  • Dasar penyebab hidupnya hati
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda, “Perumpamaan orang yang mengingat Rabbnya (Allah) dengan orang yang tidak mengingat Rabbnya, seperti perumpamaan orang yang hidup dengan orang yang sudah mati.” (HR. Bukhari)

  • Mendatangkan ketentraman jiwa

Allah ta’ala berfirman :
الَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ اللّٰـهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ اللّٰـهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya denganmengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. ”

( QS. ar-Ra’d: 28)


  • Jauh dari perangkap setan
Allah ta’ala berfirman (yang artinya),“Barangsiapa yang berpaling dari mengingat ar-Rahman maka akan Kami jadikan setan sebagai pendamping yang selalu menemaninya.” )

  • Jalan menuju keikhlasan
Allah ta’ala berfirman (yang artinya),“Sesungguhnya orang-orang munafik itu berusaha mengelabui Allah, sedangkan Allah justru mengelabui mereka. Apabila mereka berdiri untuk sholat maka mereka berdiri dengan penuh kemalasan, mereka mencari-cari pujian manusia, dan mereka sama sekali tidak mengingat Allah kecuali sedikit.” )

  • Perlindungan Allah pada hari kiamat
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda, “Ada tujuh golongan yang mendapatkan naungan Allah pada hari kiamat… di antaranya adalah seorang lelaki yang mengingat Allah dalam keadaan sepi, kemudian meneteslah air matanya.” HR. Bukhari dan Muslim)

Dan yang perlu diingat bahwasanya dzikir yang benar adalah yang dilandasi keikhlasan niat dan dikerjakan dengan mengikuti Sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.


Minggu, 19 Oktober 2014

Kiat Sukses | Kiat Sukses Menurut Pandangan Islam

Kumpulan Cerita Islam (KCI) : Kiat Sukses | Kiat Sukses Menurut Pandangan Islam

Islam mengajarkan kesuksesan dan kemajuan dalam urusan dunia dan akhirat, karena sesungguhnya dunia itu juga gambaran akhirat bagi orang orang yang beriman, berbuatlah baik maka kita akan mendapatkan kebaikan tersebut, berikut ini adalah Kiat Sukses menurut pandangan Islam




  • Niatkan Yang Tulus
Rasulullah saw bersabda dalam sebuah hadist:
Dari Amirul Mu’minin, Abi Hafs Umar bin Al Khottob radiallahuanhu, dia berkata: Saya mendengar Rasulullah saw bersabda : Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan. (HR Bukhari Muslim).
Penting Untuk Membaca Penjelasan lengkap disini: Niatkan, maka Anda akan mendapatkan

  • Rajin Berpuasa
Dalam satu hadits riwayat Ibnu Mundih dinyatakan, “Diamnya orang yang berpuasa adalah tasbih, tidurnya merupakan ibadah, dan doanya akan dikabulkan, serta perbuatannya akan dilipat gandakan (pahalanya).”
puasa telah dijadikan oleh Allah sebagai medan untuk menjaga kesehatan dan sembuh dari pelbagai penyakit. “Berpuasalah kalian, nescaya kalian akan sehat.” (HR. Ibnu Sunni dan Abu Nu`aim).

Firman Allah Ta’ala yang bermaksud:
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (Qs. Al Baqarah: 183).
  • Mendoakan Saudara
Rahasia itu ialah: mendo’akan saudara kita kebaikan yang sama dengan yang kita inginkan tanpa sepengetahuan orang tersebut. Jika kita mendo’a saudara kita, tanpa sepengathuan kita, insya Allah kita akan mendapatkan apa yang kita do’akan.

Dari Abu Darda ra bahwasannya ia mendengar Rosululloh SAW bersabda: “Tiada seorang muslim yang mendoakan saudaranya tanpa sepengetahuan saudaranya, kecuali malaikat berkata: Dan untuk kamu pula seperti itu”. (HR. Muslim)


  • Miliki Ilmunya
Dan sesungguhnya keutamaan orang yang berilmu atas orang yang ahli ibadah seperti keutamaan (cahaya) bulan purnama atas seluruh cahaya bintang. (H.R. Ahmad, Tirmidzi, Abu Dawud, dan Ibnu Majjah)
“Barangsiapa menginginkan sukses dunia hendaklah diraihnya dengan ilmu dan barangsiapa menghendaki sukses akherat hendaklah diraihnya dengan ilmu, barangsiapa ingin sukses dunia akherat hendaklah diraih dengan ilmu” ~Iman Syafi’i


  • Mau Berubah
Allah yang menentukan, namun perintah Allah juga agar kita mau mengubah diri sendiri. Maka, jika Anda ingin meraih apa yang Anda inginkan atau mengubah kondisi Anda, maka berubahlah.
“Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum sampai kaum itu sendiri yang mengubah nasib atau keadaan yang ada pada dirinya ” (QS Ar-Ra’d:11)


  • Rajin Silaturahim
“Barang siapa yang ingin diluaskan rezekinya atau dikenang bekasnya (perjuangan atau jasanya), maka hendaklah ia menghubungkan silaturahmi.” (HR Muslim)
“Barang siapa yang senang dipanjangkan umurnya, diluaskan rezekinya, dan dijauhkan dari kematian yang buruk, maka hendaklah bertakwa kepada Allah dan menyambung silaturahmi.” (HR Imam Bazar, Imam Hakim)


  •  Suka Berdo’a dalam Segala Hal
Dan apabila hamba-hamba Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka jawablah bahwasanya Aku dekat. Aku mengabulkan doa orang-orang yang memohon kepada-Ku. Maka bermohonlah kepada-Ku dan berimanlah kepada-Ku agar mereka selalu berada dalam kebenaran (Q.S Al-Baqarah :186).
Hadits dari Imam Turmudzi dan Hakim, diriwayatkan dari Abdullah bin Umar, bahwa Nabi SAW Bersabda : “Barangsiapa hatinya terbuka untuk berdo’a, maka pintu-pintu rahmat akan dibukakan untuknya. Tidak ada permohonan yang lebih disenangi oleh Allah daripada permohonan orang yang meminta keselamatan. Sesungguhnya do’a bermanfa’at bagi sesuatu yang sedang terjadi dan yang belum terjadi. Dan tidak ada yang bisa menolak taqdir kecuali do’a, maka berpeganglah wahai hamba Allah pada do’a”. (HR Turmudzi dan Hakim)


  • Tawwakal (Pasrah) Kepada Allah Ta'ala
Dari Umar bin Khoththob radhiyallahu anhu, bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Jika kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenar-sebenarnya tawakkal, niscaya Dia akan memberikan rezeki kepada kalian sebagaimana Dia memberikan rezeki kepada seekor burung yang pergi pada pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali pada sore hari dalam keadaan kenyang.”
(Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi)


  • Melangengkan Shadaqah
Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (kurnia-Nya) lagi Maha Mengetahui. (QS. Al Baqarah: 261)


  • Selalu berSyukur
Jika kamu bersyukur pasti akan aku tambah (nikmat-Ku) untukmu dan jika kamu kufur maka sesungguhnya siksa-Ku amat pedih” (QS Ibrahim: 7)


  • Menjadi Pribadi yang Bertaqwa
Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu. (QS. Ath Thalaaq:2-3)


Copyright @ 2013 ilmu tentang islam.