Kumpulan Cerita Islam (KCI) : Amal adalah Bukan Segalanya
Hikmah 1: Jangan Bangga dengan Sebuah Amal
من علامة الاعتمادِ على العَمَلِ نُقْصانُ الرَّجاءِ عند وجودِ الزَّللِ
Termasuk tanda-tanda berpatokan pada amal (ibadah pribadi) adalah berkurangnya harapan (rahmat dari Allah) ketika terjadi kesalahan.
Seringkali dipersepsikan bahwa amal ibadah manusia adalah patokan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Konsekuensinya, ketika seorang hamba melakukan maksiat, maka harapannya terhadap rahmat Allah berkurang karena dia merasa tidak pantas mendapatkannya. Tetapi, pandangan semacam ini adalah pandangan kaum awam. Yang seharusnya dijadikan patokan sebenarnya adalah keridloan Allah semata. Inilah pandangan kaum ‘arifin (orang-orang yang mengenal Allah).
Seorang hamba yang baik hendaknya tidak melihat pada amal perbuatannya sendiri karena sesungguhnya amal perbuatan itu tidak ada artinya dan tidak mungkin terjadi tanpa restu Allah. Seorang ‘arif tidak akan merasa lebih layak untuk mendapat rahmat Allah ketika dirinya mengerjakan banyak amal baik dan tidak akan merasa semakin jauh dari rahmat-Nya ketika melakukan kesalahan. Pada saat yang sama, ketakutannya terhadap Allah tidak akan berkurang sedikitpun karena telah menjauhi semua larangan-Nya.
Allah-lah satu-satunya penyebab semua hal dapat terjadi. Allah yang menciptakan manusia beserta perbuatannya (al-Shaffat: 96). Segala amal kebaikan hendaknya tidak disandarkan kepada diri sendiri karena semua hanya dapat terjadi atas kehendak Allah. Jangan sesekali seorang hamba merasa menjadi orang mulia yang berhak atas surga karena telah melakukan berbagai kebajikan dan menjauhi segala larangan. Sebaliknya, ketika seorang hamba melakukan maksiat, hendaknya dia merasa takut akan ancaman Allah yang dijanjikan padanya tanpa menunda-nunda taubat karena merasa semakin jauh dari surga.
0 komentar:
Posting Komentar