Kamis, 30 April 2015

Masjid Aceh | Sejarah Masjid Raya Baiturrahman Aceh

Kumpulan Cerita Islam (KCI) : Masjid Aceh | Sejarah Masjid Raya Baiturrahman Aceh

 
Masjid Raya Baiturrahman adalah sebuah masjid Kesultanan Aceh yang dibangun oleh Sultan Iskandar Muda Mahkota Alam pada tahun 1022 H/1612 M. Bangunan indah dan megah yang mirip dengan Taj Mahal di India ini terletak tepat di jantung Kota Banda Aceh dan menjadi titik pusat dari segala kegiatan di Aceh Darussalam.

Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh, merupakan Masjid yang memiliki lembaran sejarah tersendiri, yang kini merupakan Masjid Negara yang berada di jantung kota Propinsi Nanggro Aceh Darussalam. Nama Masjid Raya Baiturrahman ini berasal dari nama Masjid Raya yang dibangun oleh Sultan Iskandar Muda pada tahun 1022 H/1612 M. Mesjid raya ini memang pertama kali dibangun oleh pemerintahan Sultan Iskandar Muda, namun telah terbakar habis pada agresi tentara Belanda kedua pada bulan shafar 1290/April 1873 M, dimana dalam peristiwa tersebut tewas Mayjen Khohler yang kemudian diabadikan tempat tertembaknya pada sebuah monument kecil dibawah pohon ketapang/geulumpang dekat pintu masuk sebelah utara mesjid.

Empat tahun setelah Masjid Raya Baiturrahman itu terbakar, pada pertengahan shafar 1294 H/Maret 1877 M, dengan mengulangi janji jenderal Van Sweiten, maka Gubernur Jenderal Van Lansberge menyatakan akan membangun kembali Masjid Raya Baiturrahman yang telah terbakar itu. Pernyataan ini diumumkan setelah diadakan permusyawaratan dengan kepala-kepala Negeri sekitar Banda Aceh. Dimana disimpulakan bahwa pengaruh Masjid sangat besar kesannya bagi rakyat Aceh yang 100% beragama Islam. Janji tersebut dilaksanakan oleh Jenderal Mayor Vander selaku Gubernur Militer Aceh pada waktu itu. Dan tepat pada hari Kamis 13 Syawal 1296 H/9 Oktober 1879 M, diletakan batu pertamanya yang diwakili oleh Tengku Qadhi Malikul Adil. Masjid Raya Baiturrahman ini siap dibangun kembali pada tahun 1299 Hijriyah bersamaan dengan kubahnya hanya sebuah saja.

Pada tahun 1935 M, Masjid Raya Baiturrahman ini diperluas bahagian kanan dan kirinya dengan tambahan dua kubah. Dan pada tahun 1975 M terjadinya perluasan kembali. Perluasan ini bertambah dua kubah lagi dan dua buah menara sebelah utara dan selatan. Dengan perluasan kedua ini Masjid Raya Baiturrahman mempunyai lima kubah dan selesai dekerjakan dalam tahun 1967 M. Dalam rangka menyambut Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) Tingkat Nasional ke-XII pada tanggal 7 s/d 14 Juni 1981 di Banda Aceh, Masjid Raya diperindah dengan pelataran, pemasangan klinkers di atas jalan-jalan dalam pekarangan Masjid Raya. Perbaikan dan penambahan tempat wudhuk dari porselin dan pemasangan pintu krawang, lampu chandelier, tulisan kaligrafi ayat-ayt Al-Qur’an dari bahan kuningan, bagian kubah serta intalasi air mancur di dalam kolam halaman depan.
Dan pada tahun 1991 M, dimasa Gubernur Ibrahim Hasan terjadi perluasan kembali yang meliputi halaman depan dan belakang serta masjidnya itu sendiri. Bagian masjid yang diperluas,meliputi penambahan dua kubah, bagian lantai masjid tempat shalat, ruang perpustakaan, ruang tamu, ruang perkantoran, aula dan ruang tempat wudhuk, dan 6 lokal sekolah. Sedangkan. perluasan halaman meliputi, taman dan tempat parkir serta satu buah menara utama dan dua buah minaret.

