Artikel - Mutiara Ikhlas, Mutiara Islam
Oleh : Ahmad Sobari
Segala puji bagi Alloh, semoga sholawat serta salam tercurah pada Rosululloh, keluarganya, para sahabatnya, dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik sampai hari qiyamat. Amma Ba’du :
Alloh Ta’ala berfirman :
مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لَا يُبْخَسُونَ (15) أُولَئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الْآخِرَةِ إِلَّا النَّارُ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا فِيهَا وَبَاطِلٌ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
Artinya :
“Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan.” (Huud : 15-16)
Asy-Syaikh Muhammad Al-Amin Asy-Syinqithi –rohimahulloh- mengatakan dalam tafsirnya (Adwa’ul Bayan), ‘Alloh Ta’ala menegaskan dalam ayat yang mulia ini bahwa orang yang beramal suatu amalan bertujuan untuk mendapatkan kehidupan dunia maka Alloh akan memberikan balasan amalnya di dunia, dan di akhirat dia tidak akan mendapatkannya kecuali neraka. Dan yang semakna dengan ayat ini adalah firman Alloh Ta’ala dalam surat Asy-Syuro :
مَنْ كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ الْآخِرَةِ نَزِدْ لَهُ فِي حَرْثِهِ وَمَنْ كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ الدُّنْيَا نُؤْتِهِ مِنْهَا وَمَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِنْ نَصِيبٍ (20)
Artinya :
“Dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagianpun di akhirat.” (Asy-Syuro:20)
Akan tetapi Alloh Ta’ala menjelaskan dalam surat Bani Isroil bahwa yang demikian itu tergantung dengan kehendak Alloh Ta’ala, sebagaimana firman-Nya :
مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْعَاجِلَةَ عَجَّلْنَا لَهُ فِيهَا مَا نَشَاءُ لِمَنْ نُرِيدُ
Artinya :
“Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), maka Kami segerakan baginya di dunia itu apa yang Kami kehendaki bagi orang yang Kami kehendaki .” (Bani Isroil:18) (Adwa’ul Bayan : 2/174, Maktabah Syamilah)
Dari ayat-ayat di atas dan keterangan Syaikh Asy-Syinqithi kita dapat menyimpulkan bahwa seseorang yang beramal hanya untuk kehidupan dunia maka dia mempunyai tiga kemungkinan : 1. Dia mendapatkan apa yang dia inginkan, 2. Dia mendapatkan sebagian dari yang dia inginkan, 3. Dia tidak mendapatkan sama sekali, karena pemberian itu tergantung kehendak Alloh Ta’ala. Yaitu jika Alloh Ta’ala berkehendak maka Alloh akan memberikannya dan jika Alloh Ta’ala berkehendak maka Dia tidak memberikannya sama sekali.
Dalam perkara niyat ini Rosululloh صلى الله عليه وسلم bersabda :
إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّةِ وَإِنَّمَا لاِمْرِئٍ مَا نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُولِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُولِهِ ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى دُنْيَا يُصِيبُهَا ، أَوِ امْرَأَةٍ يَتَزَوَّجُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ.
Artinya :
“Amal-amal itu tergantung dengan niyat, dan seseorang akan mendapatkan apa yang diniyatkannya, barangsiapa yang hijrohnya kepada Alloh dan rosul-Nya maka hijrohnya kepada Alloh dan rosul-Nya, dan barangsiapa yang hijrohnya kepada dunia yang akan didapatkannya atau wanita yang akan dinikahinya maka hijrohnya kepada apa yang menjadi motifasi hijrohnya”. (Muttafaqun ‘alaih, dari Umar bin Al-Khottob رضي الله عنه)
Di dalam hadits yang lain dari Abu Huroiroh رضي الله عنه , dia berkata : Saya mendengar Rosululloh صلى الله عليه وسلم bersabda :
إِنَّ أَوَّلَ النَّاسِ يُقْضَى يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَيْهِ رَجُلٌ اسْتُشْهِدَ فَأُتِىَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا قَالَ فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا قَالَ قَاتَلْتُ فِيكَ حَتَّى اسْتُشْهِدْتُ. قَالَ كَذَبْتَ وَلَكِنَّكَ قَاتَلْتَ لأَنْ يُقَالَ جَرِىءٌ. فَقَدْ قِيلَ.
ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ حَتَّى أُلْقِىَ فِى النَّارِ . وَرَجُلٌ تَعَلَّمَ الْعِلْمَ وَعَلَّمَهُ وَقَرَأَ الْقُرْآنَ فَأُتِىَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا قَالَ فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا قَالَ تَعَلَّمْتُ الْعِلْمَ وَعَلَّمْتُهُ وَقَرَأْتُ فِيكَ الْقُرْآنَ. قَالَ كَذَبْتَ وَلَكِنَّكَ تَعَلَّمْتَ الْعِلْمَ لِيُقَالَ عَالِمٌ. وَقَرَأْتَ الْقُرْآنَ لِيُقَالَ هُوَ قَارِئٌ. فَقَدْ قِيلَ ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ حَتَّى أُلْقِىَ فِى النَّارِ. وَرَجُلٌ وَسَّعَ اللَّهُ عَلَيْهِ وَأَعْطَاهُ مِنْ أَصْنَافِ الْمَالِ كُلِّهِ فَأُتِىَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا قَالَ فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا قَالَ مَا تَرَكْتُ مِنْ سَبِيلٍ تُحِبُّ أَنْ يُنْفَقَ فِيهَا إِلاَّ أَنْفَقْتُ فِيهَا لَكَ قَالَ كَذَبْتَ وَلَكِنَّكَ فَعَلْتَ لِيُقَالَ هُوَ جَوَادٌ. فَقَدْ قِيلَ ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ ثُمَّ أُلْقِىَ فِى النَّارِ . (رواه مسلم 1905)
Artinya :
“Sesungguhnya manusia yang pertama kali ditentukan nasibnya pada hari qiyamat adalah seorang laki-laki yang telah mati syahid, didatangkan padanya nikmat-nikmatnya dan diapun mengakuinya, Alloh berfirman : Apa yang kamu kerjakan dengan nikmat-nikmat itu?
Dia menjawab : Aku berperang di jalan-Mu sampai aku mati syahid.
Alloh berfirman : Kamu dusta, kamu berperang agar kamu disebut pemberani. Maka itu sudah dikatakan di dunia.
Kemudian diperintahkan agar wajahnya ditelungkupkan dan diseret sampai dilemparkan ke dalam neraka.
Dan seorang laki-laki yang belajar ilmu dan mengajarkannya, dan membaca Al-Qur’an, didatangkan padanya nikmat-nikmatnya dan diapun mengakuinya, Alloh berfirman : Apa yang kamu kerjakan dengan nikmat-nikmat itu?
Dia menjawab : Aku belajar ilmu dan mengajarkannya, dan aku membaca Al-Qur’an karena Engkau.
Alloh berfirman : Kamu dusta, kamu belajar ilmu agar kamu disebut ‘alim. Dan kamu membaca Al-Qur’an agar kamu disebut Qori, maka sengguh itu sudah dikatakan di dunia.
Kemudian diperintahkan agar wajahnya ditelungkupkan dan diseret sampai dilemparkan ke dalam neraka.
Dan seorang laki-laki yang telah Alloh luaskan rizkinya, memberikannya bebagai macam harta seluruhnya. didatangkan padanya nikmat-nikmatnya dan diapun mengakuinya, Alloh berfirman : Apa yang kamu kerjakan dengan nikmat-nikmat itu?
Dia menjawab : Tidaklah aku tinggalkan satu jalan yang dicintai untuk berinfaq di dalamnya kecuali aku berinfaq untuk Engkau.
Alloh berfirman : Kamu dusta, akan tetapi kamu berbuat itu agar kamu disebut dermawan, maka sungguh itu sudah dikatakan di dunia.
