Selasa, 31 Desember 2013

Syaikh asy-Sya’rawi | Apa Bedanya Anda Dengan Setan

Kumpulan Cerita Islam (KCI) : Syaikh asy-Sya’rawiApa Bedanya Anda Dengan Setan
• Dialog Asy-Syaikh Mutawalli Asy-Sya’rawi dengan Pemuda Salafi-Wahabi



Asy-Syaikh Mutawalli asy-Sya’rawi (mufassir agung al-Azhar, Mesir) pernah bertanya kepada seorang pemuda Salfi-Wahabi yang berhaluan keras dan suka mengkafirkan: “Apakah mengebom sebuah klub malam di negara Muslim itu halal atau haram?”

Dia menjawab: “Tentu saja halal, membunuh mereka itu boleh.”

Syaikh asy-Sya’rawi bertanya lagi: “Jika seandainya Anda membunuh mereka, sedangkan mereka bermaksiat kepada Allah, ke mana mereka akan ditempatkan?”

Pemuda itu menjawab: “Tentu di neraka.”

Syaikh asy-Sya’rawi bertanya pula: “Ke mana setan menjerumuskan mereka?”

Dia menjawab: “Tentu saja ke neraka!”

Syaikh asy-Sya’rawi berkata: “Jika demikian Anda dan setan memiliki tujuan yang sama, yaitu memasukkan manusia ke neraka.”

Syaikh asy-Sya’rawi lalu menyebutkan sebuah hadits Nabi Saw.: “Ketika ada mayat seorang Yahudi lewat di hadapan Nabi Saw., beliau lalu menangis. Para sahabat bertanya mengapa beliau menangis, dijawab: “Telah lolos dariku satu jiwa dan ia masuk ke dalam neraka.”

Syaikh asy-Sya’rawi berkata lagi: “Perhatikan perbedaan kalian dengan Nabi Saw. yang berusaha memberi petunjuk dan menjauhkan mereka dari neraka. Kalian berada di satu lembah sedangkan Nabi berada di lembah lain.”

Pemuda itu hanya diam membisu mendengarnya.

• Kalam Mutiara Asy-Syaikh Muhammad Mutawalli As-Sya’rawi

Diantara kalam mutiara nasehat beliau yang berbentuk syair adalah:

(من أقوال الشيخ محمد متولي الشعراوي)
إن كنت لا تعرف عنوان رزقك# فإن رزقك يعرف عنوانك.

“Jika kamu tidak tahu alamat tempat rizqimu, maka ketahuilah rizqimu tahu alamat tempatmu.”

إذا أهمّك أمر غيرك فاعلم بأنّك ذوطبعٍ أصيل # وإذا رأيت في غيرك جمالاً فاعلم بأنّ داخلك جميل
“Jika engkau mementingkan urusan orang lain, ketahuilah bahwa kamu punya karakter yang baik. Jika engkau melihat orang lain baik, maka ketahuilah bahwa batinmu juga baik.”

من ابتغى صديقا بلا عيب عاش وحيدا # من ابتغى زوجةً بلا نقص عاش أعزبا

“Siapa yang ingin mencari teman yang sempurna (tanpa aib), maka hidupnya akan sendirian (karena tiada teman yang sempurna). Siapa yang ingin mencari istri yang sempurna (tanpa kekurangan), maka hidupnya akan jomblo (karena tiada istri yang tanpa kekurangan).”

من ابتغى حبيبا بدون مشاكل عاش باحثا # من ابتغى قريباً كاملاً عاش ناقصا

“Siapa yang ingin mencari kekasih tanpa rintangan, maka hidupnya akan dilewati dengan mencari saja (tak akan pernah ketemu). Siapa yang ingin mencari kerabat yang sempurna, ia akan hidup dalam kekurangan.”

إذا أخذ الله منك مالم تتوقع ضياعه # فسوف يعطيك مالم تتوقع تملكه.

“Jika Allah mengambil sesuatu darimu yang tak kau sangka, maka kelak Allah akan memberimu sesuatu yang tak kau sangka kau miliki.”

Wallahu al-Musta’an A’lam. Lahu al-Fatihah…

Sya’roni As-Samfuriy, Cilangkap Jaktim 01 Januari 2014
______________________________
Allahumma sholli wasallim wabarik ‘ala Sayyidina Muhammadin wa’ala Aalihi wa Shahbihi ajma’in. Silakan halal dicopas maupun dishare semua dan selamanya, semoga bermanfaat.

Manaqib/Biografi lengkap Syaikh asy-Sya’rawi silakan baca di sini:

Senin, 30 Desember 2013

Imam Ghazali | Aqidah Imam Ghazali

Kumpulan Cerita Islam (KCI) : Imam Ghazali | Aqidah Imam Ghazali
oleh: Ust. Khalil Muhyiddin, M.A

al-Imâm Abu Hamid Muhammad ibn Muhammad al-Ghazali (w 505 H), nama yang sangat akrab dengan kita, seorang teolog, sufi besar, seorang yang ahli dalam banyak disiplin ilmu. Dalam kitab karyanya yang sangat agung; Ihya’ Ulumiddin, pada jilid pertama beliau menuliskan bab khusus tentang penjelasan akidah mayoritas umat Islam; akidah Ahlussunnah, yaitu pada bagian Qawa’id al-Aqa’id. 
Di antara yang beliau tulis adalah sebagai berikut:

تعالى (أى الله) عن أن يحويه مكان كما تقدس عن أن يحده زمان، بل كان قبل أن خلق الزمان والمكان وهو الآن على ما عليه كان (إحياء علوم الدين، كتاب قواعد العقائد، الفصل الأول ج.1 ص. 108)

“Allah Maha suci dari diliputi oleh tempat, sebagaimana Dia maha suci untuk dibatasi oleh waktu dan zaman. Dia ada tanpa permulaan, tanpa tempat, dan tanpa zaman, dan Dia sekarang (setelah menciptakan tempat dan arah) ada seperti sediakala tanpa tempat dan dan tanpa arah” (Ihya’ ‘Ulumiddin, j. 1, h.108).

Pada bagian lain dari kitab tersebut al-Imâm al-Ghazali menuliskan: 
"Pokok ke empat; Adalah mengetahui bahwa Allah bukan benda yang memiliki tempat. Dia maha suci dari dibatasi oleh tempat. Arguman atas ini adalah bahwa setiap benda itu pasti memiliki tempat, dengan demikian ia membutuhkan kepada yang mengkhususkannya dalam tempat tersebut. Juga sesuatu yang bertempat itu tidak lepas dari dua keadaan; menetap pada tempatnya tersebut atau bergerak pindah dari satu tempat ke tempat alinnya. Dan kedua sifat ini jelas merupakan sifat-sifat dari sesuatu yang baru. Dan sesuatu yang tidak lepas dari kebaharuan maka berarti sesuatu tersebut adalah sesuatu yang baharu” (Ihya’ ‘Ulumiddin, j. 1, h. 127).

Masih dalam kitab Ihya’ al-Imâm al-Ghazali juga menuliskan:

الأصل السابع: العلم بأن الله تعالى منـزه الذات عن الإختصاص بالجهات، فإن الجهة إما فوق وإما أسفل وإما يمين وإما شمال أو قدام أو خلف، وهذه الجهات هو الذي خلقها وأحدثها بواسطة خلق الإنسان إذ خلق له طرفين أحدهما يعتمد على الأرض ويسمى رجلا، والآخر يقابله يسمى رأسا، فحدث اسم الفوق لما يلي جهة الرأس واسم السفل لما يلي جهة الرجل، حتى إن النملة التي تدب منكسة تحت السقف تنقلب جهة الفوق في حقها تحتا وإن كان في حقنا فوقا.

وخلق للإنسان يدين وإحداهما أقوى من الأخرى في الغالب فحدث اسم اليمين للأقوى واسم الشمال لما يقابله، وتسمى الجهة التي تلي اليمين يمينا والأخرى شمالا، وخلق له جانبين يبصر من أحدهما ويتحرك إليه فحدث اسم القدام للجهة التي يتقدم إليها بالحركة واسم الخلف لما يقابلها. (إحياء علوم الدين، ج.1، ص. 128)

“Pokok ke tujuh; adalah berkeyakinan bahwa Dzat Allah suci dari bertempat pada suatu arah. Karena arah tidak lepas dari salah satu yang enam; atas, bawah, kanan, kiri, depan dan belakang. Arah-arah tersebut diciptakan oleh Allah denga jalan penciptaan manusia. Allah menciptakan manusia dengan dua bagian; bagian yang megarah ke bumi yaitu bagian kakinya, dan bagian yang berlawanan dengannya yaitu bagian kepalanya. Dengan adanya pembagian ini maka terjadilah arah, bagian ke arah kakinya disebut bawah dan bagian ke arah kepalanya disebut atas. Demikian pula seekor semut yang merayap terbalik di atas langit-langit rumah, walaupun dalam pandangan kita tubuhnya terbalik, namun baginya arah atasnya adalah bagian yang ke arah kepalanya dan bagian bawahnya adalah adalah bagian yang ke arah bawahnya.

Pada manusia kemudian Allah menciptakan dua tangan, yang pada umumnya salah satunya memiliki kekuatan lebih atas lainnya. Maka terjadilah penamaan bagi tangan yang memiliki kekuatan lebih sebagai tangan kanan. Sementara tangan bagian lainnya yang yang berlawanan dengannya disebut dengan tangan kiri. Juga Allah menciptakan bagi manusia tersebut dua bagian bagi arah badanya; bagian yang ia lihat dan ia tuju dengan bergerak kepadanya, dan bagian yang berada pada sebaliknya. Bagian yang pertama disebut arah depan semantara yang bagian sebaliknya disebut dengan arah belakang” (Ihya 'Ulumiddin, j. 1, h. 128).