Dilihat dari sejarah, Masjid Raya Baiturrahman ini mempunyai nilai yang tinggi bagi rakyat Aceh, karena sejak Sultan Iskandar Muda sampai sekarang masih berdiri megah di tengah jantung kota Banda Aceh. Mesjid Raya ini mempunyai berbagai fungsi selain shalat, yaitu tempat mengadakan pengajian, perhelatan acara keagamaan seperti maulid Nabi Besar Muhammad SAW, peringatan 1 Muharram, Musabaqah Tilawatil Qur’an (yang baru selesai MTQ Telkom-Telkomsel Nasional), tempat berteduh bagi warga kota serta para pendatang, salah satu obyek wisata Islami.

Waktu gempa dan tsunami (26 Desember 2004) yang menghancurkan sebagian Aceh, mesjid ini selamat tanpa kerusakan yang berarti dan banyak warga kota yang selamat di sini. Kawasan/lingkungan mesjid ini juga dijadikan kawasan syariat Islam, jadi sebaiknya kita jaga dan jangan dikotori oleh perbuatan-perbuatan yang melecehkan mesjid serta melanggar syariat Islam.

Sumber: Dari berbagai sumber

Selasa, 14 April 2015

Hajar Aswad | Sejarah Hajar Aswad

Kumpulan Cerita Islam (KCI) : Hajar Aswad | Sejarah Hajar Aswad

Apakah hikmah mencium hajar aswad itu adalah tabarruk (mencari berkah)?

Amirul Mu’minin, Umar bin Khattab Radhiallaahu anhu ketika beliau mencium hajar aswad mengatakan:
“Sesungguhnya aku tahu bahwa engkau (hajar aswad) tidak dapat mendatangkan bahaya, tidak juga manfa’at. Kalau sekiranya aku tidak melihat Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam menciummu, niscaya aku tidak akan menciummu.”
Hajar Aswad adalah batu berwarna hitam kemerah-merahan, terletak di sudut selatan, sebelah kiri pintu Ka’bah. Ketinggiannya 1,10 m dari permukaan tanah. Ia tertanam di dinding Ka’bah.

Dahulu, Hajar Aswad berupa satu batu yang berdiameter ± 30 cm. Akibat berbagai peristiwa yang menimpanya selama ini, sekarang Hajar Aswad tersisa delapan butir batu kecil sebesar kurma yang dikelilingi oleh bingkai perak. Namun, tidak semua yang terdapat di dalam bingkai adalah Hajar Aswad. Butiran Hajar Aswad tepat berada di tengah bingkai. Butiran inilah yang disentuh dan dicium oleh jamaah haji.

Hajar Aswad berasal dari surga. Awalnya batu ini berwarna putih. Namun, dia menjadi hitam disebabkan oleh dosa manusia. Dalam sebuah hadits shahih yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda yang artinya, “Hajar Aswad turun dari surga dalam keadaan lebih putih daripada susu. Lalu, dosa-dosa Bani Adam lah yang membuatnya hitam.” Demikianlah, bagian dalam Hajar Aswad berwarna putih, sedangkan bagian luarnya berwarna hitam.

Hajar Aswad selalu dimuliakan, baik pada masa Jahiliah, maupun setelah Islam datang.

Hingga, pada musim haji tahun 317 H, saat dunia Islam sangat lemah dan bercerai berai, kesempatan ini dimanfaatkan oleh Abu Thahir Al-Qurmuthi, seorang kepala salah satu suku Syi’ah Ismailiyah di Jazirah Arab bagian timur, untuk merampas Hajar Aswad. Dengan 700 anak buah bersenjata lengkap diamendobrak Masjid Al-Haram dan membongkar Ka’bah secara paksa lalu merebut Hajar Aswad dan mengangkutnya ke negaranya yang terletak di kota Ahsa’ yang terletak di wilayah Bahrain, kawasan Teluk Persia sekarang.

Kemudian, ia membuat maklumat dengan menantang umat Islam. Inti dari maklumat itu, jika ingin mengambil Hajar Aswad, tebuslah dengan sejumlah uang yang pada saat itu sangat berat bagi umat Islam atau dengan perang. Baru setelah 22 tahun (tahun 339 H) batu itu dikembalikan ke Mekah oleh Khalifah Abbasiyah Al-Muthi’ lillah setelah ditebus dengan uang sebanyak 30.000 Dinar. Mereka membawanya ke Kufah, lalu menggantungkannya ke tiang ke tujuh Masjid Jami’. Setelah itu, mereka mengembalikannya ke tempat semula.