Kemudian diperintahkan agar wajahnya ditelungkupkan dan diseret sampai dilemparkan ke dalam neraka.” (HR. Muslim no.1905)
Dengan demikian memperhatikan dan memperbaiki niyat apabila akan mengerjakan sesuatu adalah suatu kemestian. Apakah untuk Alloh Ta’ala ataukah ada tujuan lain selain Alloh ‘Azza wa Jalla. Apabila hanya untuk Alloh Ta’ala maka itu adalah ikhlas dan apabila ada tujuan lain selain Alloh Ta’ala maka niyat itu sudah terkotori hingga menyebabkan amal itu tidak bernilai di sisi Alloh Ta’a betapapun besarnya amal tersebut.
Alloh Ta’ala berfirman :
قُلْ أَفَغَيْرَ اللَّهِ تَأْمُرُونِّي أَعْبُدُ أَيُّهَا الْجَاهِلُونَ (64) وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ (65) بَلِ اللَّهَ فَاعْبُدْ وَكُنْ مِنَ الشَّاكِرِينَ (66)
Artinya :
“Katakanlah: Maka apakah kamu menyuruh aku beribadah pada selain Alloh, hai orang-orang yang tidak berpengetahuan? Dan Sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. Jika kamu mempersekutukan (Alloh), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi. Karena itu, maka hendaklah Alloh saja yang kamu ibadahi dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur.” (Az-Zumar : 64-66)
Dengan jelas dalam ayat ini Alloh Ta’ala menyatakan bahwa syirik atau menyekutukan Alloh Ta’ala itu akan menghapus amal, baik syirik itu syirik besar maupun syirik kecil. Syirik besar akan menghapus seluruh amal, dan syirik kecil hanya menghapus amal yang bersangkutan, misalnya amal yang di dalamnya ada riya’ maka amal itu tidak bernilai sedikitpun di sisi Alloh Ta’ala. Inilah ajaran seluruh nabi dan rosul sebagaimana jelas dalam firman-Nya ayat 65 dari surat Az-Zumar diatas.
Di dalam sebuah hadits qudsi Alloh Ta’ala berfirman :
أَنَا أَغْنَى الشُّرَكَاءِ عَنِ الشِّرْكِ مَنْ عَمِلَ عَمَلاً أَشْرَكَ فِيهِ مَعِى غَيْرِى تَرَكْتُهُ وَشِرْكَهُ
Artinya :
“Aku paling tidak butuh pada sekutu-sekutu, barangsiapa yang beramal sebuah amal kemudian dia menyekutukan-Ku di dalamnya maka Aku tinggalkan dia dan syiriknya.” (HR. Muslim no.2985 dari Abu Huroiroh رضي الله عنه )
Al-Imam An-Nawawi رحمه الله mengatakan, ‘Maknanya adalah Aku tidak butuh pada persekutuan dan yang lainnya, barangsiapa beramal sesuatu untuk-Ku dan untuk selain-Ku maka Aku tidak menerimanya, bahkan Aku meninggalkanya untuk yang lainnya itu. Maksudnya yaitu amal orang yang melakukan riya’ adalah batil dan tidak ada pahala di dalamnya, serta dia berdosa’. (Syarh Shohih Muslim Juz.9 hal.370)
Maka sungguh merugi orang-orang yang beramal seakan-akan dia telah berbuat sebaik-baiknya padahal tidak bernilai di sisi Alloh Ta’ala karena tidak adanya keikhlasan dalam amalnya atau memiliki tujuan selain cinta dan ridho Alloh تعالى . Dan Alloh تعالى berfirman :
قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُمْ بِالْأَخْسَرِينَ أَعْمَالًا (103) الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا (104)
Artinya :
“Katakanlah: Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya? Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.” (Al-Kahfi : 103-104)
Semoga Alloh تعالى menganugerahkan ikhlas dalam ilmu dan amal, dan semoga kita dijauhkan dari syirik dan segala penyakit yang dapat mengotori hati dan menggugurkan amal. Wallohu a’lam bish showaab.
0 komentar:
Posting Komentar