Kemudian al-Imâm al-Ghazali menuliskan:

فكيف كان في الأزل مختصا بجهة والجهة حادثة؟ أو كيف صار مختصا بجهة بعد أن لم يكن له؟ أبأن خلق العالم فوقه ويتعالى عن أن يكون له فوق إذ تعالى أن يكون له رأس، والفوق عبارة عما يكون جهة الرأس، أو خلق العالم تحته فتعالى عن أن يكون له تحت إذ تعالى عن أن يكون له رجل والتحت عبارة عما يلي جهة الرجل، وكل ذلك مما يستحيل في العقل (إحياء علوم الدين، ج.1، ص. 128)
“Dengan demikian bagaimana mungkin Allah Yang ada tanpa permulaan (azaly) memiliki tempat dan arah, sementara tempat dan arah itu sendiri baharu?! Bagaimana mungkin Allah yang ada tanpa permulaan dan tanpa tempat lalu kemudian berubah menjadi berada pada tempat tersebut?! Apakah Allah menciptakan alam yang alam tersebut berada di arah atas-ya?! Sesesungguhnya Allah maha suci dari dikatakan “arah atas” bagi-Nya. Karena bila dikatakan “arah atas” bagi Allah maka berarti Dia memiliki kepala. Karena sesungguhnya penyebutan “arah atas” hanya berlaku bagi sesuatu yang memiliki kepala. Demikian pula Allah maha suci dari dikatakan “arah bawah” bagi-Nya. Karena bila dikatakan arah bawah bagi Allah maka berarti Dia memiliki kaki. Karena sesungguhnya penyebutan arah bawah hanya berlaku bagi sesuatu yang memiliki kaki. Hal itu semua secara akal adalah sesuatu yang mustahil atas Allah” (Ihya' 'Ulumiddin, j. 1, h. 128).

Dalam kitab al-Arba’in fi Ushuliddin, al-Imam al-Ghazali menuliskan:

وأنه لا يحل في شىء ولا يحل فيه شىء، تعالى عن أن يحويه مكان كما تقدس عن أن يحده زمان، بل كان قبل أن خلق الزمان والمكان وهو الآن على ما عليه كان (الأربعين في أصول الدين، ص 8)
“... dan bahwa Allah tidak bertempat di dalam sesuatu, dan tidak ada sesuatu apapun yang bertempat pada-Nya. Allah maha suci dari diliputi oleh tempat, sebagaimana Dia maha suci dari dibatasi oleh waktu/zaman. Dia Allah ada sebelum terciptanya waktu dan tempat, dan Dia sekarang (setelah menciptakan tempat dan waktu) ada sebagaimana pada sifat-Nya azaly; tanpa tempat dan tidak terikat oleh waktu”. (al-Arba’in Fi Ushuliddin, h. 8)

KESIMPULAN: 

Akidah Rasulullah, para sahabat, dan kaum Salaf saleh, serta keyakinan mayoritas umat Islam; Ahlussunnah Wal Jama’ah ialah “ALLAH ADA TANPA TEMPAT DAN TANPA ARAH”. Sangat tidak masuk akal, atau tepatnya kita katakan “tidak berakal”, bila ada orang yang berkeyakinan bahwa Allah berada di langit atau di di arsy, seperti keyakinan orang-orang Wahhabiyah di masa sekarang. Bagaimana mereka berkeyakinan Allah berada di langit?! Juga berkeyakinan Allah berada di arsy?! Di dua tempat heh..?! Padahal mereka yakin bahwa langit dan arsy adalah makhluk Allah. Itu artinya dalam keyakinan mereka Allah bertempat pada makhluk-Nya sendiri. A’udzu Billah al-‘Alyy al-‘Azhim.

Minggu, 29 Desember 2013

Syeikh Ahmad bin Ali bin Yusuf Al-Buni | Mengenal Ilmu Falak

Kumpulan Cerita Islam (KCI) : Syeikh Ahmad bin Ali bin Yusuf Al-Buni | Mengenal Silsilah dan Ilmu Falak

Syeikh Ahmad bin ‘Ali bin Yusuf Al-Buni adalah seorang ulama, sufi dan juga praktisi Ilmu Hikmah.
Manuskrip Kitab Syamsul Ma’arif Al-Kubra
Garis silsilah (sanad) pengajaran beliau bersambung kepada para Sahabat dan Tabi’in. Pengetahuan dan pengalamannya dibidang Ilmu Hikmah beliau tuangkan kedalam karya tulis. Ada dua kitab karyanya yang banyak dipakai oleh para praktisi Ilmu Hikmah dan paling terkenal khususnya di Indonesia yaitu Syamsul Ma’arif Al-Kubra (شمس المعارف الكبرى) dan Manba’ Ushul Al-Hikmah (منبع اصول الحكمة) yang berisi tentang penjabaran Ilmu Hikmah, Ilmu Huruf, Ilmu Wafaq (pembelajaran kodifikasi angka dan huruf), Ilmu Simiyya (pembelajaran nama-nama suci), Ilmu Falak (pembelajaran ilmu perbintangan), Ruhaniyat (Spiritualitas) dan berbagai ilmu esoteris (ditujukan untuk kalangan terbatas) lainnya.




Didalam kitab Manba’ Ushul Al-Hikmah halaman 323 disebutkan bahwa beliau menerima “Talqin Syahadat” dari para guru-guru-nya sampai kepada Rasulullah, sebagaimana Sayyidina Ali bin Abi Thalib karamallahu waj-hahu menerima Talqin Syahadat secara langsung dari Rasulullah SAW. 

Berikut ini adalah silsilah Talqin Syahadat Imam Al-Buni:
  1. Syeikh Ahmad bin Ali bin Yusuf Al-Buni
  2. Abi Abdillah Muhammad bin Mahmud bin Ya’qub Al-Kufi An-Nunisi Al-Maliki
  3. Syeikh Madhi Al-‘Azaim
  4. Syeikh Al-Qutb Abi Abdillah Muhammad bin Abi Al-Hasan Ali bin Huzam
  5. Syeikh Muhammad Shalih bin ‘Uqban Al-Wakili Al-Maliki
  6. Syeikh Abi Madyan Syu’aib bin Al-Hasan Al-Andalusi Al-Isybili
  7. Syeikh Ayub bin Syu’aib As-Shanhaji
  8. Syeikh Abi Ya’la Al-Mishri
  9. Syeikh Abi Muhammad Abdullah Al-Manshur
  10. Syeikh Abi Muhammad Abdul Jalil in Mihlan
  11. Syeikh Abi Al-Fadl Abdullah bin Abi Bisyr
  12. Imam Musa Al-Kazhim
  13. Imam Ja’far Shadiq
  14. Imam Muhammad Al-Baqir
  15. Imam Zainal ‘Abidin
  16. Sayyidina Al Husain
  17. Sayyidina Ali bin Abi Thalib
  18. Rasulullah SAW.

Selain itu, beliau menerima pengajaran Rahasia Ilmu Huruf dengan silsilah sebagai berikut:
  1. Syeikh Ahmad bin Ali Al-Buni
  2. Syeikh Abi Abdillah Syamsuddin Al-Asfahani
  3. Syeikh Al-Imam Jalaluddin Abdullah Al-Bisthami
  4. Syeikh As-Sirjani
  5. Syeikh Qasim As-Sirjani
  6. Syeikh Abdullah Al-Babani
  7. Syeikh Ashiluddin Asy-Syairazi
  8. Syeikh Abi An-Najib As-Suhrawardi
  9. Syeikh Al-Imam Muhammad bin Muhammad Al-Ghazaly
  10. Syaikh Ahmad Al-Aswad
  11. Syeikh Hamad Ad-Dainuri
  12. Syeikh Junaid Al-Baghdadi
  13. Syeikh Sirri As-Siqthi
  14. Syeikh Ma’ruf Al-Karkhi
  15. Syeikh Dawud Al-Jili
  16. Syeikh Habib Al-‘Ajami
  17. Syeikh Al-Imam Hasan Al-Bashri

Sedangkan silsilah Ilmu Wafaq-nya yaitu:
  1. Syeikh Ahmad bin Ali Al-Buni
  2. Syeikh Sirajuddin Al-Hanafi
  3. Syeikh Syihabuddin Al-Maqdisi
  4. Syeikh Syamsuddin Al-Farisi
  5. Syeikh Syihabuddin Al-Hamadani
  6. Syeikh Qutbuddin Ad-Diya’i
  7. Syeikh Al-Imam Muhyiddin Ibnu Al-Arabi
  8. Syeikh Abi Al-Abbas Ahmad bin At-Turizi
  9. Syeikh Abi Abdillah al-Qurashi
  10. Imam Abi Madyan al-Andalusi.

Beliau juga menerima pengetahuan tambahan mengenai Ilmu Huruf dan Ilmu Wafaq dari Syeikh Mohammad ‘Izzuddin bin Jama’ah, beliau mempelajarinya dari Syeikh Muhammad Al-Sirani, yang memperolehnya dari Syeikh Syihabuddin Al-Hamadani, yang memperolehnya dari Qutbuddin Al-Dhiya’i, yang memperolehnya dari Muhyiddîn Ibnu Al-Arabi.

