Rabu, 29 Oktober 2014

Akhlaq Rosullulloh saw | Akhlaq mulia

Kumpulan Cerita Islam (KCI):  Akhlaq Rosullulloh saw | Akhlaq mulia

DASAR HUKUM PERINTAH UNTUK BERAKHLAK MULIA
Islam tidak melewatkan pembahasan akhlak dalam ajarannya. Begitu banyak dalil dalam al-Qur'ân maupun Sunnah yang memerintahkan kita untuk berakhlak mulia. Di antaranya:

Firman Allah Azza wa Jalla tatkala memuji Nabi-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيمٍ

"Sesungguhnya engkau (wahai Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang luhur "
[QS. al-Qalam : 4]

Juga sabda Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ

Pergaulilah manusia dengan akhlak mulia 
[HR. at-Tirmidzi no. 1987 dari Abu Dzar, dan beliau menilai hadits ini hasan shahih]

Apa itu Akhlaq Mulia?
Banyak definisi yang disampaikan Ulama. Definisi yang cukup mewakili adalah:

بَذْلُ النَّدَى وَكَفُّ الْأَذَى وَاحْتِمَالُ الْأَذَى

Akhlak mulia adalah berbuat baik kepada orang lain, menghindari sesuatu yang menyakitinya dan menahan diri ketika disakiti. 
(Lihat Ikhtiyar al-Ula fi Syarh Hadits al-Mala' al-A'la karya Imam Ibn Rajab, sebagaimana dalam Majmu' Rasa'il al-Hafizh Ibn Rajab al-Hambali IV/44)

Akhlaq Rosullullah jika beliau dihina beliau mendo'akan seperti kisah ketika beliau dihina orang badewi = baduy (suku pedalaman arab) yg kencing di masjid dihadapan Rosullullah.
“Saya mencari Muhammad”. Melihat ulah si Badui, Umar bin Khattab marah dan meminta izin untuk menghajar si Badui, tapi dilarang oleh Nabi SAW. Kemudian, si Badui menuju ke salah satu sudut masjid dan kencing disitu. Umar makin marah dan meminta izin untuk memenggal leher si Badui. Lagi-lagi, Nabi kita yang mulia melarangnya. Selesai buang air kecil, si Badui mendatangi kumpulan Nabi dan bertanya; “Siapa di antara kalian yang bernama Muhammad?” Nabi berdiri dan menjawab: “Sayalah Muhammad, Rasulullah. Ada apa?”Jawaban yang santun dari Nabi ternyata membuat Badui tidak hanya tertegun, karena pikirnya Nabi Muhammad akan marah. Melihat sikap lembut Nabi, si Badui yang merupakan kepala rombongan dari kelompoknya itu, langsung menyatakan: “Asyhadu alla ilaha illallah, Muhammad Rasulullah” yang kemudian diikuti oleh rombongan Badui. Setelah itu, Nabi bertanya kepada Umar: “Andai saja tadi kamu saya izinkan memenggal kepalanya, apa yang akan terjadi?” Umar diam, dan justru para sahabat itu disuruh membersihkan bekas buang air kecil si badui.
Kita lihat dalam kisah itu, Nabi, Umar dan para sahabat tidak ada yang diam, semuanya bereaksi. Hanya reaksinya dibawah dikontrol Nabi. Mengapa Nabi membiarkan? Karena Nabi sudah membaca, untuk orang keras seperti si Badui, metodenya harus dengan kelembutan, dia akan luluh hatinya dan terbukti benar. Nabi mencegah Umar bukan menyalahkannya, tapi menerapkan metode Nabi yang lebih tepat. Bayangkan, bila saat si Baduy masuk masjid dengan tidak sopan dan kencing, lalu para sahabat hanya diam saja. Pasti Nabi akan memarahi mereka. “Mana pembelaan kalian pada agama dan Nabimu?” Kemarahan sahabat adalah pembelaan, kecintaan dan aset Nabi, tapi Nabi memenejnya dengan sempurna dan semua sahabat taat.
“Tidak beriman seorang di antara kamu sehingga aku lebih ia cintai daripada bapaknya sendiri, anaknya sendiri dan seluruh manusia.” (HR. Bukhari dan Muslim)
bagaimana dengan Kita? Wallohu'alam
semoga Allah merahmati kita semua

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright @ 2013 ilmu tentang islam.