Kumpulan Cerita Islam (KCI) : Mengenal Sosok KH. Law Peng Kun (KH. Mahmud Yunus)
KH. Law Peng Kun: Kita Bukan Fanatik Suku, Tetapi Fanatik Agama
JAKARTA - Polemik tentang dakwah H. Rhoma Irama yang dituding menyinggung persoalan suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) mendapat atensi khusus dari seorang mubaligh Cina Muslim, KH. Law Peng Kun dari Gema PITI (Persatuan Islam Tionghoa Indonesia).
Menyitir QS. al-Maaidah ayat 51, Allah berfirman: “Hai orang-orang yang beriman,janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu). Sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.”
Atas dasar ayat tersebut, KH. Law Peng Kun atau yang memiliki nama muslim KH. Mahmud Yunus ini, tidak akan memilih pemimpin yang tidak seiman, seperti pasangan Jokowi –Ahok. Meski sama-sama keturunan Tionghoa, Law Peng Kun tidak sudi Ahok yang Cina Kafir menjadi pemimpin di wilayah Jakarta.
“Umat muslim harus memilih pemimpin yang memiliki keimanan, dalam hal ini Islam. Menurutnya, apa yang didakwahkan H.Roma Irama itu dibenarkan oleh Al-Quran dan ayatnya pun jelas. Seorang muslim yang memilih pemimpin bukan dari kalangan muslim hukumnya haram. Kita bukan fanatik suku, tetapi fanatik agama,” kata Ust Law pengkun yang seorang muallaf sejak usia 15 tahun.
Kiai Pengagum Rhoma Irama
KH. Law Pengkun adalah sosok kiai mengagumi raja dangdut H.Roma Irama ini. Ia mengakui terinspirasi oleh syair dan lagu-lagu H. Rhoma, seperti lirik lagu tentang kematian, shadaqoh, dan karomah seorang ibu yang berjudul keramat. Tak jarang, lirik lagi yang bernuansakan religius itu kerap dijadikan bahan ceramah KH. Law Peng Kun dalam setiap dakwahnya.
“Saya sebagai pendakwah sangat setuju, lagu-lagu dakwah yang diciptakan Bang H.Rhoma. Karena setiap lagu beliau selalu mengutip dari isi kandungan Al-Qur’an, seperti tentang lagu Karomah yang terdapat pada surat QS. Al-Isra’ (17) ayat 23. Dalam surah ini menerangkan berkata “ah” saja berdosa kepada orang tua.”
Berikut ini penggalaran lirik lagu Rhoma yang berjudul “Keramat”: “Hai manusia, hormati ibumu. Yang melahirkan dan membesarkanmu. Darah dagingmu dari air susunya. Jiwa ragamu dari kasih-sayangnya. Dialah manusia satu-satunya. Yang menyayangimu tanpa ada batasnya.”
Kemudian lagu H.Roma Irama tentang kematian terdapat pada surat Al-Anbiyaa’ (21) ayat 35. Kita tahu, setiap manusia itu akan mengalami kematian. Soal kapan waktunya hanya Allah yang tahu. “Sebenarnya kita sedang dikejar-kejar kematian yang kelak diminta pertanggungjawabannya di akhirat,”ujarnya.
KH. Law Peng Kun kembali menegaskan, selaku mubalig ia mendukung seratus persen apa yang didakwahkan oleh H. Roma Irama. “Kita pantang mundur untuk menegakkan kebenaran, meskipun nyawa sebagai taruhannya. Sebagai muslim tidak boleh bersedih, karena umat ini lebih mulia. Kita berjuang untuk agama imbalanya surga, sedangkan mereka berjuang hanya mengejar kebahagian di dunia saja. Maka kita jangan takut menjelaskan apa yang termaktub di dalam Al-Quran,” ungkap Law Peng Kun dengan logat Betawinya.
Di akhir wawancara, KH. Law Peng Kun pun bersenandung, meniru lirik lagu Bung Rhoma berjudul “Keramat”: “Bila kau sayang pada kekasih. Lebih sayanglah pada ibumu. Bila kau patuh pada rajamu. Lebih patuhlah pada ibumu. Bukannya gunung tempat kau meminta. Bukan lautan tempat kau memuja.” Hidayat/Desastian
0 komentar:
Posting Komentar