Imam Al-Buni juga mennyebutkan bahwa beliau mendapatkan pengetahuan Ilmu Hikmah dari Syeikh Abu Al-’Abbas Ahmad bin Maymûn Al-Qastalâni, yang memperolehnya dari Syeikh Abu Abdillah Muhammad Al-Qurashi, yang memperolehnya dari Syaikh Abu Madîn Shu’ayb bin Hasan Al-Ansari Al-Andalusi, yang menerimanya dari Syeikh Abu Ayyub bin Abi Sa’id As-Sanhaji Al-Armuzi, yang menerimanya dari Syeikh Abi Muhammad bin Nur, yang menerimanya dari Syeikh Abu Al-Fadhl Abdullah bin Bashr, yang menerimanya dari Syeikh Abu Bashr Al-Hasan Al-Jujari, yang menerimanya dari Al-Saqati, yang menerimanya dari Dawûd al-Tha’i, yang menerimanya dari Habîb al-A’jami, yang menerimanya dari Abu Bakr Muhammad ibnu Sirrin , yang menerimanya dari Sayyidina Malik bin Anas.

Syeikh Ali bin Ahmad Al-Buni wafat pada tahun 1225 Masehi. Hasil karya beliau masih banyak dibaca dan menjadi rujukan para praktisi Ilmu Hikmah di Indonesia. Bahkan kitab-kitab atau risalah kecil yang disebut dengan mujarrabat (metode-metode hikmah yang telah terbukti) banyak berisi kutipan-kutipan dari 2 kitab utama Imam Al-Buni. Sayangnya banyak karya tulis beliau yang hilang ditelan zaman. Sampai saat ini karyanya di bidang penyembuhan tradisional tetap menjadi rujukan di antara para tabib Muslim Yoruba di Nigeria dan berbagai daerah Muslim lain di dunia.

Maulana Habib Luthfi Bin Yahya | Dialog Imajiner Habib Luthfi dengan Setan

Kumpulan Cerita Islam (KCI) : Maulana Habib Luthfi Bin YahyaDialog Imajiner Habib Luthfi dengan Setan

Pekalongan. Tasawuf itu tashfiyatulqulub dan tazkiyatunnufus (pensucian hati dan pembersihan jiwa). Tasawuf sudah ada sejak lama bahkan merupakan ahwal (kondisi/kebiasaan) para sahabat Nabi Saw.

Saat perang Khandaq (parit) di madinah para sahabat diminta oleh Nabi Saw. untuk maju ke wilayah musuh sebagai mata-mata (intel). Tapi para sahabat diam, tidak ada yang mengajukan diri sampai beliau Saw. menawarkan siapa saja yang mau jadi intel akan beliau jadikan sahabat karib di surga. Mereka tetap diam. Akhirnya Nabi Saw. menunjuk salah seorang sahabat yakni Hudzaifah Ra. untuk menjadi mata-mata, dia yang menerima perintah tersebut.


Diamnya para sahabat terhadap perintah Nabi Saw. bukan merupakan ketidak patuhan para sahabat terhadap perintah Nabi Saw. Akan tetapi mereka menjaga adab di hadapan beliau Saw. Mereka takut di saat mengajukan diri yang muncul adalah dorongan nafsu, ego mereka sendiri bukan karena Allah Swt.

Jangan sampai kita terlena dan terbuai oleh nafsu kita sendiri.

Dialog Imajiner Habib Luthfi dan Setan, “Kalah Telak 3–0”

Setan: Samlikum Bib.
Habib Luthfi: Samlikum, ada perlu apa neh Tan?

Setan: Mau silaturrahim. Ente sekarang makin terkenal Bib, hehehe…
Habib Luthfi: Oh, mau silaturrahim (hehe baru tahu dia siapa gue, hmmm setan aja sowan ke sini apalagi manusia, astaghfirullah gue kalah 1-0). Tan apa murid-murid saya masuk daftar orang-orang yang kalian goda atau nggak?

Setan: Ah nggak Bib, nggak berani saya sama murid-murid sampeyan Bib.
Habib Luthfi: Oh, Alhamdulillah (hmmm baru tahu lu ya kalau murid gue gak bisa digoda apalagi gue, hehehe, astaghfirullah gue kalah 2-0).

Setan: Ya iyalah Bib, murid sampeyan ngapain saya godain, gak digodain pun mereka sudah terbuai dan terlena sama nafsunya. Ngapaian repot-repot godain, saya sih liatin ajah sembari ketawa, hehehehe…

Habib Luthfi: Haahh, ternyata setan sekarang belum godain murid-murid gue, mereke cuma nonton sembari cekakak cekikik. Hmmm ternyata gue kalah 3-0 sekarang.

Intinya  kita harus waspada aan tipu daya setan dan janganlah berlaku sombong ketika kita dikarunia ta'at terhadap Alloh SWT.
Semoga artikel ini bermanfaat.

(Dicatat oleh Ustadz Oki Yosi: http://mukelujauh.blogspot.com/2013/12/kutipan-ceramah-jumat-kliwon-di-gedung.html)

Sya’roni As-Samfuriy, Banten 29 Desember 2013

Jumat, 27 Desember 2013

Asy-Syaikh al-Fadhil Mutwalli asy-Sya’rawi | AIR BEKAS PEMANDIAN JASAD RASULULLAH SAW.

Kumpulan Cerita Islam (KCI) : Asy-Syaikh al-Fadhil Mutwalli asy-Sya’rawiAIR BEKAS PEMANDIAN JASAD RASULULLAH SAW.


Salah seorang santri Rubath Tarim li al-Habib Salim bin Abdullah asy-Syathiri, Ustadz Mochammad Nuzulul Bawwakiel Muttaqien, suatu hari mengkisahkan tentang “Air pemandian Rasulullah Saw.”

Alkisah, asy-Syaikh al-Fadhil Mutwalli asy-Sya’rawi pernah diundang untuk menghadiri sebuah acara muktamar di Arab. Dalam majelis muktamar tersebut, asy-Syaikh mengajukan pertanyaan yang tidak pernah disangka oleh semua hadirin, terutama pimpinan muktamar. Beliau bertanya: “Ke manakah air bekas pemandian jenazahnya Rasulullah Saw.?”


Semua hadirin seperti terbungkam, tidak ada satu pun ulama yang menjawabnya. Hingga pimpinan muktamar berkata: “Ya Syaikh Mutawalli asy-Sya’rawi, pertanyaan ini perlu jawaban dan pembahasan. Aku akan menjawabnya pada pertemuan mendatang.”

Sepulang dari muktamar, pemimpin majelis muktamar itu menjadi gelisah. Dengan segala kemampuannya dicarilah dalalah dan kisah atau riwayat yang menunjukkan tentang “Ghusalah”, air bekas pemandian jasad Rasulullah Saw. itu.

Namun semua kitab pun tanpa bergeming dan enggan memberikan jawban. Di tengah kecapekannya, tertidurlah pemimpin majelis muktamar itu. Dan di dalam mimpinya ia bertemu Rasulullah Saw. yang sedang bersama seorang lelaki agung, membawa sebuah qindil (lentera). Sang pemimpin muktamar sangat senang sekali dan berkata: “Ya Rasulullah, ke manakah air bekas pemandian jasad Tuan Saw.?”

Rasulullah Saw. tersenyum dan menjawab: “Bertanyalah kepada shahibul qindil” (sembari menunjuk lelaki yang membawa lentera).

Maka bertanyalah sang pemimpin majelis muktamar kepada lelaki itu, dan dijawab dengan suara yang halus dan jelas: “Air bekas pemandian jasad Rasulullah Saw. naik ke langit, kemudian turunlah air itu ke bumi. Tidak akan jatuh percikan air itu di bumi kecuali Allah menjadikannya sebuah masjid.”

Terbangunlah sang pemimpin muktamar itu dengan wajah berseri dengan ditemukannya jawaban dari pertanyaan Syaikh Mutawalli asy-Sya’rawi. Dan ketika pertemuan muktamar dilanjutkan, sang pimpinan muktamar itu berkata kepada Syaikh asy-Sya’rawi: “Aku telah menemukan jawaban dari pertanyaan Anda ya Syaikh.”

Syaikh Mutawalli asy-Sya’rawi menyahut: “Apakah itu jawaban dari shahibul qindil?”

Pemimpin muktamar itu bertanya: “Apakah Anda mengetahuinya?”

Syaikh Mutawalli asy-Sya’rawi berkata: “Akulah shahibul qindil itu.”

Sya’roni As-Samfuriy, Cilangkap Jaktim 26 Desember 2013

Silakan halal dicopas atau dishare. Mari bacakan surat al-Fatihah dan shalawat, Allahumma shalli wasallim wabarik 'ala Sayyidina Muhammadin wa'ala Aalihi wa Shahbihi ajma'in.

HABIB ALI AL-JUFRIY | Ucapan atas KELAHIRAN ISA BIN MARYAM AS."Selamat Hari Natal"

Kumpulan Cerita Islam (KCI) : HABIB ALI AL-JUFRIY | Ucapan atas KELAHIRAN ISA BIN MARYAM AS."Selamat Hari Natal"
Segala puji milik Allah. “Nahnu aula bimusa minhum” (Kami lebih utama untuk memuliakan Nabi Musa As. Daripada mereka). Itulah sepenggal yang pernah disabdakan Baginda Nabi Saw.

Suatu ketika Rasulullah Saw. menganjurkan puasa 10 Muharram (‘Asyura). Kemudian para sahabat komplain kepada Rasulullah Saw. bahwa hari ‘Asyura merupakan hari yang diagungkan oleh Yahudi karena wujud syukur kegembiraan mereka atas diselamatkannya Nabi Musa As. dari kejaran Fir’aun dan balatentaranya. Sedangkan Rasulullah telah melakukan puasa ‘Asyura di Makkah sebelum Hijrah.