Penulis: Ristyandani
Referensi: Athlasul Hajj wal ‘Umrah, Dr. Sami Maghluts dan sumber lain.
Sumber: Majalah Tashfiyah, edisi 01, vol. 01 1432 H – 2011 M, hal. 84-86.

Sabtu, 11 April 2015

Kisah Zulaibib dan Bidadari

Kumpulan Cerita Islam (KCI) : Kisah Zulaibib dan Bidadari

Di sudut kota Madinah, tinggallah seorang pemuda bernama Zulaibib. Dikenal sebagai pemuda yang baik di kalangan para sahabat. Juga dalam hal ibadahnya termasuk orang yang rajin dan taat. dari sudut ekonomi dan finansial, ia pun tergolong melarat. Sebagai seorang yang telah dianggap mampu, ia hendak melaksanakan sunnah Rasul yaitu menikah. Beberapa kali ia meminang gadis di kota itu, namun selalu ditolak oleh pihak orang tua ataupun sang gadis dengan berbagai alasan.

illustrasi
Zulaibib kemudian mengutarakan isi hatinya kepada Baginda Nabi. Sambil tersenyum beliau berkata:”Maukah engkau saya nikahkan dengan putri dari kalangan Anshor? “
“saya belum berani ya Rasul, putri sahabat itu terkenal akan kecantikan dan kesholihannya, dan hingga kini ayahnya selalu menolak lamaran dari siapapun.”
Tapi hari berikutnya, ketika bertemu dengan Zulaibib, Rasulullah menanyakan hal yang sama. “Zulaibib, tidakkah engkau menikah?”. Dan Zulaibib menjawab dengan jawaban yang sama. Begitu, begitu, dan begitu. Tiga kali. Tiga hari berturut-turut.
Dan di hari ketiga itulah, Rasulullah menarik lengan Zulaibib dan membawanya ke salah satu rumah seorang pemimpin Anshor. “Aku ingin menikahkan putri kalian.” kata Rasulullah pada tuan rumahnya.
“Betapa indahnya dan betapa barakahnya rumah kita”, begitu tuan rumah menjawab berseri-seri, mengira bahwa sang Nabilah calon menantunya. ” Ooh.. Ya Rasulullah,ini sungguh akan menjadi cahaya yang menyinari di rumah kami.”
” Bukan untukku, tetapi ku pinang putrimu untuk Zulaibib” jawab Rasulullah.
“Zulaibib?”, sahut pemimpin anshor tak percaya.
“Ya. Untuk Zulaibib.” Rasulullah menyakinkan.
” Ya Rasulullah”, terdengar helaan nafas panjang. “Saya harus meminta pertimbangan istri dan putri saya tentang hal ini”
“wahai suamiku?’, istrinya berseru, “Bagaimana bisa? Zulaibib berwajah jelek, tak bernasab, tak berkabilah, tak berpangkat, dan tak berharta. Demi Allah tidak. Tidak akan pernah putri kita menikah dengan Zulaibib”
Perdebatan itu tidak berlangsung lama. Dan akhirnya sang putri dari balik tirai berkata anggun, “Siapa yang meminta?”
“Rasulullah wahai putriku” jawab mereka.
“Ayah dan bunda, jika memang ia didatangkan karena permintaan Rasulullah saw, maka terimalah lamarannya, dan aku ikhlas menjadi istrinya. Demi Allah, kirim aku padanya. Dan demi Allah, karena Rasulullah yang meminta, maka tiada akan dia membawa kehancuran dan kerugian bagiku”.
Putri yang shalehah itu lalu membaca sebait ayat: 

“Dan tidaklah patut bagi lelaki beriman dan perempuan beriman, apabila Allah dan RasulNya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan lain tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah mereka telah sesat, sesat yang nyata” 
(QS. Al Ahzab : 36)