Nabi tidak pernah bertanya kaitan tanggal Arab dengan tanggal Ibrani (yang dipakai ummat Nabi Musa As.). Akan tetapi cukup dengan melihat apa yang dilakukan oleh kaum Yahudi di Madinah (berkaitan dengan ‘Asyura). Kemudian permasalahannya dari kalangan sahabat tidak ada yang berkata: “Bagaimana kita mempercayai hari yang ditentukan oleh Yahudi sebagai hari diselamatkannya Nabi Musa As., sedangkan mereka telah merubah isi kitab mereka? Tentu kita tidak bisa meyakini hari yang ditentukan oleh orang Yahudi sebagai hari diselamatkannya Nabi Musa As.”
Jadi, hal ini sama sekali tidak berkaitan dengan waktunya melainkan berkaitan dengan makna yang ada pada kejadian tersebut, yakni bergembira atas rahmat Allah dan mencintai orang-orang shaleh dari para hambaNya.

Kemudian, telah kita ketahui dalam rukun Islam yang ke 5 adalah Haji. Dalam ritual haji itu sangat khas sekali kaitannya dengan makna-makna yang tertuang dalam rahmat Allah yang dilimpahkan kepada umat-umat terdahulu:

1. Thawwaf di Ka’bah, kisahnya adalah Nabi Ibrahim As. mengangkat pondasi Ka’bah bersama puteranya, Nabi Ismail As.
2. Sa’i, yaitu berjalannya Sayyidah Hajar antara bukit Shafa dan Marwa dalam mencari air untuk minum puteranya.
3. Melempar Jumrah, yaitu peristiwa ketika Nabi Ibrahim As. diuji oleh Allah untuk mengorbankan puteranya dan dihalangi oleh setan, maka Nabi Ibrahim As. melempari setan itu dengan batu.

Tiga hal ini (thawwaf, sa’i dan melempar jumrah), merupakan syi’ar yang sangat agung dalam agama kita. Allah Swt. berfirman:

وَذَكِّرهُمْ بأَيَّامِ اللَّهِ إِنَّ فى ذلكَ لآياتٍ لكلِّ صَبَّارٍ شَكورٍ

“Ingatkanlah mereka dengan hari-hari Allah, sesungguhnya dalam hal itu ada tanda-tanda bagi setiap orang yang sabar lagi bersyukur.” (QS. Ibrahim ayat 5).

Nah, sedangkang menyebut kelahirannya Nabi Isa As. adalah termasuk menyebut hari-hari Allah, sebab kelahiran Nabi Isa As. adalah sebuah mu’jizat yang agung. Bukankah Allah Swt. berfirman melalui lisannya Nabi Isa As.:

وَالسَّلامُ عَلَىَّ يَوْمَ وُلِدْتُ وَيَوْمَ أَمُوتُ وَيَوْمَ أُبْعَثُ حَيٍّا

“Semoga keselamatan bagiku di hari aku dilahirkan, di hari aku meninggal dan di hari aku dibangkitkan hidup kembali” (QS. Maryam ayat 33).

Maka inilah satu-satunya sebab yang sudah cukup sebagai hujjah atas kegembiraan kita atas dilahirkannya Sayyidina Isa As., terlepas dari perbedaan penentuan tanggal kelahiran Nabi Isa As., entah perbedaan antara kita atau perbedaan antara Kristen Ortodox, Protestan dan Katolik. Sebab bergembiranya itu bukan dengan harinya, akan tetapi dengan makna yang terkandung di hari tersebut.

Kemudian saudaraku, bukankah saudara-saudara kita dari kalangan manusia jua? Tetangga-tetangga kita dan lain sebagainya itu mempunyai hak agar kita berbuat baik kepada mereka. Bukankah Allah Swt. berfirman:

لَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ أَنْ تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ
“Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.” (QS. al-Mumtahanah )

Imam Hasan al-Bashri berkata: “Dulu para sahabat meminta Rasulullah Saw. agar menyambung silaturrahim kepada kerabat beliau, maka Allah menurunkan ayat tersebut.”

Ibnu Abbas Ra. dalam menafsiri ayat “Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil”, dengan orang-orang yang suka berbuat kebajikan dan suka bersilaturrahim. Begitupula dikemukana oleh al-Hafidz Ibn Hajar ath-Thabary dalam kitab tafsirnya.

Alhasil, tak ada masalah bagi kita untuk menyambung silaturrahim dan berbuat baik kepada mereka.

Orang yang mengharamkan mengucapkan “Selamat Natal” kepada orang Nashrani mereka tidak mendatangkan hujjah yang melarang mengucapkan Selamat Natal, akan tetapi mereka berhujjah kalau mengucapkan Selamat Natal berarti meyakini akan ketuhanan Yesus?

Sungguh tidak ada hubungan sama sekali, sebab seorang Muslim yang mengucapkan Natal tetap tidak meyakini dengan ketuhanannya Yesus. Sama halanya dengan orang Nashrani mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri atau Selamat atas kelahirannya Nabi Muhammad bukan berarti mereka berikrar sebagai Muslim.

Beliau (al-Habib Ali al-Jufriy) memperbolehkan mengucapkan Selamat Natal kepada orang Nashrani. Bahkan di akhir artikel beliau menuliskan: “Aku mengucapkan untuk Sayyidina Isa Sayyidiy (tuanku), Ruh Allah dan KalimatNya. Salam sejahtera bagimu di hari engkau dilahirkan, di hari engkau meninggal dan di hari engkau dibangkitkan hidup kembali.”

Wallahu A’lam


Sya’roni As-Samfuriy, Cilangkap Jaktim 25 Desember 2013

Kamis, 26 Desember 2013

Muhammad’s Testamentum | Perlindungan terhadap Kaum Non Muslim

Kumpulan Cerita Islam (KCI) : Muhammad’s Testamentum | Perlindungan terhadap Kaum Non Muslim



Muhammad’s Testamentum: Bukti Sejarah Jaminan Perlindungan Nabi Muhammad saw kepada Umat Nonmuslim


Mungkin, di antara pembaca postingan Muhammad’s Testamentum ini akan tersentak. Sebagian lain akan menundukkan kepala merenung. Sebagian lain, tersenyum seolah mendapatkan durian runtuh.


Apa pun respons Anda, ini adalah sebuah “wacana sejarah”, yang tentu saja jika disikapi dengan kepala terbuka akan menerbitkan “perspektif baru” yang barangkali bermanfaat buat bekal hidup kita di Indonesia yang plural ini. Tentu, saya dan Anda juga selayaknya bersikap kritis, tidak main telan, bukan? Sebut saja kita sedang belajar untuk mengail nilai positif dari sejarah ini.

Selaku seorang muslim yang kebetulan berkultur tradisional, hanya beruntung bisa bersekolah sampai level S-3 di Islamic Studies dan bergaul dengan banyak kiai dan profesor, pernah berjelajah ke khazanah kitab-kitab salaf dan sekaligus teori-teori filsafat klasik-kontemporer, saya bersetuju bahwa akidah harus dijaga dengan ketat. Namun demikian, juga sangatlah berharga bagi kita untuk memahami bahwa akidah yang baik meniscayakan perilaku sosial yang baik pula. Perilaku sosial merupakan representasi dari mutu akidah setiap kita. Silakan Anda beli buku Indeks al-Qur’an, lalu telusuri secara tematik ayat-ayat yang bertutur tentang iman dan amal, niscaya Anda akan menemukan poin yang saya maksud tersebut.

Surat Jaminan Nabi Muhammad Saw. ini juga dikenal sebagai Muhammad’sTestamentum; sebuah dokumen sejarah bahwa Rasulullah telah memberikan jaminan perlindungan dan hak-hak hidup tanpa syarat apa pun kepada utusan Biara St. Chaterine, di Semenanjung Sinai, yang menghadap Rasulullah pada tahun 628 M. Surat tersebut bermaterai gambar telapak tangan Rasulullah Saw. 
Berikut bunyinya, saya kutip secara utuh dari Dr. Muqtader Khan, Direktur Program Studi Islam di University of Delaware:
“Ini adalah pesan dari Muhammad bin Abdullah, yang berfungsi sebagai perjanjian dengan mereka yang memeluk agama Kristen, di sini dan di manapun mereka berada, kami bersama mereka. Bahwasanya aku, para pembantuku, dan para pengikutku sungguh membela mereka, karena orang Kristen juga rakyatku; dan demi Allah, aku akan menentang apa pun yang tidak menyenangkan mereka. Tidak boleh ada paksa atas mereka. Tidak boleh ada hakim Kristen yang dicopot dari jabatannya, demikian juga pendeta dan biaranya. Tidak boleh ada seorang pun yang menghancurkan rumah ibadah mereka, merusaknya, atau memindahkan apa pun darinya ke rumah kaum muslim. Bila ada yang melakukan hal-hal tersebut, maka ia melanggar perintah Allah dan Rasul-Nya. Bahwasanya sesungguhnya mereka adalah sekutuku dan mereka aku jamin untuk tidak mengalami yang tidak mereka sukai. Tidak boleh ada yang memaksa mereka pergi atau mewajibkan mereka berperang. Muslimlah yang harus berperang untuk mereka. Bila seorang perempuan Kristen menikahi lelaki muslim, pernikahan itu harus dilakukan atas persetujuannya. Ia tak boleh dilarang untuk mengunjungi gereja untuk berdoa. Gereja mereka harus dihormati. Mereka tidak boleh dilarang untuk memperbaiki gereja mereka dan tidak boleh pula ditolak haknya atas perjanjian ini. Tidak boleh ada umat muslim yang melanggar perjanjian ini hingga hari penghabisan (kiamat).”

Sayang, naskah perjanjian yang asli sudah tidak ada lagi. Ini bagian yang sering dijadikan pertanyaan oleh banyak kalangan. Namun, salinannya masih tersimpan di Biara St. Chaterine, yang telah diverifikasi oleh banyak cendekiawan muslim dan non muslim untuk meneliti keotentikannya. Di antara peneliti itu adalah Aziz Suryal Atiya dengan buku The Monastery of St. Catherine and the Mount Sinai Expedition (1952), juga J. Hobbs dengan buku Mount Sinai (1995), dan K.A. Manaphis dengan bukuSinai: Treasures of the Monastery of Saint Catherine (1990), dan tentu Dr. Muqtader Khan sendiri.

Dari paparan sejarah, disebutkan bahwa hilangnya naskah asli Muhammad’sTestamentum terjadi saat Kekaisaran Ottoman yang dipimpin Sultan Selim I melakukan ekspansi ke Mesir tahun 1517. Naskah asli lalu diambil dari biara tersebut oleh tentara Ottoman dan diserahkan kepada Sultan Selim I, yang lalu oleh Sultan Selim I dibuat salinannya untuk disimpan kembali di biara tersebut. Sejarah pun mencatat betapa tingginya sikap toleransi yang ditunjukkan para penguasa Islam selama kekuasaan Ottoman (1517-1798).

Pada tahun 1630, Gabriel Sionita menerbitkan edisi pertama naskah perjanjian tersebut (tentu bersumber pada salinannya) dalam bahasa Arab, dengan judul “Al-‘Ahd wal Surut allati Sarrataha Muhammad Rasulullah li Ahlil Millah al-Nashraniyyah” (Perjanjian dan Surat yang Dituliskan oleh Muhammad Rasulullah kepada Kaum Kristen). Dan sejak abad 19, dokumen perjanjian tersebut diteliti oleh banyak akademisi kontemporer, dari Timur dan Barat, dengan terutama berfokus pada daftar para saksi. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat kemiripan antara dokumen perjanjian yang disimpan di Biara St. Chaterine dengan dokumen-dokumen sejenis yang pernah diberikan oleh Rasulullah kepada kelompok-kelompok agama lain di Timur Dekat. Di antaranya adalah surat Rasulullah kepada kaum Kristen yang menetap di Najran, yang pertama kali diketemukan pada tahun 878 di sebuah biara di Irak dan diawetkan di Chronicle of Seert.

Well, mungkin penutup yang saya kutip dari Dr. Muqtader Khan yang dimuat diWashington Post (1 Desember 2012), dengan judul Muhammad’s Promise to Christians ini bisa dijadikan ending permenungan:

Ketika sumber-sumber seperti janji Muhammad kepada orang Kristen dimunculkan dan digarisbawahi, ia membangun jembatan-jembatan…mengilhami orang-orang Muslim untuk keluar dari intoleransi komunal…

Semoga bermanfaat. Jika ada sahabat yang memiliki referensi lebih lengkap atau kritis, tentu akan kian bermanfaat untuk kita semua. Wallahu ‘a’lam bis shawab.

Rabu, 25 Desember 2013

Islam | TOLERANSI ANTAR UMAT BERAGAMA

Kumpulan Cerita Islam (KCI) : IslamTOLERANSI ANTAR UMAT BERAGAMA

TOLERANSI ANTAR UMAT BERAGAMA, HABIB ALI AL-JUFRIY KEBABLASAN?


Maulana ad-Da’i ilallah al-Habib Ali bin Abdurrahman al-Jufri, salah seorang alim ulama besar asal Abu Dhabi yang berdomisili di Yaman dan sebagai Pengasuh 2 Ribath Darul Musthafa li al-Habib Umar bin Hafidz, beliau mengucapkan turut berduka cita atas wafatnya Baba Iskandariya (Pastur). Habib Ali al-Jufriy bertoleransi terhadap karibnya yang beragama lain. Tentu teladan akhlak beliau adalah kepada kakeknya tercinta, Sayyidina Muhammad Rasulullah Saw.

Saat itu, memang banyak kalangan ulama yang menghujat atas perilakunya yang terlihat kontroversi. Lalu beliau pun menyitir sebuah hadits Nabi Saw., hingga para ulama yang semula menghujatnya pun faham dan berterima kasih pada beliau karena sudah disadarkan dari kejumudan (berfikir kaku) dan mendapatkan berkah ilmu dari beliau.

Telah menceritakan pada kami Adam, telah menceritakan pada kami Sya’bah, telah menceritakan pada kami Amar bin Murrah, beliau berkata: “Aku mendengar Abdurrahman bin Abi Layla berkata: “Adalah Sahal bin Hunaif sedang duduk bersama Qais bin Sa’ad di al-Qadisiyah, maka lewatlah di hadapan mereka rombongan yang memikul jenazah, maka mereka berdua pun berdiri. Lalu mereka berdua diberi tahu kalau sesungguhnya itu adalah jenazahnya Ahli Dzimah (non Muslim). Maka mereka berdua menjawab: “Sesungguhnya Nabi Saw. telah lewat padanya rombongan yang memikul jenazah, maka Nabi Saw. pun berdiri. Lalu Nabi Saw. diberi tahu kalau sesungguhnya itu adalah jenazahnya seorang Yahudi. Maka Nabi Saw. pun menjawab:

أليست نفسا
“Bukankah itu juga juga jasad?” (sekalipun itu bukan jenazah orang Islam (Yahudi) , tapi bukankah itu juga jasad yang layak dihormati?). (HR. al-Bukhari no. 1250).

Dalam hadits riwayat al-Bukhari no. 1249 juga disebutkan: Telah bercerita pada kami Hisyam dari Yahya dari Ubaidillah bin Muqsim dari Jabir bin Abdullah Ra., beliau berkata: “Telah lewat ke hadapan kami rombongan yang memikul jenazah, maka Nabi Saw. pun berdiri. Maka kami pun berdiri mengikuti Nabi Saw. Lalu kami berkata: “Wahai Rasulullah, sesungguhnya itu adalah jenazahnya Yahudi.”

Maka Nabi Saw. pun bersabda: “Jika kalian melihat jenazah, maka berdirilah.

Sya’roni As-Samfuriy, Cilangkap Jaktim 25 Desember 2013

Silakan halal dicopas atau dishare semuanya dan selamanya. Allahumma shalli wasallim wabarik ‘ala Sayyidina Muhammadin wa’ala Aalihi wa Shahbihi ajma’in. Aamiin.

Selasa, 24 Desember 2013

al Habib Umar bin Hafidz | Fanatisme Golongan

Kumpulan Cerita Islam (KCI) :al Habib Umar bin Hafidz Fanatisme Golongan

Konflik antar-aliran dalam Islam timbul karena pemahaman yang dangkal terhadap agama. Ulama sering membungkus kepentingan duniawi dengan dalih agama. Muslim Indonesia mempunyai budaya hidup rukun.

Sebagai negara berpenduduk Islam terbesar di dunia, Indonesia menjadi aset Islam yang tak ternilai. Akan tetapi sejarah keberagaman di Indonesia sering dicoreng tindak kekerasan berdalih agama. Hal ini menjadi perhatian al-Habib Umar bin Hafidz, ulama pluralis dari Tarim, Yaman. Ulama kelahiran Tarim, Yaman 27 Mei 1963 ini adalah pendiri Rubath Darul Mustafa yang oleh koran The New York Times digambarkan sebagai tempat multikultrural yang disesaki pelajar dari Indonesia hingga California.

Dengan visi kemajemukannya, ulama penghafal al-Quran ini memberikan banyak ceramah di berbagai pusat kebudayaan dan pendidikan Islam, termasuk beberapa universitas di Inggris, Amerika Serikat dan Kanada.

Oleh Center for Muslims-Christian Understanding, Georgetown University, Amerika Serikat, putra mufti kota Tarim, al-Habib Muhammad bin Salim, itu dimasukkan di antara 50 nama dalam “The World’s 500 Most Influential Muslims 2009.”

Salah satu aksi penting yang dilakukan sebelumnya adalah penandatanganan Risalah Amman (2005) dan A Common Word atau Kalimatun Sawa (2007). Pakta pertama adalah pengakuan adanya beberapa madzhab dalam Islam dan yang kedua adalah surat terbuka para ulama kepada pemimpin Kristen yang kemudian direspons positif sebagai inisiatif dialog antar-iman yang cukup berpengaruh.

Dalam kesempatan bulan-bulan yang lalu al-Habib Umar bin Hafidz melakukan lawatan ke Indonesia. Diantara agendanya adalah memberikan ceramah di Universitas Paramadia, Monumen Nasional, dan di kawasan Puncak, Bogor. Dan al-Habib Umar bin Hafidz berkesempatan menerima wawancara dari GATRA sebagai berikut:

*************************************

“Bagaimana Anda melihat umat Islam di Indonesia?”

Orang Indonesia punya dasar yang baik untuk bisa hidup bersama dengan keberagaman. Kalau ada sedikit konflik atau perseteruan, tentunya pengaruh dari apa yang datang setelahnya. Namun pada intinya, potensi untuk toleransi yang baik itu ada di Indonesia. Cukup dengan berusaha sedikit saja, insya Allah akan terwujud toleransi seperti yang kita harapkan.


“Sampai sekarang masih terjadi sikap intoleransi, mengapa?”

Perbedaaan madzhab-madzhab dalam Islam bukanlah hal yang sifatnya prinsipil. Itu hanya “ranting dan cabangnya” agama. Sebaiknya itu bisa dipahami dengan baik agar tidak akan ada masalah. Yang jadi masalah, ketika seseorang dikuasai fanatisme berlebih pada madzhabnya, maka perilakunya saling menyakiti.


“Terkait dengan konflik bertema agama, apa saran Anda?”

Semestinya kita semua saling menghormati. Intinya, madzhab yang sudah dianut lebih dahulu oleh masyarakat Indonesia harus menunjukkan penghormatan pada madzhab baru. Tetapi madzhab yang masuk setelahnya harus mampu menunjukkan penghormatan yang lebih besar.


“Apa faktor yang menjadi pendukungnya?”