Mendengar kata2 gadis itu Rasulullah dengan tertunduk berdoa untuk gadis shalihah tersebut, ” Ya Allah, limpahkanlah kebaikan atasnya, dalam kelimpahan yang penuh barakah. Jangan Kau jadikan hidupnya susah dan bermasalah..” (Doa yang indah.)
Akhirnya peminpin anshor dan istrinya menyetujui. pagi itu juga pernikahan diselenggarakan dengan sederhana. Zulebid kemudian memboyong istrinya ke rumahnya.
Sambil memandangi wajah istrinya, ia berkata,” duhai Adinda di wajahmu terlukiskan kecantikan bidadari, apakah ini yang engkau idamkan selama ini? Bahagiakah engkau dengan memilihku menjadi suamimu? dan apakah kita termasuk suatu tanda pasangan surga”
“maksud kakanda..??” istrinya balik bertanya.
” Bukankah syukur dan sabar adalah ciri2 yg dirindu suga, aku selalu bersyukur telah mendapatkan istri seperti adinda, dan adinda selalu bersabar telah mendapatkan suami spt aku”.
Dengan tersipu malu istrinya menyela ” engkau adalah lelaki pilihan rasul yang datang meminangku. Tentu Allah telah menakdirkan yang terbaik darimu untukku. Tak ada kebahagiaan selain menanti tibanya malam ini yang dinantikan para pengantin.”
Zulaibib tersenyum. Dipandanginya wajah indah itu berkali-kali seakan kejadian ini hanyalah mimpi belaka. Tiba-tiba terdengar pintu rumah diketuk. Segera ia bangkit dan membuka pintu. Seorang laki-laki mengabarkan bahwa ada panggilan untuk berkumpul di masjid, panggilan berjihad dalam perang.
Zulaibib masuk kembali masuk rumah dan menemui istrinya. “Duhai istriku yang senyumnya mempesona hingga ke relung jiwa, begitu besar cintaku kepadamu, namun panggilan Allah untuk berjihad melebihi semua kecintaanku padamu. Aku mohon keridhoanmu sebelum keberangkatanku ke medan perang. sekiranya Allah mengetahui semua tujuan jalan hidup kita ini.”
Istrinya menyahut, ” Pergilah wahai suamiku, betapa besar pula kecintaanku kepadamu, namun hak Yang Maha Adil lebih besar kepemilikannya terhadapmu. Doa dan ridhoku menyertaimu”
***
Zulaibib lalu bersiap dan bergabung bersama tentara muslim menuju ke medan perang. Gagah berani ia mengayunkan pedangnya, berkelebat dan berdesing hingga beberapa musuh pun tewas ditangannya. Ia bertarung merangsek terus maju sambil senantiasa mengumandangkan kalimat Tauhid…tak disangka sebuah anak panah dari arah depan tak sempat dihindarinya. Menancap tepat di dadanya. Zulaibib terjatuh, berusaha menghindari anak panah lainnya yang bertebangan di udara. Ia merasa dadanya mulai sesak, nafasnya tersenggal, pedangnya pun mulai terkulai terlepas dari tangannya. Sambil bersandar di antara tumpukan korban, ia merasa panggilan Allah sudah begitu dekat. Terbayang wajah kedua orangtuanya yang begitu dikasihinya. Berganti bayangan wajah Rasulullah yang begitu dihormati, dijunjung dan dikaguminya. Hingga akhirnya bayangan rupawan istrinya. Istrinya yang baru dinikahinya pagi tadi, belum sempat menikamati malam pertamanya. Senyum yang begitu manis menyertainya tatkala ia berpamitan. Wajah cantik itu demikian sejuk memandangnya sambil mendoakannya. Detik demi detik, syahadat pun terucapkan dari bibir Zulebid. Perlahan-lahan matanya mulai memejam, senyum menghiasinya….Zulebid pergi menghadap Ilahi, gugur sebagai syuhada.
***
Senja datang..perang sudah usai
Angin mendesah, sepi…
Gemerlap alunan doa mengiris hati..
Rasulullah dan para sahabat mengumpulkan syuhada yang gugur dalam perang. Ketika perang telah usai, Rasulallah Saw bertanya kepada para sahabat: “Siapa diantara sahabat kalian yang sekarang tidak keliatan dan mungkin menjadi syahid?” Para sahabat pun menyebutkan beberapa nama, tetapi tidak menyebut nama Zulaibib karena dia belum banyak dikenal.” Sepertinya kalian kehilangan seseorang?” Tanya Rasulullah.
“Tidak Ya Rasulullah!”, jawab para sahabat .
“Sepertinya kalian kehilangan seseorang?”, Rasul bertanya lagi. Kali ini lebih tegas lagii.