Ini menjadi fenomena pribadi mereka (ulama) masing-masing yang pemahaman agama Islamnya mungkin kurang benar. Mengkafirkan seseorang itu tidak diperbolehkan, kecuali pada kenyataannya orang itu memang kafir. Atau bisa jadi mereka melakukan hal tersebut karena faktor-faktor duniawi dengan mencari pembenaran atas nama agama.


“Di negara Islam lain apakah konflik madzhab masih menjadi masalah?”

Pada masa lalu sebenarnya tidak ada. Di setiap negara terdapat dua madzhab berbeda, bahkan bisa lebih, namun hidupnya stabil tanpa ada masalah. Tetapi perkembangannya, apa yang saya istilahkan sebagai misionaris madzhab mulai mengorek-ngorek dan tentunya bisa merangsang terjadinya konflik.


“Saran untuk muslim di Indonesia?”

Semua madzhab yang ada jangan sampai saling mengganggu dan mencela. Kita mengarahkan kalau di satu daerah telah bermukim sebuah madzhab mayoritas, maka agar madzhab lain tidak masuk ke sana karena bisa menimbulkan gesekan-gesakan. Di dalam Islam itu dianjurkan untuk berbuat dan berhubungan baik dengan setiap orang termasuk mereka yang tidak mengucapkan dua kalimat syahadat. Tapi kalau di satu tempat ada agama tertentu yang jadi mayoritas maka harus diperhatikan perasaan umatnya. Kalau tidak bisa saja menyinggung perasaan yang mayoritas.


“Adakah negara Islam yang bisa menjadi model toleransi umat?”

Saya tidak bisa sebut contoh negaranya. Namun pada intinya jika pendidikan agama tersebar dengan baik maka tentunya akan terjadi apa yang disebut toleransi.


“Bagaimana menyikapi potensi konflik antar-iman yang ada?”

Hal fundamental dalam Islam menyebutkan tidak ada paksaan bagi siapapun untuk masuk Islam. Makanya, yang terpenting adalah bagaimana menyampaikan hakikat Islam untuk semua manusia. Seorang Paulus di Mesir menyebut: “Tidak ada kemerdekaan yang hakiki bagi agamanya sampai datangnya ajaran Islam.”


“Menurut Anda bagaimana Islam di Indonesia?”

Saya rasa Islam di Indonesia punya rasa cinta tinggi pada Nabi. Hubungan emosional yang erat dengan Rasulullah pun bisa ditingkatkan dengan pembelajaran ilmu akhlak yang lebih dalam. Selain itu, peningkatan pemahaman pada norma-norma juga perlu ditingkatkan agar hubungan muslim dengan yang bukan muslim di Indonesia bisa semakin lebih baik. Umat Islam seharusnya menumbuhkan gambaran bahwa kita tinggal di satu bahtera bersama umat beragama lain. Seperti dalam satu perahu, ketika satu orang melubanginya dengan alasan apapun, tentunya akan membahayakan bagi semua orang di dalam perahu. Jadi silakan berbuat apapun, asalkan jangan lubangi perahunya.

*************************************
Semoga Bermanfaat

Disadur dari Majalah Gatra Edisi 05/XIX/06-12 Desember 2012 hlm. 80

Sya’roni As-Samfuriy, Tegal 02 April 2013

Muadz | Kisah Seorang Anak Tuna Netra Yang Hafal Al-Qur'an, Namun Ia Tidak Menginginkan Untuk Melihat.

Kumpulan Cerita Islam (KCI) : MuadzKisah Seorang Anak Tuna Netra Yang Hafal Al-Qur'an, Namun Ia Tidak Menginginkan Untuk Melihat.
Muadz | Tuna Netra yang Hafal Alquran

Syaikh Fahd Al-Kandari mewancarai anak istimewa ini yang bernama Muadz. Seorang anak laki-laki tunanetra penghafal Al-Quran dari Mesir yang berusia 11 tahun. Dalam wawancara itu beliau menanyakannya perihal bagaimana ia belajar Al-Quran dan kebutaannya.

Semangatnya untuk menghafal ayat-ayat Allah yang mulia membuat langkah kakinya ringan untuk pergi ke tempat gurunya.

“Saya yang datang ke tempat syaikh,” katanya.

“Berapa kali dalam sepekan?” Tanya beliau.

“Tiga hari dalam sepekan,” jawabnya.

Jawaban anak ini kian membuat terkejut ketika anak ini memberitahu beliau Syaikh Fahd Al-Kandari bahwa Syaikh yang mengajarinya Al-Quran hanya mengajarinya satu ayat per hari.

“Pada awalnya hanya satu hari dalam sepekan. Lalu saya mendesak beliau dengan sangat agar ditambah harinya, sehingga menjadi dua hari dalam sepekan. Syaikh saya sangat ketat dalam mengajar. Beliau hanya mengajarkan satu ayat saja setiap hari,” ujarnya.

“Satu ayat saja?” respon beliau terkejut, takjub dengan semangat baja anak ini.

Dalam tiga hari itu ia khususkan untuk belajar ayat-ayat suci Al-Quran, hingga ia tidak bermain dengan kawan-kawan sebayanya.

Yang lebih mengagumkan adalah pernyataannya tentang kebutaannya. Ia tidak berdoa kepada Allah agar Allah mengembalikan penglihatannya, namun rahmat Allah lah yang ia harapkan.

“Dalam shalatku, aku tidak meminta kepada Allah agar Allah mengembalikan penglihatanku,” katanya.

Mendengar jawaban anak ini Syaikh Fahd Al Kanderi semakin terkejut.

“Engkau tidak ingin Allah mengembalikan penglihatanmu? Kenapa?” tanya beliau heran.

Dengan wajah meyakinkan, anak itu memaparkan alasannya. Bukan ia tak yakin pada Allah, bukan. Namun ia menginginkan yang lebih indah dari penglihatan.

“Semoga menjadi keselamatan bagiku pada HARI PEMBALASAN (kiamat), sehingga Allah meringankan perhitungan (hisab) pada hari tersebut. Allah akan menanyakan nikmat penglihatan, apa yang telah engkau lakukan dengan penglihatanmu? Saya tidak malu dengan cacat yang saya alami. Saya hanya berdoa semoga Allah meringankan perhitungan-Nya untuk saya pada hari kiamat kelak,” papar Muadz dengan tegas.

Mendengar kalimat mulia anak ini, semua diam. Syaikh nampak berkaca-kaca dan air matanya menetes. Para pemirsa di stasiun TV serta kru TV tersebut juga tak tahan menitikkan air mata.


Pada saat ini, saya teringat banyak kaum muslimin yang mampu melihat namun bermalas-malasan dalam menghafal kitab Allah, Al-Quran. Ya Allah, bagaimana alasan mereka besok (di hadapan-Mu)?” kata Syaikh Fahd AL Kanderi.

“Segala puji bagi Allah dalam segala keadaan,” kata MUADZ penghafal Quran muda ini.

Subhanallah, indahnya dunia tak membuatnya lupa akan Rabbnya dan hari pembalasan.

Ia juga mengatakan bahwa ia terinspirasi dari kaidah Imam Ibnul Qayyim al-Jauziyah (rahimahullah). “Kaidah imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyah yang berbunyi ‘Allah tidak menutup atas hamba-Nya satu pintu dengan hikmah, kecuali Allah akan membukakan baginya dua pintu dengan rahmat-Nya,’” katanya.

Kehilangan penglihatan sejak kecil, tidak membuat ia mengeluh kepada Sang Pencipta. Ia tak iri pada orang lain apalagi kufur nikmat. Ikhlash menerima takdirNya.

“Alhamdulillah, saya tidak iri kepada kawan-kawan meski sejak kecil saya sudah tidak bisa melihat. Ini semua adalah qadha’ dan qadar Allah,” katanya.

“Kita berdoa kepada Allah semoga menjadikan kita sebagai penghuni surga Al-Firdaus yang tertinggi,” kata Muadz

Matanya yang buta, tak membuat hatinya buta dalam mensyukuri nikmat yang telah Allah berikan. Subhanallah.

Dalam sebuah hadits Qudsi Nabi (shallallahu ‘alaihi wa salam) bersabda:

إِنَّ اللَّهَ قَالَ: إِذَا ابْتَلَيْتُ عَبْدِي بِحَبِيبَتَيْهِ فَصَبَرَ، عَوَّضْتُهُ مِنْهُمَا الجَنَّةَ
Allah berfirman, Jika Aku menguji hamba-Ku dengan menghilangkan penglihatan kedua matanya lalu ia bersabar, niscaya Aku akan menggantikan penglihatan kedua matanya dengan surga.” 
(HR. Bukhari no. 5653, Tirmidzi no. 2932, Ahmad no. 7597, Ad-Darimi no. 2795 dan Ibnu Hibban no. 2932).










silahkan lihat video disini


Sumber : http://www.pusatalquran.com/2013/12/kisah-seorang-anak-tuna-netra-yang.html

Rabu, 18 Desember 2013

Syekh Nazim | Perjuangan Melawan Faham Islam Radikal

Kumpulan Cerita Islam (KCI) : Syekh Nazim |  Perjuangan Melawan Faham Islam Radikal
WALAUPUN mengalami kesukaran bercakap, Sheikh Nazim (91 thn)masih gigih menyampaikan dakwah.

ORANG ramai dari pelusuk dunia sentiasa mengunjungi kediaman Nazim.
DI Cyprus terdapat seorang ahli sufi yang hidup secara sederhana. Beliau mengajak pengikutnya berpegang kepada konsep asas sufisme atau tasauf yang bermaksud kasih sayang. Beliau juga nekad meneruskan perjuangan melawan fahaman Islam radikal.