“Tidak Ya Rasulullah!”. sebagian menjawab dengan terbata-bata dan tak seyakin tadi. Beberapa sahabat menengok ke kiri dan ke kanan.
Rasulullah menghela nafasnya. “Sepertinya aku justru kehilangan Zulaibiib, marilah kita bersama mencarinya!”
Maka para sahabat sadar dan mereka pun mencarinya, ternyata mereka menjumpainya dalam keadaan telah gugur. sedang di sebelahnya terdapat tujuh mayat musuh yang berhasil di bunuhnya sebelum dia gugur semoga Allah SWT melimpahkan ridho-NYA kepada Zulaibib
Rasulullah mengusap tanah dari wajah dan mencium serta menangis dan bersbda:
  “engkau adalah bagian dariku dan aku bagian darimu”.
( HR.muslim dan Ahmad)”
Rasulullah tertunduk di samping jasad Zulaibib. Para sahabat terdiam membisu. Sejenak kemudian terdengar suara Rasulullah seperti kmbali menahan isak tangis. Air mata berlinang di dari pelupuk mata beliau kemudian beliau seolah-olah menengadah ke atas sambil tersenyum. Wajah beliau berubah menjadi cerah. Belum hilang keheranan shahabat, tiba-tiba Rasulullah menolehkan pandangannya ke samping seraya menutupkan tangan menghalangi arah pandangan mata beliau. Para shahabat lalu bertanya-tanya, ada apa dengan Rasulullah.
” Wahai Rasulullah, mengapa engkau menanigis ketika melihat jasad Zulaibib?
Jawab Rasulullah “Aku menangis karena mengingat Zulaibib. Oo.. Zulaibib, pagi tadi engkau datang kepadaku minta restuku untuk menikah dan engkau pun menikah hari ini juga. Ini hari bahagia. Seharusnya saat ini Engkau sedang menantikan malam pertama, malam yang ditunggu oleh para pengantin.”
“Lalu mengapa kemudian Engkau menengadah dan tersenyum?” Tanya sahabat lagi.
“Aku menengadah karena kulihat beberapa bidadari turun dari langit dan udara menjadi wangi semerbak dan aku tersenyum karena mereka datang hendak menjemput Zulaibib,” Jawab Rasulullah.
“Dan lalu mengapa kemudian Engkau memalingkan pandangannya dan menoleh ke samping?” Tanya mereka lagi.
“Aku mengalihkan pandangan menghindar karena sebelumnya kulihat, saking banyaknya bidadari yang menjemput Zulaibib, beberapa diantaranya berebut memegangi tangan dan kaki Zulaibib. Hingga dari salah satu gaun dari bidadari tersebut ada yang sedikit tersingkap betisnya…”
*** Tapi jauh sekali dari tempat itu, di atas tanah yang berbeda dan di dalam udara yang tak sama, sebuah lampu di teras menyala. Sebuah halaman kamar seorang wanita duduk ditemani bunga-bunga di sekelilingnya. Dengan menyandarkan punggung di tiang beranda, istri Zulaibib menanti sang suami yang tak kunjung datang. Ketika terdengar kabar suaminya telah menghadap sang ilahi Rabbi, Pencipta Segala Maha Rasa.
Malam menjelang… Terlelap ia, sejenak berada dalam keadaan setengah mimpi dan dan nyata. Lambat-laun ia seperti melihat Zulaibib datang dari kejauhan. Tersenyum, namun wajahnya menyiratkan kesedihan.
Terdengar Zulebid berkata, “Istriku, aku baik-baik saja. Aku menunggumu disini. Engkaulah bidadari sejatiku. Semua bidadari disini bila aku menyebut namamu akan mengguman cemburu padamu…dan kan kubiarkan engkau yang tercantik di hatiku..”.
Istri Zulaibib, terdiam. Tak lama setelah itu, matanya mulai berkaca-kaca dan airmata kasih yang teramat dalam itupun segeralah tumpah. Ada sesuatu yang mengingang disana.. Sepertinya tak ingin lepas ia dari mengingat acara pernikahan tadi pagi.. Dan bayangan suaminya yang baru saja hadir.. Ia menggerakkan bibirnya..
Tak lama, mengalirlah sebuah doa yang terdengar sayup dan lembut. Suara yang teramat pilu menembus, menusuk hingga ke dinding hati.
“Suamiku doaku selalu menyertaimu, aku sangat mencintaimu… dan dengan semua ketentuan Allah ini bagi kita.. aku ikhlas….”
*******Selamat Zulaibib, selamat bagi orang2 yang shiddiq, selamat bagi orang-orang yang ikhlas dan selamat bagi orang-orang yang menempuh jalan Allah.

Sumber : http://sevencovich.blogspot.com/2013/02/kisah-pemuda-buruk-rupa-yg-diperebutkan.html

Copyright @ 2013 ilmu tentang islam.