Sufisme yang menerapkan aspek rohani terutama pengukuhan kepercayaan dan hubungan antara manusia dan Tuhan melalui muraqabah berpegang kepada aliran Naqshbandi yang menjadikan konsep kesederhanaan dan patuh terhadap syariah Islam sebagai garis panduan dalam pengamalannya. Muraqabah ialah amalan menjaga ingatan dan hati semata-mata kepada Allah.

Sheikh Nazim, 91, mengetuai sebuah kumpulan yang dikenali sebagai Naqshbandi-Haqqani bersifat lebih fleksibel dalam ajarannya sehingga diungkapkan oleh sejarawan Perancis dan pakar sufisme, Thierry Zarcone sebagai antara ahli sufi yang terhebat.

"Islam yang diajar oleh Nazim adalah sangat fleksibel dengan wawasan yang boleh diterima. Pada masa yang sama, Nazim cuba mengurangkan fahaman Islam radikal di Amerika Syarikat dan Eropah dengan menunjukkan sufisme adalah instrumen dalam melawan fahaman radikal itu," katanya.

Keterbukaan Nazim dalam menerima sesiapa sahaja yang berminat mendalami sufisme disambut dengan pelbagai ucapan indah antaranya 'Selamat datang di kediaman yang penuh dengan cinta'.

Di dalamnya terdapat sebuah beranda melengkung dengan pemandangan pokok-pokok dan buah-buahan yang rendang di halaman.

Kehadiran tetamu di kediaman Nazim tidak pernah terhenti yang terdiri daripada pelbagai status warganegara, masyarakat tempatan dan penduduk kampung dengan satu hajat iaitu memohon doa dan pertolongan daripada ahli sufi termasyhur itu.

Antara tetamu yang hadir ialah dari Jerman, Itali, Switzerland, Amerika Syarikat, Rusia dan Turki. Mereka akan berkumpul di sebuah masjid kecil untuk solat berjemaah diikuti khutbah yang disampaikan Nazim berkisar tentang cinta dan kasih sayang sejati terhadap Allah.

Beliau yang mempunyai sepasang mata biru akan berada di tengah-tengah jemaahnya dan menyampaikan khutbah walaupun mengalami kesukaran bercakap. Nazim jarang sekali ditemu bual tetapi pengikutnya gemar memuat naik khutbah beliau di internet untuk dikongsi bersama masyarakat lain di seluruh dunia.

Mencuri tumpuan


Tiga tahun lalu, ketika bekas Pope, Benedic XVI dalam satu siri lawatan ke Cyprus, Nazim mencuri tumpuan masyarakat dunia apabila beliau mengembara dari Lefke ke Gereja Roman Katolik Cyprus yang jaraknya ialah 62 kilometer, menembusi kawasan patrol Pertubuhan Bangsa-Bangsa Bersatu (PBB) yang memisahkan Nicosia dalam usaha untuk bertemu dengan Benedict XVI.

Sebelum Benedict XVI melangkah kakinya ke gereja, Nazim menahannya dan kedua-duanya berpelukan sambil bertegur sapa dalam momen yang amat memilukan dan syahdu.

Kedua-dua figura itu sempat menghabiskan masa seketika berbual sesama mereka dan Nazim dalam nada sopan berkata: "Tuhan merahmati kamu, doakan saya, saya sudah semakin uzur."

Benedict XVI yang tersentuh dengan sapaan Nazim membalas sambil matanya berkaca: "Saya juga semakin tua." Mereka kemudian berpelukan.

Ia menimbulkan pelbagai tanggapan dalam kalangan masyarakat dunia kerana janggal bagi seorang yang dihormati dan dipandang tinggi dalam Islam memeluk seorang paderi.

Bagaimanapun, tindakan Nazim itu jelas seperti yang tercatat dalam bukunya bertajuk Love yang menegaskan dalam setiap agama kasih sayang adalah kekuatan asas kerana ia akan melahirkan perasaan hormat.

Seorang pengikut Nazim, Jehan Raqab yang berketurunan Itali dan Arab meletakkan jawatannya sebagai pegawai di PBB untuk bersama komuniti Nazim dalam meneruskan perjuangannya.

"Saya datang ke sini sekali sahaja dan sudah mula terasa seperti berada di syurga. Bila saya melihat Sheikh Nazim, beliau menyentuh hati saya bukan dengan kata-kata tetapi renungan matanya," kata Jehan.

Jehan yang pernah dibuang keluarga ketika berkhidmat bersama PBB mengakui masalah itu tidak lagi menghantui dirinya selepas hampir tiga tahun bersama Nazim di Lefke.

Dia yang masih bujang mengakui kehidupannya lebih tenang selepas meninggalkan kehidupan yang mengejar duniawi semata-mata kepada sebuah kehidupan yang sederhana seperti mendirikan solat lima waktu sehari semalam dan muraqabah berzikir.

Sementara itu, Bahauddine yang juga anak kepada Nazim berkata, seseorang manusia akan berada pada landasan yang betul dalam kehidupan sekiranya mencintai sesama manusia, masyarakat dan alam sekitar.

Katanya, penempatan di Lefke menerima saudara baru dan golongan penganut agama Islam dalam usaha mengukuhkan keimanan mereka terhadap Allah.

Sufisme

"Kebanyakan komuniti kami sangat aktif di Eropah terutamanya di London, selain Istanbul di Turki, Los Angeles dan Michigan, Amerika Syarikat," katanya.

Menantu Nazim, Sheikh Hisham Kabbani sangat aktif menyebarkan sufisme di Amerika Syarikat sejak tahun 1990. Malah, selepas serangan bom oleh pengganas di London pada tahun 2005, beliau menerajui pembentukan Majlis Sufi untuk menangani pemikiran radikal mengenai Islam.

"Menjadi tanggungjawab kita menerangkan setiap perincian mengenai Islam kepada orang luar terutamanya fahaman yang dikaitkan dengan keganasan.

"Jika kamu meneliti semula sejarah Islam, apakah pegangan asal dalam agama ini? Kamu dilarang membunuh wanita, kanak-kanak, warga emas atau membakar kediaman mereka. Tiada alasan untuk membunuh sewenang-wenangnya.
"Ini agama kami, ia sebuah agama yang sangat indah. Tetapi ia jatuh ke tangan mereka yang tidak bertanggungjawab. Saya minta maaf atas kata-kata saya ini," katanya. - AFP

Sumber : http://www.kosmo.com.my/kosmo/content.asp?=2013&dt=1219&pub=Kosmo&sec=Rencana_Utama&pg=ru_03.htm#.UrJyQgMWL5g.facebook#ixzz2ntd3VXdx 

Selasa, 17 Desember 2013

Isa Graham, Nekat Mencuri Al-Qur’an Demi Membuktikan Kebenaran Injil

Kumpulan Cerita Islam (KCI) : Isa Graham | Nekat Mencuri Al-Qur’an Demi Membuktikan Kebenaran Injil


kisahmuallaf . Baris demi baris kalimat dalam kitab setebal 500-an halaman yang dibacanya hanya menyisakan satu kesan di benaknya; kagum. Dan kekaguman yang bercampur rasa ingin tahu menjadi satu alasan bagi pemuda bernama Brent Lee Graham untuk mencuri buku itu dari perpustakaan kampusnya.

Dengan desain sampul yang menurutnya eksotis, buku berbahasa Inggris itu lebih dari sekadar menarik bagi Brent. Selain menyajikan berbagai cerita indah para nabi, buku itu berisi banyak kisah mengagumkan yang tak banyak ia ketahui.

“Saat itu aku baru berusia 17 tahun,” Brent mengawali kisahnya pada Republika, di sebuah pusat perbelanjaan Jakarta Selatan beberapa waktu lalu.

Semua berawal dari perenungannya tentang kematian. Brent yang telah mengubah namanya menjadi Isa Graham itu masih mengingat jelas dua peristiwa yang membuka matanya tentang kematian, hal yang tak pernah menyibukkannya.

Masa mudanya yang akrab dengan musik membuat Brent dekat dengan pesta. Dan pesta pada malam itu berbeda. “Aku terus mengingatnya hingga sekarang,” ujar pria yang pernah belajar di sekolah musik itu.
Malam itu, sebelum memasuki rumah tempat pesta digelar, Brent melihat beberapa orang membawa keluar sesosok tubuh lunglai seorang pemuda mabuk. Pemuda itu lalu diletakkan di salah satu sisi halaman rumah, dan ditinggalkan bersama mereka yang lebih dulu tak sadarkan diri karena alkohol. Tak ada pertolongan, tak ada obat-obatan. “Aku berpikir, bagaimana jika mereka mati?” ujarnya.

Brent tak dapat membenarkan apa yang baru dilihatnya. Terlebih, ketika ia berharap ada sedikit kepedulian di sana, Brent justru mendapati sebaliknya. “Beberapa orang yang baru datang ke pesta berlalu begitu saja saat melewati mereka yang tergeletak di halaman. Itu menyedihkan,” katanya.
Terhenyak, Brent mendengar teriakan dari dalam rumah, memanggilnya. Teman-temannya meminta Brent masuk dan memainkan musik untuk mereka.” Brent masuk dengan sebuah pertanyaan menghantuinya. “Jika aku mengalami hal menyedihkan seperti orang-orang yang ada di halaman itu dan kemudian mati, apakah mereka akan memikirkan keadaanku?”

Keesokannya, sebuah peristiwa lain kembali menghentak hati Brent, memaksanya merenungi segala hal dalam hidupnya. “Seorang dosen mendatangi kelasku dan membawa berita kematian salah seorang teman sekelas kami,” kenangnya. Brent terguncang.

Ia semakin teguncang mengetahui teman sekelasnya itu meninggal karena heroin. Brent menjelaskan, semua orang di kampus tahu teman mereka yang baru meninggal itu tak pernah menggunakan heroin. “Dan ia meninggal pada percobaan pertamanya menggunakan obat terlarang itu,” Isa menghela nafas. “Hidup begitu singkat.”

Perasaan takut menyergap Brent. Dan remaja 17 tahun itu mulai memikirkan kehidupannya, juga kematian yang ia tahu akan menghampirinya.

Brent memiliki seorang Ibu yang menjadi pengajar Injil, dan menyekolahkan Brent di sebuah sekolah Injil. “Aku mengetahui isi kitab suciku. Dan karenanya, aku banyak bertanya tentang agamaku,” kata Brent.
Brent tahu, nabi-nabi yang diutus jauh sebelum Yesus lahir menyampaikan ajaran yang sama, yakni tauhid. “Pun Yesus. Dalam Injil dijelaskan bahwa ia menyerukan tauhid. Dan itu bertentangan dengan konsep Trinitas yang diajarkan gereja,” ujarnya.

Siang itu, saat membaca terjemahan Alquran di perpustakaan kampus, Brent dikejutkan oleh sebuah ayat yang mengatakan bahwa Yesus bukanlah anak Tuhan. “Ayat itu seolah menjawab keraguanku tentang Trinitas,” katanya.

“Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al Masih, Isa putra Maryam itu, adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan: “(Tuhan itu) tiga”, berhentilah (dari ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah sebagai Pemelihara.” (An-Nisa’: 171)

Brent mencuri Alquran itu dari perpustakaan, dan mulai berinteraksi dengan Alquran. Keterkejutan terbesar muncul saat ia membaca ayat-ayat tentang Yesus. “Alquran memuat cerita tentang kelahirannya yang menakjubkan, tentang ibunya yang mulia, juga keajaiban yang tidak diceritakan dalam Injil, ketika dari buaian ia membela kehormatan ibunya.”

Penemuan hari itu membawa Brent pada sebuah misi pembuktian. “Aku bertekad menemukan pernyataan Injil yang akan mampu menjawab pernyataan Alquran. Dan Brent menemukannya. Sayang, jawaban itu sama sekali tak mendukung doktrin agamanya, dan justru membenarkan Alquran.

Dalam Injil Yohanes 3:16 misalnya, tulis Brent dalam artikel “My Passion for Jesus Christ” (muslimmatters.org), disebutkan tentang anak Tuhan dan kehidupan abadi bagi siapapun yang mempercayainya. “Jika kita terus membaca, kita akan bertemu Matius 5:9 atau Lukas 6:35 yang menjelaskan bahwa sebutan ‘anak Tuhan’ tidak hanya untuk Yesus,” katanya.

Brent menambahkan, baik dalam teks Perjanjian Baru dan juga Perjanjian Lama, Injil menggunakan istilah “anak Tuhan” untuk menyebut orang yang saleh. “Dalam Islam, kita menyebutnya muttaqun (orang-orang yang bertakwa),” jelas Isa.

Dalam pencarian yang semakin dalam, Brent menemukan bahwa ayat terbaik yang dapat membuktikan doktrin trinitas telah dihapuskan dari Injil. “Ayat itu dulu dikenal sebagai Yohanes 5:7, dan kini secara universal diyakini sebagai sebuah ayat sisipan yang penah secara sengaja ditambahkan oleh gereja,” terang Isa yang kemudian menguraikan hasil penelitian seorang profesor peneliti Injil asal Dallas, Daniel B. Wallace, tentang ayat tersebut.

Dari The New Encyclopedia Britannica yang dibacanya, Brent menemukan pula bahwa tidak satupun doktrin dalam Perjanjian Baru, termasuk kata Trinitas ataupun perkataan Yesus sekalipun, bertentangan dengan pengakuan Yahudi tentang ketauhidan yang disebutkan dalam Perjanjian Lama (Injil Ulangan 6:4).
Brent berkesimpulan, bukan Yesus ataupun para pengikutnya yang mengajarkan Trinitas. “Dan mereka yang mengajarkan Trinitas menambahkan keyakinan yang dibuat-buat ke dalam Injil?” ia bertanya, sekaligus menjawab pertanyaan yang muncul di otaknya.

Setelah mencapai kesimpulan yang sulit diterimanya itu, ia menemukan sebuah peringatan dalam Injil Perjanjian Lama. “… jika seseorang menambahkan (atau mengurangi) sesuatu kepada perkataan-perkataan ini, maka Allah akan menambahkan kepadanya malapetaka-malapetaka yang tertulis di dalam kitab ini.” (Wahyu 22:18-19)

“Ayat itu senada dengan pernyataan Alquran,” tandas Brent. “Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang menulis Al Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya: ‘Ini dari Allah’, (dengan maksud) memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan besarlah bagi mereka, akibat dari apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan besarlah bagi mereka, akibat dari apa yang mereka kerjakan.” (Al-Baqarah: 79)

Pertanyaan dalam otak Brent belum tuntas. Ia kembali bertanya-tanya, “Jika Injil dan Alquran sama-sama memastikan Yesus bukanlah seorang anak Tuhan, lalu siapa dia?”

Lagi-lagi, Brent menemukan banyak kesepakatan antara Injil dan Alquran. Melalui ayat masing-masing, kedua kitab yang diselaminya itu menegaskan kenabian Yesus. “Yesus diutus untuk menyeru umatnya pada keesaan Tuhan, sebagaimana dilakukan para nabi dan rasul sebelumnya.”

Persoalan agama itu menjadikan Brent semakin kritis, yang menggiringnya pada berbagai pertanyaan besar tentang agamanya. Ia mempelajari berbagai agama lain. “Aku mencari tahu tentang beberapa agama, aku mempelajari paganisme, dan aku tertarik pada Islam.”

Di mata Brent kala itu, Islam adalah agama yang sempurna. “Aspek ekonomi, pemerintahan, semua diatur dengan baik dalam Islam. Aku kagum pada cara Muslim memperlakukanku, dan aku sangat kagum pada bagaimana Islam meninggikan derajat perempuan.”

Brent pun menyatakan keinginannya untuk masuk Islam pada seorang teman Muslimnya. “Sayang, ia memberitahuku bahwa aku tak bisa menjadi Muslim, hanya karena aku dilahirkan sebagai Kristen. Karena tak mengerti, aku menerima informasi itu sebagai kebenaran,” sesalnya.

Bagi pemuda kebanyakan di Australia, bisa jadi kehidupan Brent nyaris sempurna. Ia mahir memainkan alat musik, menjadi personel kelompok band, dan popular. Ia bisa berpesta sesering apapun bersama teman-teman yang mengelukannya. “Namun aku tidak bahagia dengan semua itu. Aku tak tahu mengapa.”

Namun terlepas dari kondisi tidak membahagiakan itu, Brent sangat mencintai musik. Ia mempelajari musik, memainkannya, mengajarkannya, dan menjadi bahagia dengannya. Hingga ia berfikiran bahwa musik adalah agamanya, karena mampu membuatnya bahagia.

Tanpa agama yang menenangkan hatinya, Brent seolah terhenti di sebuah sudut dengan banyak persimpangan. Perhentian itu membangunkannya di sebuah malam. “Aku berkeringat dan menangis. Aku sangat ketakutan sambil terus bergumam ‘Aku bisa mati kapanpun’,” tuturnya.

Dengan keringat dan air mata itu, Brent memanjatkan doa. “Aku meminta pada semua Tuhan; Tuhan umat Kristen, Tuhan umat Islam, Tuhan siapapun, karena aku tak yakin harus meminta pada salah satu diantaranya.”

“Tuhan, aku teramat sedih dan gundah dan tak tahu bagaimana menyelesaikannya. Tolong, beri aku isyarat, beri aku petunjuk, beri aku jalan keluar,” Brent mengutip doa yang diucapkannya 15 tahun lalu.
Isyarat Allah menghampiri Brent keesokan harinya. Seorang Muslimah asal Burma yang menjadi teman kampusnya mengiriminya sebuah email. Ia tahu Brent telah tertarik pada Islam sejak belajar di sekolah menengah, dan dalam emailnya itu ia bertanya apakah Brent masih tertarik pada Islam. Brent mengiyakan.

Beberapa hari kemudian, teman asal Burma itu datang ke rumah Brent dan membawakannya sejumlah buku tentang Islam. Membacanya, Brent tahu bahwa Islam tak melarang non Muslim sepertinya untuk memeluk agama itu. “Dari buku itu aku tahu bahwa banyak dari sahabat Nabi saw, termasuk Abu Bakar, adalah mualaf. Aku sangat senang dan berteriak dalam hati, ‘Ini yang kumau’.”

Selesai dengan bacaannya, Brent mendatangi seorang teman Muslim dan memintanya menjelaskan tentang jannah (surga). Dari penjelasan tentang surga itu, bertambahlah kekaguman Brent, juga kemantapannya pada Islam. Masjid Al-Fatih Coburg, Melbourne, menjadi saksi keislaman Bent Lee Graham.

Ia lalu mengganti namanya menjadi Isa Graham. “Aku ingin orang (non Muslim) tahu bahwa dalam Islam, kami juga mempercayai Yesus,” ujarnya. Bagi Isa, mencintai seseorang tidak seharusnya diwujudkan dengan menuhankannya, melainkan mengatakan segala sesuatu tentangnya apa adanya. “Kini aku ingin menunjukkannya pada Yesus, bukan sebagai seorang Kristen, namun sebagai Muslim,” tegas Brent menutup perbincangan.

Sumber : 
http://www.pusatalquran.com/2013/12/isa-graham-nekat-mencuri-al-quran-demi.html?utm_source=twitterfeed&utm_medium=facebook

Copyright @ 2013 ilmu tentang islam.